NovelToon NovelToon
THE SMILING KILLER : Faces Of Mercy

THE SMILING KILLER : Faces Of Mercy

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Action
Popularitas:518
Nilai: 5
Nama Author: Firmanshxx969

Di tengah gemerlap kota, kegelapan purba bangkit.

​Satu per satu, para elite yang telah "bertobat" ditemukan tewas dalam ritual penyiksaan yang mengerikan. Mantan preman, pengusaha licik, semua yang kini dermawan, tubuhnya dipajang sebagai altar dosa masa lalu mereka.

​Sang pembunuh tidak meninggalkan sidik jari. Hanya sebuah teka-teki teologis: ayat-ayat Alkitab tentang murka dan penghakiman yang ditulis dengan darah.

​Media menjulukinya: "Sang Hakim".

​Ajun Komisaris Polisi (AKP) Daniel Tirtayasa, detektif veteran yang hidupnya ditopang oleh iman, ditugaskan memburu bayangan ini.

​Namun, perburuan kali ini berbeda. Sang Hakim tidak hanya membunuh; ia berkhotbah dengan pisau bedah, memutarbalikkan setiap ayat suci yang Daniel pegang teguh. Setiap TKP adalah kapel penghujatan yang menantang eksistensi pengampunan.

​Kini, perburuan ini menjadi personal.

​Mampukah Daniel menangkap Sang Hakim sebelum imannya sendiri hancur berkeping-keping?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firmanshxx969, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 7

Sembilan hari telah berlalu. Sembilan hari yang terasa seperti sembilan minggu.

Ruang komando investigasi di Polda Metro Jaya kini berbau seperti kegagalan: kopi basi, kertas laporan yang menumpuk, dan kelelahan. Papan tulis putih yang dulu penuh kemungkinan kini terlihat seperti monumen jalan buntu. Tekanan dari atasan mulai datang dalam bentuk telepon singkat yang nadanya semakin tidak sabar.

Daniel Tirtayasa memulai rapat pagi itu dengan keengganan yang ia sembunyikan rapat-rapat.

“Baik, kita mulai,” katanya pada timnya yang tampak kuyu. “Jalur hantu masa lalu. Hasan, beri aku kabar baik.”

Iptu Hasan, detektif senior yang biasanya bersemangat, menghela napas. Ia berdiri dan menunjuk ke papan.

“Kabar baiknya, alibi mereka kuat. Kabar buruknya, alibi mereka kuat,” kata Hasan datar. “Burhan ‘Kapak Naga’, rival utama Si Macan. Punya motif, punya rekam jejak. Tapi malam itu dia menginap di sel Polsek Gambir karena kasus judi. Mustahil.”

Satu per satu, nama-nama di daftar musuh Si Macan dicoret. Seorang mantan anak buah meninggal karena TBC. Seorang lagi jadi petani di Kalimantan.

“Keluarga Pak Hartono?” Daniel bertanya pada Adit, merujuk pada pedagang yang dibuat cacat oleh Lukas.

Adit menggeleng. Wajahnya tampak lebih tirus dari seminggu lalu. “Saya sudah verifikasi, Ndan. Mereka membenci Lukas, ya. Tapi malam itu mereka semua di Cirebon untuk acara keluarga. Kepala desa dan puluhan saksi sudah mengkonfirmasi. Mereka tidak mungkin melakukannya.”

Hening. Perburuan hantu itu resmi berakhir. Semua kebencian dari masa lalu Lukas nyata, tapi tidak ada satupun yang bisa menembus alibi mereka.

Daniel beralih ke harapan terakhir. “Jalur medis. Jejak Dr. Samuel.”

Adit tampak semakin tidak nyaman. “Jalur itu juga buntu, Ndan. Kami menemukan insiden sepuluh tahun lalu. Lukas mengamuk di UGD, mengancam dokter jaga bernama Arief Wicaksana karena ibunya meninggal.”

“Itu kuat,” kata Hasan. “Seorang dokter dengan dendam.”

“Itu yang saya pikirkan,” kata Adit. “Saya dan Komandan sudah menemuinya. Dr. Arief sekarang ahli jantung sukses. Dia angkuh, dan dia mengingat Lukas hanya sebagai 'pria bertato yang berisik'.”

“Alibinya?” tanya Daniel, meskipun dia sudah tahu jawabannya.

“Sempurna,” kata Adit masam. “Malam itu, dia sedang melakukan operasi bypass koroner lima kali. Mulai pukul delapan malam, selesai pukul tiga pagi. Ada selusin saksi di ruang operasi. Mustahil.”

Ruangan itu kembali sunyi. Jalan buntu di kedua sisi. Tim itu telah mengerahkan semua sumber daya, mengikuti setiap jejak logis, dan hasilnya nihil.

“Baik,” kata Daniel, memecah keheningan yang berat. “Bubur. Dapatkan kopi segar. Istirahat. Kita berkumpul lagi setelah makan siang.”

Timnya bubar dalam keheningan, meninggalkan Daniel sendirian di ruang komando.

Ia berdiri di depan papan tulis, menatap kekacauan itu. Foto-foto Lukas menatapnya balik Si Macan yang buas, Pak Lukas yang lembut. Dan di tengah, foto cermin berdarah itu.

Mereka salah.

Tim saya sudah bekerja keras. Dan mereka semua salah.

Pikirannya berputar. Mereka sibuk menggali tanah di sekitar pohon, tapi mengabaikan hutannya. Mereka mencari motif yang mereka pahami: balas dendam, uang, amarah.

Preman tidak membunuh seperti itu, batin Daniel, teringat kata-kata Samuel. Presisi. Dekonstruksi.

Ini bukan kekacauan. Ini adalah ketertiban yang mengerikan.

Ia teringat kata-kata Samuel di ruang autopsi: "Dia sedang berkhotbah."

Ia teringat Pastor Antonius yang ketakutan. Dan ia teringat catatan yang ditemukan di Alkitab Lukas:

“Pengampunan palsu harus dikoreksi dengan kebenaran yang tajam.”

Khotbah. Koreksi. Penghakiman.

Timnya telah mencari seorang pria dengan parang. Tapi Daniel sadar, ia seharusnya mencari seorang pria dengan mimbar. Mereka mencari seseorang yang ingin mengakhiri hidup Lukas. Tapi si pembunuh tidak hanya ingin membunuh; ia ingin membuktikan sesuatu. Ia ingin "mengoreksi" narasi hidup Lukas, untuk menunjukkan bahwa penebusan itu adalah kebohongan.

Daniel mengambil sebuah spidol penghapus.

Dengan satu gerakan lebar yang penuh amarah dan kejernihan baru, ia menghapus seluruh bagian papan yang berjudul "MUSUH SI MACAN". Nama-nama gangster dan rival itu lenyap, meninggalkan ruang putih yang bersih.

Timnya akan terkejut saat mereka kembali.

Dengan spidol hitam baru, Daniel menulis sebuah judul baru di atas ruang kosong itu.

LINGKARAN PERTOBATAN LUKAS

Di bawahnya, ia mulai menulis nama-nama. Pastor Antonius. Bu Ijah. Toga. Para relawan yayasan. Orang-orang yang mengenal Lukas setelah ia bertobat.

Selama ini, mereka mencari di masa lalu Lukas yang penuh dosa, berasumsi ancaman datang dari neraka yang ia tinggalkan.

Intuisinya kini berbisik dengan suara yang dingin dan jelas.

Mungkin ancaman itu tidak datang dari neraka sama sekali. Mungkin ancaman itu datang dari seseorang yang merasa lebih suci. Seseorang yang merasa berhak menjadi hakim atas surga dan neraka orang lain.

Daniel melangkah mundur. Jejak-jejak lama memang dingin dan mati. Tapi ia baru saja menemukan jejak baru. Jejak yang tidak berbau dendam, melainkan berbau kemenyan dan penghakiman.

Dan entah kenapa, jejak itu terasa jauh lebih berbahaya.

1
Haruhi Fujioka
Wow, endingnya bikin terharu.
Si Hibernasi: mampir kak, judulnya Iblis penyerap darah, mungkin saja suka🙏
total 1 replies
Gohan
Ceritanya bikin merinding. 👻
naotaku12
Dapet pelajaran berharga. 🧐📝
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!