NovelToon NovelToon
CEO KEJAM SUAMIKU

CEO KEJAM SUAMIKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Percintaan Konglomerat / Kontras Takdir / Pernikahan rahasia
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: CrystalCascade

Seorang gadis yang duduk di bangku SMA yang mempunyai kepribadian yang ceria dan selalu tersenyum.

seketika semuanya berubah ketika dia di jodohkan oleh orang tuanya dengan CEO yang sangat kejam dan tak tau belas kasih.

Semua keceriaan nya dan senyum nya berubah menjadi tangisan.

hiks hiks kak jangan pukul aca"
aca terisak CEO yang telah menjadi suaminya , memukul nya tanpa belas kasihan.

apakah aca sanggup menghadapi CEO yang kejam , dingin dan tak berperasaan dan yang telah menjadi suami sah nya itu dengan belah kasihan .

Dan apakah aca bisa mengubah sifat dingin dan kejam suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CrystalCascade, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26.

Assalamualaikum semuanya ✨

Sebelum baca jangan lupa like dan komen ya dukungan kalian buat aku semangat nulis cerita 😚😋

Sore hari, langit berwarna jingga lembut saat Aldo tiba di sekolah Aca. Mobil hitam mewahnya berhenti di pinggir jalan depan gerbang sekolah. Seperti biasa, sorotan mata beberapa siswa sempat tertuju padanya bagaimana tidak? Seorang pria dewasa dengan wajah tegas, mengenakan jas kerja, menjemput seorang siswi dengan mobil sekelas pejabat negara.

Tak lama, Aca keluar dari gerbang sekolah dengan langkah pelan. Wajahnya tampak lelah. Bahkan saat Aldo membuka pintu mobil dari dalam, Aca tak berkata sepatah kata pun. Hanya senyum tipis yang tersungging di bibirnya sebelum ia duduk dan menyandarkan tubuh.

"Capek, ya?" tanya Aldo pelan.

Aca hanya mengangguk kecil dan bersandar, sebelum akhirnya terlelap tanpa sengaja. Tidurnya begitu tenang. Nafasnya naik turun perlahan. Aldo meliriknya sejenak sambil tetap menyetir hati-hati. Saat matanya melihat ke arah tangan Aca yang tergeletak di pangkuannya, ia pun meraih tangan Aca dan Aca pun refleks menggenggam tangan Aldo juga.

Saat matanya melihat ke arah tangan Aca yang tergeletak di pangkuannya, ia pun meraih tangan Aca dan Aca pun refleks menggenggam tangan Aldo juga

Dingin. Tak sehangat kemarin.

Aldo sempat terdiam. Ia menghela napas panjang. Meski suhu tubuh Aca tak benar-benar mengkhawatirkan, tapi tetap saja membuat hatinya gelisah.

Sesampainya di rumah, Aldo langsung turun lebih dulu. Ia membuka pintu mobil sisi penumpang, dan tanpa membangunkan Aca, dengan lembut ia membopong tubuh mungil istrinya itu. Tubuh Aca terasa ringan, tapi napasnya tetap terdengar stabil.

Aldo membawanya ke kamar, meletakkannya dengan hati-hati di atas ranjang. Ia bahkan menyesuaikan bantal di bawah kepala Aca, lalu menarik selimut sampai dada. Setelah itu, ia duduk sebentar di sisi tempat tidur, memandangi wajah Aca dalam diam.

Waktu berlalu. Jam menunjukkan pukul tujuh malam. Aldo pun kembali ke kamar dan dengan lembut membangunkan Aca.

"Aca bangun, Kita makan dulu Kamu belum makan apa-apa dari sore"

Aca mengerjap pelan, matanya masih setengah tertutup. "Udah malam ya kk?"

"Iya. Tapi sebelum makan, kamu mandi dulu Biar seger" ucap Aldo sambil tersenyum tipis.

Aca mengangguk lemah dan beranjak ke kamar mandi. Sementara itu, Aldo turun ke ruang makan. Di sana, sudah ada mbok Wati Perempuan paruh baya itu sedang menyiapkan makan malam untuk mereka.

Aldo memang baru saja memutuskan untuk mempekerjakan lagi mbok Wati agar Aca tidak terlalu banyak mengerjakan pekerjaan rumah. Apalagi setelah kejadian sakit tempo hari, ia tidak ingin Aca kelelahan karena hal-hal sepele.

Beberapa menit kemudian, Aca muncul dengan pakaian santai dan rambut setengah basah. Wajahnya lebih segar. Mereka pun duduk berdua di meja makan.

"Silakan, den dan nyonya Ini sup ayam sama ikan goreng" ujar mbok Wati dengan ramah.

"Mbok panggil Aca aja jangan nyonya"

Mbok Wati pun mengangguk patuh, mbok Wati ingin membantah pun teringat ucapan bos nya itu. pasalnya Aldo sudah mengatakan apa pun yang di perintahkan Aca harus di lakukan.

Mereka makan dalam suasana hening sesaat, hingga akhirnya Aca membuka suara.

"Kk sebentar lagi sekolah Aca ngadain acara perkemahan tiga hari dua malam. Apa Aca boleh ikut?" tanyanya hati-hati.

Aldo yang sedang menyendok nasi, langsung menoleh. Wajahnya langsung berubah serius.

"Aca kamu baru sembuh. Perkemahan itu bukan kegiatan ringan Kamu yakin kuat?"

Aca menatap Aldo dengan tatapan memohon. "Aca udah istirahat cukup. Di sekolah juga Aca nggak ikutan olahraga, Aca cuma pengen ikut kk sekali aja boleh ya"

Aldo terdiam. Ia merasa berat melepas Aca pergi, terlebih tanpa ia ada di sana. Tapi melihat sorot mata Aca yang begitu tulus dan penuh semangat, ia akhirnya mengalah.

"Baik. Tapi dengan satu syarat" ucap Aldo.

"Apa?"

"Kamu harus telepon saya tiap malam Kasih kabar. Dan kalau kamu mulai ngerasa nggak enak badan, kamu harus langsung bilang ke gurumu, dan pulang Deal?"

Aca tersenyum cerah dan mengangguk. "Deal!"

Beberapa hari kemudian, hari perkemahan pun tiba. Sejak pagi, Aca sudah sibuk menyiapkan perlengkapan. Ranselnya besar dan nyaris tak muat karena berisi baju, alat mandi, obat-obatan, dan perlengkapan lainnya.

Aldo mengamati dari ambang pintu kamar, sambil bersandar. "Kamu yakin kuat bawa ransel segede itu?"

Aca tersenyum. "Ini aja masih kurang kk, Temen-temen Aca malah bawa tenda lipat sendiri"

Aldo melangkah masuk, duduk di sisi ranjang. Tangannya meraih tangan Aca, mengecek suhu tubuhnya.

"Masih normal Tapi kamu harus janji lagi. Jangan egois Kalau mulai pusing langsung bilang"

"Iyaaa Aca janji" jawab Aca sambil tersenyum.

Setelah semuanya siap, Aldo mengantar Aca ke sekolah. Tapi ketika sampai di gerbang, Aca sempat berhenti dan menatap Aldo bingung.

"Kk Aca pamit ya, aca naik bis sama temen-temen kalau udah sampai nanti Aca kabari?"

Aldo langsung menggeleng dan menahan tangan Aca "Enggak biar saya aja yang antar kamu langsung ke lokasi perkemahan"

Aca langsung kaget. "Lho? Tapi yang lain pada naik bis semua, masa Aca Sendiri yang diatarin semalam kk juga gak bilang kalo kk mau anterin Aca"

"Saya kenal pemilik sekolah adalah teman saya, jadi saya juga udah minta izin dan Gurunya setuju"

Aca makin panik. "Tapi Tasya sila dan temen-temen Aca semua naik bis, Masa Aca beda sendiri"

Aldo menatap Aca lembut, tapi tetap dengan nada tegas. "Saya cuma mau pastiin kamu sampai dengan aman Nanti setelah nyampe, kamu gabung sama temen-temen kamu ca"

Aca hanya bisa pasrah. Meski dalam hati merasa sedikit tak enak, ia tahu ini bentuk perhatian dari Aldo.

Sesampainya di tempat perkemahan Aca berpamitan dengan Aldo "Kk Aca pergi dulu kk hati-hati di jalan nanti kalau kk udah sampai kabari ya"

Aldo mengangguk patuh "kalau ada apa-apa langsung hubungi saya"

"Iya kk, Aca pergi dulu mau gabung dengan teman-teman Aca bay-bay kk"

Aldo melihat Punggung Aca menjauh dari pandangan nya pun melajukan mobilnya meninggalkan Aca.

Senja mulai turun di perkemahan Udara mulai mendingin menyelimuti suasana dengan ketenangan. Aca bersama sila dan Tasya baru saja selesai membangun tenda mereka. Tangan-tangan kecil itu bekerja sama, tertawa, saling membantu menegakkan tiang dan merapikan bagian dalam. Tidak ada suara gaduh. Hanya canda tawa ringan yang menyelimuti sore itu.

Usai mendirikan tenda, mereka pun sibuk membuat api kecil. Aca mengambil beberapa ranting kering yang berserakan di sekitar area perkemahan, dibantu Tasya yang membawa korek api. Sila menyiapkan peralatan masak yang telah dibawa dari rumah. Malam itu, mereka memasak mie instan dan memanggang sosis. Sederhana, namun hangat karena kebersamaan.

Setelah makan malam selesai, mereka masuk ke dalam tenda. Angin malam mulai menusuk, dan suara binatang malam mulai bersautan. Aca merebahkan tubuhnya di matras tipis sambil memainkan ponsel. Ia menulis pesan untuk Aldo.

"Kk hari ini seru sekali terimakasih sudah izinkan Aca ikut perkemahan. Kk Hati-hati di jalan ya kalau kk udah sampai di rumah kabari Aca😊"

Namun pesan itu hanya centang satu. Tidak terbaca. Aca mencoba bersabar. Ia berbisik dalam hati, Mungkin Aldo masih menyetir atau mungkin sinyalnya jelek. Tapi ada perasaan tidak enak yang tak bisa ia tolak. Aca mencoba menepis pikiran buruk nya dan lebih matanya terpejam.

Di sisi lain, di sebuah jalan kota

Aldo yang sedang menyetir dengan tatapan kosong, baru saja keluar dari jalan tol. Matanya menatap jalanan tanpa benar-benar melihat. Pikirannya dipenuhi oleh bayangan Aca, namun juga diselubungi oleh sesuatu yang lain seseorang dari masa lalunya.

BRAAK!

Aldo mengerem mendadak. Seorang wanita hampir saja tertabrak mobilnya. Dengan panik, ia keluar dari mobil dan berlari ke arah wanita itu.

"Maaf! Anda tidak apa-apa?" ucapnya cepat sambil menuntun wanita itu ke tepi jalan.

Wanita itu mengangkat wajahnya perlahan. Tatapan matanya sayu, dan air mata mengalir di pipinya.

"Kamu?" Aldo terpaku.

Itu dia Wanita yang pernah mengisi hatinya sebelum Aca. Wanita yang menghilang tanpa jejak, meninggalkannya saat dia paling Aldo butuhkan. Dia.

Wanita itu langsung memeluk Aldo tanpa aba-aba, tubuhnya gemetar.

"Aku... aku rindu kamu, Do... Aku salah waktu itu... Maaf..."

Aldo membeku. Tangannya tidak membalas pelukan itu. Tapi sayangnya, seseorang di kejauhan mengambil foto mereka berpelukan. Tanpa mereka sadari, momen itu diabadikan diam-diam.

Dengan cepat Aldo mendorong wanita tersebut menjauh.

"Jangan seperti ini! Kamu pikir setelah semua yang kamu lakukan, saya masih bisa terima kamu begitu saja?"

Wanita tersebut hanya menangis.

Aldo berbalik, masuk ke dalam mobilnya tanpa sepatah kata lagi. Ia meninggalkan wanita tersebut di tepi jalan, tanpa penjelasan. Hatinya berkecamuk antara luka lama dan cinta barunya.

Sepanjang perjalanan pulang, Aldo cuma diem. Sesekali dia nekan-nekan setir mobilnya sambil mengumpat pelan.

"Kenapa dia harus muncul lagi... sekarang..."

Sesampainya di rumah, Aldo duduk di kursi ruang tengah. Lampu nggak dia nyalain. Gelap, sunyi, cuma suara jam dinding yang berdetak pelan.

Aldo terpejam sebentar, lalu buka matanya lagi. Wajah itu masih kebayang jelas. Tapi di sudut hatinya, Aca juga muncul. Wajah polosnya, senyum tulusnya, dan rasa bersalah pun mulai nyesek di dadanya.

Aldo gelisah. Tapi malam makin larut, dan dia pun masuk kamar, tiduran, lalu perlahan tertidur meski pikirannya penuh.

☀️🌤️

Keesokan paginya...

Aca bangun pagi-pagi sekali. Walau tubuhnya sedikit pegal karena tidur di tenda, semangatnya untuk mengikuti permainan "Mencari Bendera" tidak surut. Para peserta dibagi menjadi lima kelompok.

Kelompok Aca terdiri dari: dirinya sendiri, Sila, Tasya, Alex, dan Dika sahabat Alex yang terkenal cerdas.

Mereka mulai menelusuri hutan dalam permainan itu. Aturannya jelas mencari sebanyak mungkin bendera kecil yang telah disebar di berbagai sudut hutan. Alex mengusulkan agar mereka berpencar.

"Lebih cepat kalo kita bagi dua tim," ucapnya. "Gue sama Aca dan kalian Sila, Tasya, dan Dika di tim satu lagi."

Mereka pun menyebar. Sila, Tasya, dan Dika berhasil menemukan dua bendera. Sementara Alex dan Aca baru mendapatkan satu. Tapi mereka belum menyerah.

Aca melihat satu bendera merah kecil menggantung di dahan pohon yang berada di ujung tebing kecil. Meskipun licin dan terjal, Aca nekat mendekat.

"Jangan, Ca. Itu bahaya!" tegur Alex cemas.

"Aca bisa, Alex pegangin tangan Aca ya cuma perlu satu detik untuk mengambilnya," jawab Aca keras kepala.

Aca pun menjulurkan tubuhnya. Tangannya hampir mencapai bendera. Tapi tanah di bawahnya gembur. Kakinya terpeleset!

Isi dong Kata-kata dari kalian untuk hari ini ges😋

> Please vote, follow, dan komen ya...

Soalnya autor udah mulai ngomong sendiri depan monitor, nanya:

“Apakah mereka suka? Kenapa nggak ada komen?” 😩💔

Ayo selamatkan autor dari overthinking berkepanjangan 😆🧠

1
slebewwws
kenapa setiap bab slasu ada pengulangan
Blu Lovfres
aku baru masuk baca ,tpi ada penyiksaan waduh jdi penasaran gimana, kelanjutan nya,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!