NovelToon NovelToon
Cinta Atau Dendam, Suamiku?

Cinta Atau Dendam, Suamiku?

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Lari Saat Hamil / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Pelakor jahat
Popularitas:9.3k
Nilai: 5
Nama Author: Edelweis Namira

Thalia Puspita Hakim, perempuan berusia 26 tahun itu tahu bahwa hidupnya tidak akan tenang saat memutuskan untuk menerima lamaran Bhumi Satya Dirgantara. Thalia bersedia menikah dengan Bhumi untuk melunaskan utang keluarganya. Ia pun tahu, Bhumi menginginkannya hanya karena ingin menuntaskan dendam atas kesalahannya lima tahun yang lalu.

Thalia pun tahu, statusnya sebagai istri Bhumi tak lantas membuat Bhumi menjadikannya satu-satu perempuan di hidup pria itu.

Hubungan mereka nyatanya tak sesederhana tentang dendam. Sebab ada satu rahasia besar yang Thalia sembunyikan rapat-rapat di belakang Bhumi.

Akankah keduanya bisa hidup bahagia bersama? Atau, justru akhirnya memilih bahagia dengan jalan hidup masing-masing?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HAMPIR RUNTUH ANGKUHNYA ITU

"Saya tidak akan sebodoh itu, Thalia. Sebelum saya mengatakan ini kepada kamu, saya pasti mencari tahu kebenarannya. Dan, ya... Jemia Prameswari itu adalah putri saya."

Thalia berusaha kuat untuk berdiri tegak. Menepis segala kemungkinan terburuk setelah Bhumi mengetahui fakta yang ia sembunyikan lima tahun ini. Ia tidak ingin Bhumi melihat betapa takutnya ia sekarang.

Derap langkah Bhumi terdengar memecah keheningan di antara mereka. Beradu dengan suara denting jam besar yang berada di ruang tamu. Wajah Bhumi mengeras, tak ada senyuman di sana. Bahkan urat-urat tegangnya terlihat jelas meski hanya dengan cahaya kekuningan dari lampu gantung ruangan.

Thalia menelan salivanya dengan sulit. Reflek ia mundur ke belakang lagi. Apapun mengenai Jemia, adalah menjadi kekuatan sekaligus kelemahannya.

"Hebat sekali kamu...." Sudut bibir Bhumi perlahan terangkat. Menampilkan rasa kecewa yang mendalam pada wanita di depannya itu.

"Lima tahun, Thalia... Lima tahun kamu menyembunyikan dia dari saya. Kamu pikir kamu itu siapa, hah?!" Gerakan cepat Bhumi langsung mencengkram lengan Thalia dengan kuat.

Mata Thalia menatap Bhumi tak kalah kecewanya. Sekuat tenaga ia menahan laju air matanya. Meski dadanya semakin sesak jika mengingat bagaimana lima tahun itu ia lalui sendiri.

Satu tangan Bhumi lalu menarik pinggang Thalia, sedangkan yang satunya menekan dagu wanita itu.

"Bahkan saat kami bertemu pun, dia hanya menganggap saya orang asing. Mengapa semua ini kamu lakukan pada saya?" Sorot tajam Bhumi berubah sendu. Suaranya pun sedikit serak dan lirih.

"Lantas kamu mau dia memanggil kamu apa? Papa?" Thalia akhirnya bersuara. Tatapannya beradu dengan Bhumi. "Jangan bercanda, Bhumi. Aku juga tidak akan sebodoh itu menyerahkan anakku hanya untuk kamu jadikan sebagai alat demi kerakusan kamu itu."

Kedua alis tebal Bhumi saling bertaut. "Apa maksud kamu? Alat apa?"

Thalia tersenyum sinis. Wajahnya masih mendongak menatap Bhumi. Jarak keduanya begitu dekat. Bahkan Thalia bisa merasakan detak jantung Bhumi yang berdebar kencang itu.

Bhumi terlalu senang dengan kenyataan itu.

"Apa lagi? Lima tahun yang lalu kamu dan Mas Langit sedang dipersiapkan untuk meneruskan perusahaan. Dan kehadiran benihmu di rahimku akan mengamankan posisi kamu sebagai CEO."

Mata Bhumi nyaris tidak berkedip mendengar penjelasan Thalia. Mulutnya bahkan kelu untuk membalas. Ia tidak percaya, Thalia yang saat itu masih berumur 21 tahun bisa berprasangka seburuk itu tentang dirinya.

Thalia lekas melepaskan diri dari Bhumi. Reaksi Bhumi terlihat seperti seseorang yang ketahuan mencuri. Dan, Thalia semakin yakin bahwa keputusannya lima tahun yang lalu memang tepat.

Bhumi tertawa getir. Melihat bagaimana sorot kebencian dari Thalia saat melihatnya, Bhumi yakin bahwa wanita itu tidak main-main dengan perkataannya.

"Jadi kamu menghilang karena itu? Bahkan surat palsu itu juga sengaja kamu buat karena ini?"

Thalia mengangguk malas. "Udahlah, ya. Aku mau istirahat. Kenyataan itu nggak akan merubah apapun. Jemia hanya akan menjadi putriku. Bukan putri kamu."

Thalia memutar badannya. Kemudian melangkah menjauh meninggalkan Bhumi yang masih berdiri di tempat itu.

"Dan satu lagi, jangan sebut nama putriku di rumah ini. Kamu sendiri yang kemarin mengatakan itu. Nama Mia jangan sampai terdengar olehmu. Ingat itu!" Tak lupa Thalia menyunggingkan senyum miring sebelum ia benar-benar meninggalkan tempat itu.

"Kamu bodoh, Bhumi!" gumam Bhumi frustasi.

Melihat bagaimana kokohnya Thalia berjalan menjauh, menyadarkan dirinya bahwa memiliki Jemia tidaklah semudah yang ia kira.

***

"Dia sangat cantik. Benar kan, Aji?" Bhumi terus tersenyum sembari menatap foto putrinya yang diambil Aryo diam-diam itu.

Aji mengangguk. Tak ada yang bisa Aji lakukan lagi selain mengiyakan setiap pertanyaan Bhumi tentang majikan kecilnya. Meski sebenarnya sangat ingin menegur majikannya itu bahwa sudah waktunya pulang.

Satu jam yang lalu, Aji baru saja ingin tidur, tetapi tiba-tiba berdering dan ia mendapati kontak majikannya menelpon. Aji dengan sigap mengangkat panggilan penting itu. Karena seingat Aji, majikannya itu tidak pernah menghubunginya di atas jam 11 malam jika tidak penting.

Ternyata ia diminta menemani majikannya duduk di sebuah bar. Terlihat sekali betapa kacaunya majikannya itu sekarang.

"Thalia sudah merawatnya dengan baik. Ia tumbuh jadi anak yang penuh percaya diri. Kamu tahu, dia bahkan pernah memarahi saya. Persis Thalia."

"Menurut kamu, dia mirip saya atau Thalia, Ji?" tanya Bhumi tiba-tiba, menatap Aji tak sabar menunggu jawaban.

Aji memiringkan kepalanya. Mengamati setiap detail fisik majikan kecilnya itu. Matanya mirip istri majikannya itu, sedangkan hidung dan yang lainnya begitu mirip majikannya.

"50:50, Pak. Pembagian yang sangat adil," jawab Aji apa adanya.

Bhumi tertawa, tetapi terdengar begitu getir.

"Saya tidak pernah merasa sebahagia ini, Ji. Tapi saya tidak bisa berbohong betapa saya cemburu pada sahabat sialan istri saya itu. Dia yang menemani istri saya saat dia ngidam, melahirkan hingga membersamainya membesarkan Jemia."

"Ternyata bukan Thalia yang tidak pantas menjadi ibu, tetapi saya lah yang tidak pantas menjadi seorang ayah." Bhumi memijit pelipisnya. Berusaha menghilangkan beban pikirannya yang sangat menyiksa itu.

Aji menatap majikannya itu dengan prihatin. Baru saja tadi ia melihat raut sumringah majikannya dan kini ia harus melihat bagaimana berantakannya pria itu.

Ia bahkan sudah menghabiskan beberapa gelas minuman.

"Sudah saatnya anda pulang, Pak. Tidak akan lama lagi waktu subuh." Aji menunduk sopan. Ia tidak akan berani mengganggu majikannya jika pagi ini mereka tidak ada rapat penting.

Bhumi terkekeh. Ia memeluk ponselnya. Di sanalah ia melihat dan mencium foto Jemia.

"Gara-gara berbagai proyek dan kekuasaan di perusahaan itulah Thalia pergi membawa putri saya, Ji. Gara-gara itulah Thalia sampai menyembunyikan keberadaan putri saya sendiri!"

Aji menghela napas panjang. Jika bisa memilih, Aji lebih baik melihat Bhumi dengan gaya angkuhnya daripada tidak berdaya seperti sekarang.

"Pak, anda belum terlambat. Masih ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Nona Thalia bukanlah pendendam. Saya yakin, Nona Thalia akan memberi kesempatan untuk anda."

Kalimat Aji ibarat angin segar yang membawa bongkahan batu besar di dada Bhumi. Matanya yang mulai memerah itu menatap Aji.

"Kamu yakin Thalia akan memberikan saya kesempatan?"

Aji dengan mantap mengangguk. Aji yakin hal itu. Lagipula, sepengetahuan Aji, dibandingkan Thalia, majikannya itu lebih pendendam.

Bhumi lantas berdiri dengan tubuh yang dipaksa tegak. Kemudian, ia menunduk, tepat pada Aji yang masih duduk.

"Kamu tidak lagi membandingkan saya dengan Thalia dalam hati kan, Ji?" tatapan tajam Bhumi seakan menusuk Aji saat itu juga.

"Tidak, Pak!" sahut Aji.

"Kamu tidak boleh melakukan itu, Aji. Jangankan membandingkan saya dengan yang lain, memarahi dan mengumpat saya pun hanya Thalia dan Jemia yang boleh."

Tepat setelah itu, Bhumi sempurna pingsan dan Aji menghela napas panjang sekali lagi.

*

*

*

Maaf update nya kemaleman. Semoga cukup senang dengan penyesalan tipis-tipis ini, ya 🤣.

Jangan lupa klik like, komen dan kasih rating lima yaa, plis!

1
partini
cara nya ya hamil lagi itu paling di antara yg paling
Teti Hayati
weh weh weh... ada yg ketar-ketir... 😄
Teti Hayati
Ini udh ngaku...?? udah gak gengsi lagi ceritanya....??
Rahayu Ayu
Enak banget jadi Bhumi,
selalu menghina Thalia dengan menyebut JALANG, tapi tetep doyan tubuh Thalia, sampai fitnah punya anak hasil hubungan dengan Julian, giliran udah tau kl anak itu anak kandungnya sok pengin di akui ayah.
preet, bergaya mau mengumumkan pernikahan, Kemarin " otaknya ngelayap kemana aja Broo.
Rahayu Ayu: he he he...esmosi kak...🤭
total 2 replies
Teti Hayati
Rekomended..!!
Yuu mampir, nyesel dh kalo gak baca..
maksa bgt yaa, tapi emang ceritanya bagus ko.. diksinya bagus, emosi alur sesuai porsinya, gak lebay gak menye-menye...
Edelweis Namira: kamu jugaa😍
total 3 replies
Bunda
Ga rela banget kalo jalannya bhumi mulus gitu 😤
Edelweis Namira: Gaaak. aku juga gak relaaa
total 1 replies
Suhainah Haris
lalu bagaimana dengan Adelia Bumi,kamu mau poligami?
Teti Hayati
Heeeyyy....
enteng sekali pengakuan anda Tuan,
amnesia kah apa yg kau lakukan sebelum tau tentang Jemia..??
Masiih ingat gak kata ja lang yg sering kau sematkan untuk Thalia..?? dan dg tanpa beban setitikpun bilang Thalia dan Jemia hal yg "paling berharga" dihidupmu.. 😏
Arga Putri Kediri
lanjut kak thor💪💪💪😍😍😍
Arga Putri Kediri
like
partini
mau lovely doply ❤️❤️❤️
sabarrrr
Bunda
untuk bhumi thor....cuma 1.kata " MAMPUS "
Suhainah Haris
siapkan berbagai trik dan usaha ya Bumi, karena gak mudah kayaknya mengambil hati Jemia🤭
Edelweis Namira: Ayahnya udah punya pacar🤣
total 1 replies
Teti Hayati
😄😄..
kurang ka,
Edelweis Namira: Ngakak aku🤣
total 1 replies
Sur Tini
nah lho bhumi gimana tuh🤣🤣
Bunda
ini apk.dr kemarin susah bener dibukanya...giliran kebuka...kebuka,episodnya ga ada...🤣
Suhainah Haris
bisalah bonusnya di double kak😄
Suhainah Haris
jalanmu pasti gak akan mudah Bumi,Mia jelas"gak suka sama kamu,selamat berjuang,dan pastinya Adel gak akan diam
Suhainah Haris
ini baru awal Bumi, siapkan hatimu
Teti Hayati
Eeet... tidak semudah yang kau bayangkan Tuan.. 🤭
coba gimana rasanya ntar pas ketemu langsung, Jemia menolak km sebagai Papanya.. atau reaksimu saat Jemia malah berdoa untuk Papa yg katanya udah di Surga... 🤭
Edelweis Namira: Shock banget deh tu. hahahha
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!