NovelToon NovelToon
Jejak Dosa Di Ujung Restu

Jejak Dosa Di Ujung Restu

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Percintaan Konglomerat / Dijodohkan Orang Tua / Hamil di luar nikah / Dark Romance / Romansa
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: Sylvia Rosyta

Bagi Aditya, Reina bukan sekadar kekasihnya tapi ia adalah rumahnya.
Namun dunia tak mengizinkan mereka bersama.
Tekanan keluarga, perjodohan yang sudah ditentukan, dan kehormatan keluarga besar membuat Aditya terjebak di antara tanggung jawab dan juga cinta.

Dalam keputusasaan, Aditya mengambil keputusan yang mengubah segalanya. Ia nekat menodai Reina berkali kali demi bisa membuatnya hamil serta mendapatkan restu dari orang tuanya.

Cinta yang seharusnya suci, kini ternodai oleh ketakutan dan ambisi. Mampukah Aditya dan Reina mengatasi masalah yang menghalang cinta mereka berdua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Langit mulai meredup. Cahaya mentari yang tadi hangat kini berangsur melemah, berganti dengan rona jingga yang membelah langit sore. Suasana hening menyelimuti halaman rumah Reina yang kecil itu, hanya suara langkah-langkah tergesa dari Aditya yang memecah keheningan.

Ia keluar dari rumah sambil menarik koper besar di tangannya. Di belakangnya, Reina mengikuti dengan langkah ragu dan wajahnya yang pucat. Gadis itu enggan menatap Aditya, tapi genggaman pria itu di pergelangan tangannya terlalu kuat untuk ia lepaskan.

“Cepat, Reina,” ujar Aditya tanpa menoleh. Suaranya terdengar tegas, namun di balik ketegasan itu ada nada gemetar yang nyaris tak terdengar.

“Aditya, lepaskan aku... aku tidak mau pergi!” seru Reina sembari berusaha melepaskan tangannya dari genggaman tangan Aditya, tapi percuma. Aditya menariknya lembut namun pasti ke arah mobil yang terparkir di depan rumah.

Ia membuka pintu mobil bagian penumpang dan menatap Reina.

“Masuklah,” ucapnya singkat yang membuat

Reina menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

“Kenapa kau terus memaksaku seperti ini, Aditya? Apa kau tidak melihat aku sudah hancur karena perbuatanmu?”

Aditya menunduk, seolah kata-kata itu menampar kesadarannya. Namun kali ini, ia tidak bisa mundur. Ia sudah melangkah terlalu jauh untuk kembali.

"Aku tahu dan aku tidak mau membuang waktuku untuk berdebat denganmu sekarang, Reina. Kita harus secepatnya pergi dari sini, apa kau mengerti?!" kata Aditya lirih, sembari berusaha menahan emosinya agar tak meledak.

Reina hanya memandangnya dengan tajam, namun akhirnya ia masuk ke dalam mobil tanpa sepatah kata pun. Ia duduk dengan tubuh kaku, sementara kedua tangannya menggenggam ujung pakaiannya dengan gemetar.

Tak lama setelah itu, Aditya menutup pintu mobil, lalu menoleh pada Dika yang berdiri di dekat bagasi.

“Pastikan semua koper sudah masuk, Dika. Kita harus berangkat sekarang,” perintah Aditya dengan nada cepat.

“Baik, Tuan,” jawab Dika, mengangkat koper terakhir dan menatanya di bagasi mobil. “Tiket sudah saya simpan di dalam tas, Tuan. Penerbangan berangkat dalam satu jam lagi."

Aditya mengangguk pelan, lalu memutar tubuhnya untuk masuk ke dalam mobil. Namun baru saja tangannya menyentuh gagang pintu, suara deru mobil terdengar dari arah pagar rumah Reina. Ia menoleh cepat.

Tiga mobil hitam berhenti bersisian dan menutup akses keluar dari halaman rumah itu.

Dika spontan melangkah mundur, sementara Reina yang duduk di dalam mobil menegakkan tubuhnya, pandangannya langsung panik. Aditya memicingkan mata. Ia mengenali mobil-mobil itu. Plat nomor, warna, bahkan pola lampunya, semuanya milik keluarga Wiranegara. Tak lama, empat pria berjas hitam keluar dari mobil-mobil tersebut. Wajah mereka tegas, langkahnya seragam dan pasti. Mereka adalah pengawal keluarga Wiranegara, orang-orang kepercayaan ayahnya.

Aditya mengepalkan tangannya sementara rahangnya terlihat mengeras.

“Ayah...” gumam Aditya lirih, dengan nada getir.

Ia berjalan cepat ke arah para pengawal yang kini berdiri tegap menghadang mobilnya.

“Apa maksud kalian dengan menghadang ku di sini?” tanya Aditya dengan suaranya yang rendah namun sarat ancaman.

Salah satu pengawal, pria bertubuh tegap bernama Surya, maju selangkah.

“Maaf, Tuan Aditya. Kami hanya menjalankan perintah dari pak Arman. Beliau meminta kami untuk memastikan Anda tidak meninggalkan tempat ini sampai beliau datang.” ucap Surya yang membuat wajah Aditya langsung berubah tegang.

“Ayahku yang menyuruh kalian?”

“Benar, Tuan.”

Aditya tertawa kecil, tawa getir yang menggema di udara.

“Tentu saja. Aku sudah menduganya. Dia memang tidak akan pernah membiarkan aku memilih jalanku sendiri.”

“Maaf, Tuan. Kami hanya menjalankan tugas,” ucap Surya lagi, berusaha untuk terlihat tenang meski melihat sorot mata Aditya yang mulai berbahaya.

Aditya melangkah mendekat, jaraknya kini hanya satu meter dari Surya.

“Kalau kalian benar-benar menghormati ku sebagai anak dari pak Arman, maka aku perintahkan kalian untuk menyingkir dari sini. Sekarang juga.”

Keempat pengawal itu saling pandang, lalu kembali menatap Aditya dengan raut ragu.

“Maaf, Tuan,” kata Surya akhirnya. “Perintah pak Arman sudah jelas. Kami tidak boleh membiarkan Anda pergi sampai beliau tiba. Tolong mengertilah, Tuan.”

Aditya mengembuskan napas dengan keras, lalu menatap jam di pergelangan tangannya. Waktu menunjukkan pukul empat lewat tiga puluh menit. Pesawat mereka berangkat pukul lima lewat empat puluh lima menit. Hanya ada sedikit waktu tersisa.

“Sial... Kalau begini terus, waktuku akan terbuang sia sia.” gumam Aditya pelan, namun matanya menyala dingin. “Aku tidak bisa menunggu.”

Aditya menatap ke arah mobil, melihat sekilas wajah Reina di balik kaca jendela yang memantulkan cahaya senja. Gadis itu tampak ketakutan, dan menatap ke arah mereka dengan kedua tangannya yang mencengkeram tas kecil di pangkuannya.

Detak jantung Aditya berdegup keras. Ia tahu Reina sudah tidak mempercayainya lagi. Tapi dalam pikirannya, satu-satunya cara agar Reina bisa selamat dari kendali ayahnya hanyalah dengan membawanya pergi bersamanya.

Ia melangkah maju.

“Kalau begitu aku tidak punya pilihan.”

“Tu—Tuan?” ucap salah satu pengawal, tapi belum sempat melanjutkan kalimatnya, Aditya langsung melayangkan pukulan keras ke rahang Surya.

Surya terhuyung mundur, dan dua pengawal lain langsung bereaksi, mereka mencoba menahan Aditya. Namun Aditya lebih cepat, ia dengan mudah menepis tangan mereka dan menendang satu pengawal hingga terjatuh ke tanah.

Dika yang berdiri di sisi mobil membeku, sementara wajahnya terlihat pucat.

“Tuan Aditya, saya mohon tolong hentikan!Anda bisa terluka!”

Namun Aditya tak mendengarnya. Rasa frustrasi dan marah pada ayahnya yang terus mengatur hidupnya kini meledak dalam bentuk lain yaitu pertarungan yang tak seharusnya terjadi.

“Jangan halangi aku!” serunya sambil meninju salah satu pengawal lagi hingga tersungkur.

Suara benturan keras dan pekikan pendek memenuhi halaman. Para pengawal berusaha menahan Aditya tanpa melukai terlalu parah, tapi Aditya bergerak cepat dan penuh emosi. Beberapa tinju, dorongan, dan benturan tubuh terdengar di halaman rumah saling bergantian.

Sementara itu, dari dalam mobil, Reina memandang semua itu dengan mata membulat. Ia menutup mulutnya, menahan napas antara takut dan tak percaya.

“Ya tuhan...” bisiknya pelan. “Apa yang Aditya lakukan...?”

Dika yang sedari tadi berdiri di sisi mobil, menoleh panik, lalu menatap Reina.

“Nona Reina, tolong jangan keluar! Tetap di dalam mobil. Ini berbahaya.”

“Tapi—Aditya bisa terluka!” seru Reina spontan, berusaha membuka pintu namun segera ditahan oleh Dika.

“Tidak, Nona. Percayalah, Tuan Aditya tahu apa yang harus dia lakukan.”

Namun Dika sendiri tidak yakin dengan kata-katanya. Ia tahu Aditya kuat, tapi tidak pernah melihatnya se-beringas ini. Biasanya Aditya adalah pria yang penuh kendali, dingin dan rasional. Tapi hari ini semua kendali itu lenyap.

Aditya menangkis serangan salah satu pengawal dan mendorongnya keras hingga menabrak pagar rumah. Napasnya memburu, wajahnya memerah oleh amarah dan kelelahan.

1
Putri_a_s
Aditya udah tahu sifat ayahnya seperti apa, makanya dia ambil keputusan ini.
Putri_a_s
ini baru keputusan yang tepat, kl gak gini nanti ditipu lagi sama pak Arman.
Putri_a_s
serius ini, gak ada rasa bersalahnya nih pak Arman sama anak sendiri?
/Speechless//Speechless//Speechless//Speechless/
Putri_a_s
dicintai secara ugal-ugalan sama Aditya, Reina ini.
Putri_a_s
/Brokenheart//Brokenheart//Brokenheart//Brokenheart/
Putri_a_s
sedihnya /Sob/
Putri_a_s
gini amat ya cobaannya, kamu harus bijak Reina. Aditya juga dalam posisi yang sulit demi bisa bersama kamu.
Putri_a_s
kasihan Aditya, dia pasti bingung banget
Putri_a_s
iya Aditya, menikah dengan dua orang sekaligus itu harus adil. dan kamu tidak bisa menikah dengan Alisha karena hati kamu cuma buat Reina
Putri_a_s
Aditya berada dalam dua jalan yang mengharuskannya memilih
Putri_a_s
dan apalah arti kata cinta jika kalian berdua tidak bisa bersama /Frown/
Putri_a_s
aish, kok ada seorang ayah yang tega menyuruh anaknya poligami?!
Putri_a_s
maksudnya nikah sama dua perempuan sekaligus gitu?!
Putri_a_s
dulu lihat apa sih buk? kok bisa menikah sama laki laki egois kayak pak Arman?!
Suhadi Mulyo
bagus Aditya, lanjutkan keputusanmu💪
Suhadi Mulyo
bagus Aditya, lebih baik gitu daripada entar ditipu lagi sama ayahmu yang raja tega itu.
Suhadi Mulyo
nyeseknya sampai sini/Scowl//Sob/
Suhadi Mulyo
jadi Aditya pasti sakit, jadi Reina, lebih sakit lagi karena harus membagi Aditya dengan orang lain /Scowl/
Suhadi Mulyo
kasihan banget Aditya, dia nggak pernah bahagia
Suhadi Mulyo
setiap banget Aditya ini orangnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!