NovelToon NovelToon
Bola Kuning

Bola Kuning

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:93
Nilai: 5
Nama Author: Paffpel

Kisah tentang para remaja yang membawa luka masing-masing.
Mereka bergerak dan berubah seperti bola kuning, bisa menjadi hijau, menuju kebaikan, atau merah, menuju arah yang lebih gelap.
Mungkin inilah perjalanan mencari jati diri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Paffpel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Pagi yang cerah menyambut Rian, alarm Rian berbunyi. Dia bangun dari kasurnya dan mematikan alarmnya.

Rian siap-siap sekolah, karena hari ini dia udah boleh masuk sekolah lagi. Dia mandi dan mencari-cari seragam sekolahnya.

Rian ngebuka pintu rumahnya sambil nguap. Saat dia keluar dari rumahnya, ternyata ada Arpa dan Juan di depan rumahnya.

Alis Rian terangkat sedikit. “Ngapain kalian berdua di sini?” dia sedikit memiringkan kepalanya.

Arpa senyum sambil nyenggol pelan Rian. “Ya ngejemput lu dong, gua sama si Jun sengaja nih pagi-pagi dateng ke rumah lu, lu kan udah bisa sekolah lagi hari ini.”

Juan ngangguk-ngangguk sambil menyilang menyilangkan tangannya. “Bener tuh,” dia nyengir.

Rian ngelirik mereka berdua, awalnya Rian masih ngerasa nggak enak sama Arpa dan Juan, tapi setelah ngeliat mereka berdua tersenyum, Rian pun tersenyum tipis. “Ya udah, ayo berangkat.”

Mereka bertiga jalan ke sekolah bareng-bareng, mereka ngobrol sambil ketawa-ketawa.

Mereka bertiga pun sampai di gerbang sekolah. Arpa ngelirik pak Budi terus melambaikan tangannya sambil senyum lebar.

Pak Budi hanya menatap mereka, alisnya mengkerut halus dan bibirnya ditekan. Badannya sedikit membungkuk. Pak Budi hanya diam nggak ngejawab sambil meremas ujung bajunya.

Arpa menurunkan tangannya dan senyumannya memudar. “Jun, Yan, ayo masuk,” kata Arpa dengan nada pelan.

Rian dan Juan ngelirik pak Budi dan diam sebentar. Tapi mereka langsung ikut Arpa masuk gerbang. “kenapa lagi nih, kenapa pak Budi natap kita kaya gitu, pak Budi ngedenger hal buruk dari siswa-siswi lagi? Tentang gua lagi?” kata Arpa dalam hati sambil menundukkan sedikit kepalanya dan mainin jari-jarinya.

Mereka jalan di lorong sekolah. Tapi tiba-tiba banyak bisikan-bisikan saat mereka berjalan, siswa-siswi saling berdekatan sambil menatap sinis mereka. “Eh itu tuh, Rian si nggak punya hati, katanya dia mukul perempuan tau, dasar banci, beraninya sama perempuan,” kata salah satu siswi di lorong itu. Walaupun mereka bisik-bisik, tapi bisikan mereka masih terdengar pelan.

Rian berhenti jalan dan berdiri tegak sambil mengepalkan tangannya. Dia natap tajam siswi yang bisik-bisik itu.

Arpa dan Juan ikut berhenti jalan. Juan menatap lembut Rian. Arpa juga natap Rian tapi matanya lari kecil-kecil. “Yan, ayo,” kata Arpa dengan nada pelan.

Pandangan Arpa kebawah. Alisnya agak naik di tengah dan bibirnya kegigit pelan. “Lagi-lagi gara-gara gua,” pikir Arpa.

Mereka lanjut ngelangkah menuju kelas. Di depan kelas, temen-temen Juan berdiri di depan pintu kelas sambil natap Juan.

“Juan, kenapa lu jadi jarang bareng kita lagi?” kata Gio sambil ngelirik mata Juan. Gio adalah salah satu temen Juan.

Mulut Juan terbuka sedikit terus di tutup rapat, dia menundukkan kepalanya dan nggak ngejawab.

“Ternyata bener ya kata Kela, kita kecewa sama lu, Juan,” kata Gio sambil memalingkan mukanya, Mereka pun pergi membelakangi Juan.

Juan menggenggam tangannya. Arpa megang bahu Juan. “Maaf Jun, ini pasti gara-gara gua, ayo… masuk Jun.”

Mereka pun masuk ke kelas. Kela ngelirik Arpa sambil senyum miring. “Gimana hadiah gua, parasit kesepian?” kata Kela di dalam hatinya.

Arpa nengok ke Kela, dia berusaha ngejaga ekspresinya dan lanjut jalan ke kursinya.

Mereka bertiga duduk. Dan nggak ngobrol sepatah kata pun. Juan yang sedih karena kehilangan temen-temennya, tapi juga bingung harus ngapain. Arpa yang terus mikir dan di hantui rasa bersalah. Sedangkan Rian, dia bingung harus ngapain di situasi kaya gini, dia lebih memilih diam.

Arpa nunduk sambil gerak-gerakin kakinya. “ini gara-gara gua, ini gara-gara gua, ini gara-gara gua, INI GARA-GARA GUA!” pikir Arpa. Pikirannya seolah menggerogoti dirinya.

Guru pun datang, kali ini yang ngajar adalah bu Tuti, bu Tuti ngajar kaya biasa, tapi karena cara ngajar bu Tuti lumayan menarik bagi murid-muridnya, banyak murid yang penasaran dan memperhatikan pelajaran bu Tuti.

Jam pelajaran pun berganti, guru masuk ke kelas, ngajar kaya biasa, dan muridnya bosen. Kebanyakan murid sering-sering liat jam dan bertanya-tanya kapan bel istirahat bunyi.

Bel istirahat akhirnya berbunyi. Kali ini, mata Arpa setengah turun dan alisnya nggak bergerak sama sekali. Dia jalan keluar dari kelas tanpa ngomong apapun, jalannya pelan dan terasa penuh tekanan.

Juan masih sedikit nunduk dan tatapannya kosong. Dia nggak sadar kalau Arpa udah pergi.

Alis bagian dalam Rian turun ke tengah dan matanya melembut, bibirnya turun sedikit. Rian natap Arpa yang membelakanginya.

Setelah Arpa keluar kelas. Rian ngelirik Juan. Dia nyolek punggung Juan. “Oi, Jun.”

Tapi Juan nggak ngerespon. Rian berdiri dan ngelangkah ke samping Juan. Dia narik pelan bahu Juan. “Oi, Jun.”

Kepala Juan terangkat tiba-tiba, matanya yang tadi kosong, berubah fokus cepat. Dia nengok ke Rian. “K-kenapa, Yan?”

Rian duduk di samping Juan sambil natap serius Juan. “Lu kenapa sih? Masa gara-gara di tinggal temen-temen lu, lu jadi gini, lu liat tuh si Rap, dia pasti ngerasa bersalah gara-gara kita, lu lebih mentingin temen-temen lu itu dari pada si Rap, Jun?! “ kata rian dengan nada lumayan tinggi.

Mata Juan membesar cepat dan mulutnya terbuka sedikit. Dia memalingkan mukanya. “Maaf, Yan, lu... bener juga.” pandangan Juan ke bawah.

“Maafnya nanti aja, kita ke Arpa dulu,”

Rian langsung berdiri sambil natap Juan.

Juan ngangguk dan ikut berdiri. Mereka berdua langsung keluar kelas dan jalan cepet sambil nyari-nyari Arpa. Mereka pun lari-lari kesana-kemari.

Sedangkan Arpa. Dia natap langit yang lagi gelap dan mendung dengan tatapan kosong dan gerakannya lambat. “Gua… tau, gua tau harus ngapain.”

Arpa memalingkan pandangannya dari langit dan lanjut jalan. Walaupun dia sendiri nggak tau mau kemana.

Setelah lari-lari kesana-kemari lumayan lama, akhirnya mereka ngeliat Arpa dari kejauhan. “Rap!” teriak Juan.

Juan dan Rian lari ke Arpa. Mereka ngos-ngosan dan keringat berjatuhan. “Rap, lu gapapa kan?” tanya Rian.

Arpa natap mereka berdua dengan mata yang sayu. Dia ngantongin tangannya dan jalan gitu aja, mengabaikan Juan dan Rian.

Badan mereka berdua langsung berhenti sesaat. Kedipan mata mereka jadi pelan dan alis mereka melemah. Mereka natap Arpa yang lagi jalan mengabaikan mereka.

“Jun… Yan… gua nggak mau kalian terluka gara-gara gua lagi,” kata Arpa di dalam hatinya. Walaupun dadanya terasa sesak, dia tetap jalan mengabaikan Juan dan Rian.

“Jun… kayaknya… gua beneren jadi batu,” Arpa senyum, tapi matanya nggak ikut senyum dan tetap kosong.

1
HitNRUN
Nguras emosi
tecna kawai :3
Masih nunggu update chapter selanjutnya dengan harap-harap cemas. Update secepatnya ya thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!