Olivia adalah seorang Desainer terkenal di abad ke-21, saat acara penghargaan dirinya dia tidak sengaja mengalami insiden kecelakaan di tempat acara sampai akhirnya dirinya meninggal dunia. Namun, bukannya dia pergi ke alam baka arwahnya justru terlempar ke zaman di era 80-an, memasuki tubuh istri seorang tentara yang Antagonis. Di komplek militer dia sering membuat onar sampai membuat banyak orang yang tidak menyukai dirinya. Lantas bagaimana jika Olivia masuk kedalam tubuh wanita tersebut, apakah Olivia akan bertahan? atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rs_31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa bersalah
Pagi Harinya Putri Ayu bangun terlebih dahulu, dia bersiap untuk pergi ke pasar, rencananya dia akan mengajak Bu Anggun dan Bu Indah kesana kebetulan ini pertama kalinya Ayu kepasar sehingga dia belum tahu suasana dan juga kondisi di sana.Ayu pergi dari rumahnya tanpa membangunkan suaminya lagian Ayu juga tidak tahu kapan Jendral Rakha pulang. Karena masih merasa kesal Putri Ayu sengaja tidak memasak apapun untuk Jendral Rakha.
Putri Ayu meninggalkan rumah seorang diri, awalnya dia akan berkunjung ke rumah Bu Anggun untuk mengajaknya ke pasar tapi ternyata Bu Indah dan Bu Anggun sudah berada didepan rumahnya.
" Loh Bu Indah, Bu Anggun kebetulan sekali kita bertemu di sini, " kata Putri Ayu dengan sangat bahagia.
"Emangnya ada apa Ayu?" tanya Bu Indah.
Putri Ayu tersenyum tipis berjalan menghampiri mereka berdua yang berdiri di depan rumahnya.
" Tadinya saya mau ke rumah ibu untuk meminta antarkan saya ke pasar."
"Owh, kalau itu mah Yu jangan sungkan kita juga kemari tadi niat awalnya untuk mengajak kamu ke sana, "
"Wah kebetulan sekali," jawab Putri Ayu dengan sangat antusias.
"Iya."
"Eh sudah-sudah ayo kita pergi nanti kita lanjutkan perbincangan kita saat dijalan nanti." Bu Indah menarik tangan Putri Ayu dan Bu Anggun membawanya pergi untuk menaiki Delman.
"Ayo Naik, " kata Bu Indah saat melihat Putri Ayu yang terus saja menatap Delman itu.
Putri Ayu begitu sangat terpukau, dia tidak percaya kalau dia bisa merasakan hidup di zaman yang masih serba kurang seperti ini. Dulu Olivia jika mau pergi kemana pun selalu ada yang menemani apalagi dia tidak perlu susah-sudah untuk mencari Delman. Di Zaman abad 21 Negara itu sudah cukup maju, sudah banyak kendaraan yang dapat di gunakan salah satunya motor dan mobil.
"Astaga, apakah di Zaman ini tidak ada mobil?" tanya Putri Ayu dalam hati pada dirinya sendiri.
Matanya melongo tidak percaya mulutnya ternganga lebar saat melihat pak kusir yang sudah duduk di depan untuk mengendalikan kuda miliknya. Bu Indah dan Bu Anggun menarik tangan Ayu dan membantunya naik ke atas delman.
"Ayo Ayu, cepat naik kalau tidak kita akan kehilangan angkutan lagi dan kamu tidak bisa pergi ke pasar," kata Bu Anggun.
Putri Ayu yang mendengar ucapan Bu Anggun langsung saja naik ke atas di bantu Oleh Bu Anggun dan Bu Indah.
"Astaga kejutan apa lagi ini, semoga saja aku bisa membiasakan diri di sini hidup zaman yang serba kekurangan ini."
Di dalam Delman Bu Indah dan Bu Anggun menatap lekat ke arah Putri Ayu. Mereka penasaran dengan kondisi rumah tangga Putri Ayu dengan Jendral Rakha. apalagi kejadian semalam itu sangat tidak mengenakan untuk Putri Ayu.
"Ayu, apakah kamu sudah berbicara dengan Jendral Rakha semalam?" tanya Bu Indah menatap Putri Ayu dengan penuh kekhawatiran.
"Tidak. Ayu tidak tahu kapan Jendral Rakha pulang, lagian semalam setelah pulang Ayu langsung tertidur karena ngantuk," jawab Putri Ayu dengan santai menatap ke arah Bu Indah dan Bu Anggun seolah tidak terjadi apapun di antara Putri Ayu dan Jendral Rakha.
"Padahal semalam, setelah kamu pergi Jendral Rakha menyusulmu dan pulang dengan cepat untuk berbicara denganmu Yu." Bisa Ayu lihat jelas raut wajah yang penuh kekecewaan di wajah Bu Anggun dan Bu Indah.
"Oh, Mungkin dia lupa atau juga lagi sibuk Bu mengurus kepindahan dokter Novi,"
Bu Indah dan Bu Anggun langsung terdiam saat Putri Ayu berkata seperti itu. Mereka berdua saling tatap satu sama lain. Lalu menatap ke arah Putri Ayu bersamaan.
♧♧♧♧♧
Di Rumah Jendral Rakha merasa panik dan juga khawatir saat ketika dia bangun tidur tidak menemukan istrinya—Putri Ayu. Dia terus saja mencari Putri Ayu kesegala penjuru ruangan di rumahnya.Namun, dia tidak menemukannya.
"Kemana perginya Ayu?"
Jendral Rakha begitu sangat khawatir kepada Putri Ayu apalagi dia tahu kalau Putri Ayu tidak pernah kemana-mana selain berdiam diri dirumah dinas. Jendral Rakha panik sekali dia takut kalau istrinya pergi dan tak kembali karena tersesat. Bahkan Jendral Rakha sudah berpikiran buruk tentang Putri Ayu.
Dia menatap ke arah jam dinding, menghela nafas kasar saat waktu yang menunjukan pukul delapan pagi.
"Aku harus pergi kemarkas sekarang, siapa tahu dia ada di markas militer seperti waktu itu," gumam jendral Rakha dengan pelan.
Tanpa membuang waktu dia langsung saja pergi menuju markas militer untuk mencari Putri Ayu. Bahkan dia sampai tidak sempat untuk bersiap-siap.Sesampainya di Markas Jendral Rakha langsung saja berjalan ke arah Pos gerbang.
"Van,apakah kamu melihat istriku datang kemari?" tanya Jendral Rakha dengan panik.
"Tidak, Saya melihatnya terakhir kali pas tadi malam Jendral," jawab Vano.
"Tadi malam?" tanya Jendral Rakha. Di sedikit terkejut dan juga kaget saat mendengar pengakuan Vano.
"Iya, semalam dia kesini bersama istri saya.Namun, dia buru-buru pulang bahkan dia di sini juga hanya sebentar,"
" Van kalau kamu sudah tahu dia istriku kenapa kamu tidak memberiku kabar, mungkin aku akan menjemputnya dan mengajaknya masuk kedalam."
"Iya Jendral. Tapi saya juga baru tahu dia istrimu setelah dia berjalan menjauh kembali ke rumah dinas."
Jendral Rakha mencoba menggali informasi dari Vano. Dia kebingungan sebenarnya apa yang terjadi kemarin, sepertinya dia banyak melewatkan waktu tentang Ayu istrinya.
"Jadi kapan Istri saya datang kemari?" tanya Jendral Rakha.
"Di saat Jendral Rakha berpelukan dengan Dokter Novi."
Deg
Bagaikan di sembar petir di siang bolong. Jendral Rakha tertegun di tempat dia semakin merasa bersalah kepada Putri Ayu. Dia dengan sengaja mengabaikannya, tapi Putri Ayu masih tetap menyiapkan makan malam untuknya dan bahkan Putri Ayu menunggu sampai dia pulang.Namun, orang yang Putri Ayu tunggu justru malah sedang bermesraan dengan orang lain.
"Ayu maafkan aku, Aku tidak bermaksud untuk menyakitimu," gumam Jendral Rakha dalam hati.
Raut wajahnya langsung berubah menjadi merah padam, rahangnya mengeras tangannya mengepal dengan kuat sampai terlihat buku-buku jarinya hingga memutih.
"Ayu dimana kamu sekarang?"
Jendral Rakha langsung saja masuk kedalam Markas Militer banyak para perwira lainnya yang menyapa Jendral Rakha seperti biasanya. Namun, jendral Rakha tidak menghiraukan itu. Dia terus saja berjalan dengan langkah tegas matanya melotot seolah sedang menahan sesuatu yang dia tahan, melihat ekspresi Jendral Rakha membuat semua orang bergetar ketakutan.
"Ada apa dengan Jendral Rakha hari ini, kenapa dia terlihat sangat menyeramkan sekali?"
Perwira lainnya menggelengkan kepalanya dengan kuat. Dia menatap tulang punggung Jendral Rakha yang berjalan menjauh dari mereka semua.
" Yang penting untuk hari ini jangan membuat ulah dan juga membuat masalah dengannya. Kalau kalian ingi mendapatkan kemarahan Jendral Rakha, silahkan saja mencobanya."
k