Dua keluarga yang terlibat permusuhan karena kesalahpahaman mengungkap misteri dan rahasia besar didalamnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MagerNulisCerita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Informasi Baru
Pagi hari di kediaman Wijaya
Suasana pagi itu seperti biasa, seluruh anggota keluarga satu-persatu menghampiri meja makan untuk menyantap beberapa hidangan yang telah disiapkan.
Tiara seperti biasa datang paling terakhir dan sibuk dengan gadgetnya untuk melihat info terkini yang beredar.
"Disimpan dulu sayang ponselnya, dilanjut nanti lagi setelah makan"—Suara Anin menasehati sang putri dengan sangat lembut.
Belum sempat ia membalas nasehat sang bunda, "Iya tuh Mah, Princes Cinderellanya Papah itu udah kebiasaan"—Nathan ikut menyindir kebiasaan sang adik.
"Apasih kak, nyambung aja. Kek kabel inter....Loh, Om Alfian ditangkap polisi pah? Karena terlibat dalam peristiwa pembunuhan Keponakannya sendiri?"— Suara Tiara terpotong karena terkejut bahwa, Alfian ditangkap karena sebagai otak pembunuhan Arnold.
"Ah masa iya, coba kakak lihat"—Micha
Micha juga sangat penasaran dan segera melihat berita dari ponsel sang Adik (Tiara).
"Dengan ditangkapnya Alfian sebagai otak pembunuhan, maka dengan ini mengubah dugaan keterlibatan keluarga Wijaya pada kematian Arnold dan membuat nama baik keluarga Wijaya bersih dari segala fitnah keji yang telah di tuduhkan terhadap mereka (Keluarga Wijaya"—Micha membaca poin-poin penting dalam artikel tersebut.
"Syukurlah, dengan begini nama baik keluarga kita telah kembali bersi"—Ucap Wijaya
Sementara, Anggota keluarga yang lain menganggukkan kepalanya menandakan mereka juga bersyukur dan setuju terhadap statement yang Wijaya sampaikan.
Setelah beberapa saat kemudian, akhirnya Tiara telah sampai dikampus Hijau. Kemudian Tiara buru-buru ke kelas karena jam mata kuliah akan segera di mulai sedangkan Naura sang sahabat, telah lebih dulu ada di kelas.
Dengan sangat terburu-buru ia segera berlari ditakutkan ia sampai dikelas terlambat.
"Huh huh huh" akhirnya Tiara sampai di kelas meskipun dengan suara sedikit ngos-ngosan.
"Sabar Ti... Sabar... Minum dulu ini"— Naura
Kemudian, Tiara segera mengambil air mineral yang disodorkan oleh Naura kepadanya dengan terburu-buru.
"Pelan-pelan Ti"—Naura kembali mengingatkan sang sahabat.
"Na, aku terlambat banget ya?"—Tiara
"Maksudnya terlambat bagaimana ini? Kamu pasti nggak baca grup? Noh lihat sekitar, udah pada masuk semua belum?"—Ujar Naura sambil mencibir sahabatnya itu.
"Loh, bukannya kelas harusnya jam segini udah mulai ya. Aku baru sadar kalau kelas masih sepi..Hehe"—Tiara
Sambil menggaruk-garuk tengkunya yang tidak gatal.
"Baca grup dulu itu, Hari ini ibunya minta kelas diundur 30 menit"—Naura
"Ya Allah, udah lari-larian banget ini tadi dari parkir ke kelas sudah berasa jadi Usain Bolt tadi"—Tiara
"Ki..ki..ki"Suara cekikikan dari Naura
Karena asyik ngobrol, kelas perlahan sudah mulai banyak mahasiswa yang berdatangan.
"Hayo lagi ngobrolin apa kalian apa ini?"—Ficko
Ficko tiba-tiba mengagetkan Tiara dan Naura yang tengah fokus mengobrol.
"Untung belum tak timpuk kamu Fick"—Tiara
Setelah Ficko tiba, tak berselang lama Fadhil juga datang.
"Na, gimana perasaan kamu setelah ada berita tersebut"—Fadhil
"Berita apa Dil, Maksudnya gimana? Aku beneran eggak tau apa-apa sumpah"—Naura
Naura, kebingungan karena ia belum mengetahui info yang teman-temannya bahas.
"Oalah yang itu, agak sedikit syok sih tadi bacanya"—Ficko
"Kamu serius Na, beneran nggak tau? padahal trending banget di media sosial dan surat kabar pagi ini. Coba kamu baca info tersebut di-X"—Tiara
Mendengar saran dari para sahabatnya ia pun akhirnya membuka media sosialnya dan betapa kagetnya bahwa pamannya terlibat dalam pembunuhan sang kakak.
"Agak ada gila-gilanya itu Oom kamu Na, membunuh Ibu dan keponakannya sendiri demi harta"—Ficko
Tanpa sepatah kata, Naura akhirnya meneteskan air mata. Karena semasa ia beranjak dewasa ia belum pernah melihat wajah nenek dan kakaknya yang menurut ayahnya, Arnold adalah orang yang paling menunggu-nunggu kelahiran Naura dan sangat menyayangi Naura setelah kelahiran Naura.
"cup... cup... Nggak papa Na, luapin aja"—Tiara
"Akupun sangat rindu Kakakku Ti, saat itu aku bukan hanya kehilangan Kakak dan nenekku, melainkan juga ibuku, Aku kehilangan peran seorang ibu, karena kepergian kakakku ibuku depresi."—Suara Naura pelan namun penuh kesakitan.
Tiara menenangkan Naura yang tengah bersedih agar bisa menata hati serta memberikan beberapa helai tisu.
Setelah Naura lebih tenang, sang dosen datang memberikan salam dan akan memulai pembelajaran.
"Stop... Stop... Misi pak, Princes mau masuk. Maaf Princes terlambat soalnya princes abis ke syalon"—Chantika
Tiba-tiba Chantika dan gengnya datang terlambat dengan gaya sok centilnya. Sehingga membuat seisi kelas merasa muak, termasuk Tiara dan Fadhil.
"Oke, kalian boleh masuk dan ikut kelas saya...."—Pak Doni.
Suara pak Doni terpotong, karena Chantika sudah lebih dulu memotong ucapan sang dosen yang terkenal killer itu.
"Makasih pak, yuk guys"—Chantika
"Tunggu... Tunggu maksud saya kalian bisa ikut pembelajaran kelas saya tapi dipertemuan selanjutnya"—Pak Doni
Sontak mendengar itu, seluruh isi kelas dipenihi olah gelak tawa dari mahasiswa kecuali Chantika dan gengnya.
"Ih pak, kok begitu? kami juga ingin belajar? Bapak mau berapa? 10 juta? 100 juta? Atau 1 M? Nanti my dad yang bayar"—Chantika
"Oh kalian berani menyuap saya? Saya tidak perduli latar belakang keluarga kalian. Selama kalian tidak mematuhi aturan di kelas saya silakan mengulang di mata kuliah saya! Sekarang kalian keluar atau perlu saya panggilkan Satpam?—Pak Doni
Setelah mendengar nada pengusiran dari sang dosen akhirnya mereka terpaksa keluar dari kelas. Sementara semua mahasiswa merasa ini adalah sebuah berkah karena sang perusuh dikeluarkan dari kelas
"Jangan ada yang tertawa! Atau kalian ingin keluar semua?"—Pak Doni memberikan instruksi kepada mahasiswa di kelas
Sebelum Chantika keluar, ia mmeberikan ancaman kepada sang dosen.
"Ingat ya pak, my dad pasti nggak bakal diem aja princesnya diginiin"—Chantika
"Saya tunggu itu!"—Pak Doni
Setelah kejadian pagi tersebut, pembelajaran dengan Pak Doni dilanjutkan hingga jam pergantian mata kuliah.
Sementara itu, Siang hari di Kafe Kamboja
Saat ini Marvin tengah menunggu sahabat sekaligus detektif bayarannya yang sebelumnya memintan janji temu di Kafe Kamboja siang ini.
"Eh Vin, sorry gue terlambat"—Arby
"Eh iya By santai, Aku juga baru sampai"—Marvin
"Sebelumnya, gue mau mengucapkan selamat atas terbongkarnya pelaku peristiwa 17 tahun lalu Vin meskipun pada akhirnya malah menambah luka di keluarga kalian."Arby
Marvin mendengar sang sahabat berbicara demikian hanya bisa diam mencerna setiap kata yang Arby sampaikan.
"Maksud Gue ngajak Lu ketemu di sini, Gue mau ngasih info terkini terkait perkembangan kasus yang ternyata saat ini sudah terbongkar dalangnya. Namun, dari pencarian Gue dan anak buah, kita malah menemukan sebuah berita yang mungkin ini jadi angin segar untuk keluarga kalian."—Arby
"Maksudnya By?"—Marvin
"Setelah beberapa Bulan melakukan pencarian, salah satu anak buah Gue memberikan informasi bahwa ada saksi mata yang melihat bahwa tepat 17 tahun silam di daerah Bogor ada warga yang menemukan anak berusia 9 tahun hanyut di sungai dan kebetulan Vin, lokasi kakak Lu ada didekat sungai."—Arby
"Jadi, maksud kamu By? Ada kemungkinan kak Arnold selamat pada waktu itu?"—Marvin
"Itu maksud Gue Vin"—Arby
"Tapi kalau kak Arnold selamat, lalu yang kita kuburkan itu jasad siapa By"—Marvin
"Nah itu dia Vin, untuk memastikannya kita perlu melakukan tes DNA terhadap jasad diduga kakak Lu dengan DNA Bokap dan Nyokap Lu"—Arby
"Berarti Aku harus bilang ke papah dulu By"—Marvin
"Saran Gue Vin, jangan sampai semua orang tau. Cukup.Lu dan om Angga saja. Karena gue curiga ada oknum lain yang bermain di sini"—Saran dari Arby.
"Maksudmu, masih pelaku lain yang masih berkeliaran di sana?"—Marvin
"Maybe iya, melihat makin lama makin banyak misteri yang belum terpecahkan"—Arby
Setelah percakapan rahasia selesai, akhirnya mereka kembali ke rutinitas seperti biasa.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung ya pemirsa, maaf ya pemirsa beberapa ini dan kedepa author sibuk banget di kehidupan nyata🙏