Apa jadinya, ketika hubungan rumah tangga jauh dari rasa saling memperhatikan?
Apakah Laras akan mampu terus menahan jeritan-jeritan batin-nya yang selama ini ia pendam?
Simak keseruan konflik etika yang terjadi dirumah tangga Laras! Jangan lupa dukung karya baru ini, ya. See you~
Update: setiap hari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imen Firewood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta Kantor
"Riko?"
Suara Laras sedikit tertahan. Ketika air minum yang berada di tenggorokannya belum tertelan sepenuhnya. Riko yang baru saja datang langsung bergabung dengan mereka. Seraya masih terus tersenyum, Riko memperhatikan Laras yang masih merasa sedikit kaget dengan kehadirannya. Riko mendekatkan wajahnya ketelinga Laras, membuat Laras merinding menahan nafasnya sejenak.
"Kenapa kamu tidak membalas pesan ku?" -Riko
Laras langsung mengecek ponselnya. Dan melihat, beberapa pesan dan panggilan tidak terjawab dari Riko juga ada disana. Laras baru sempat mengecek ponselnya saat ini semenjak berangkat kesini dari rumahnya.
"Ah, maaf ... Aku benar-benar baru sempat memegang ponsel." -Laras
Riko tersenyum. Berusaha mengerti kondisi Laras yang kini merasa malu saat ia memperhatikannya. Laras mengalihkan pandangannya beberapa saat untuk dapat kembali menghabiskan air yang sedari tadi ia bawa dengan satu tegukan.
Glek ...
Glek ... Glek!
"Apa kamu ingin aku ambilkan minum lagi?" -Riko
Laras menggeleng dengan cepat. Ia merasa sudah cukup untuk dirinya meminum-minuman seperti ini walau hanya sedikit. Suasana irama musik yang elegan menambah khas dari pesta yang sedang berlangsung saat ini. Hingga beberapa menit kemudian, seorang mc baru saja berbicara menggunakan mic memberitahu bahwa sekarang waktunya dansa.
"Hadirin yang sangat kami hormati. Untuk melepaskan kepenatan kita semua selama bekerja, mari kita sama-sama menikmati musik dan moment ini sambil berdansa!" -Mc
Ketika musik pelan dimainkan oleh instrument, semua orang yang duduk mulai berdansa. Termasuk dua pasangan yang sedang bersama Laras dan Riko. Mereka semua terlihat begitu menikmati pesta saat ini sambil tersenyum dan berdansa. Melihat hal ini, Riko tidak ingin melewatkan moment ini. Ia berdiri dari kursinya untuk mengajak Laras berdansa bersama sebelum musik selesai. Dengan perasaannya yang gugup awalnya Laras menolak ajakan Riko.
"A-aku tidak berdansa ..." -Laras
Riko langsung menarik tangan Laras. Membuatnya berdiri berhadapan dengannya di kerumunan banyak orang yang tengah berdansa. Sebelah tangan mereka bercengkrama, sedangkan satu tangan Riko, melingkar di pinggang Laras yang ramping. Menerima sentuhan dari Riko, membuat Laras sedikit kaget. Namun dengan perlahan ia mulai menikmati moment ini.
"Tidak perlu khawatir, ikuti saja aku" -Riko
Riko tiada hentinya memandangi wajah cantik Laras yang kini berada sangat dekat dengan wajahnya. Namun Laras, masih sering sesekali membuang pandangannya karena merasa malu. Terlihat Laras begitu amatir. Berusaha mengikuti gerakan setiap gerakan dari Riko yang terlihat sangat mahir melakukannya. Ketika Laras tergelincir, Riko semakin merekatkan pelukannya menjaga Laras agar tidak jatuh.
"Aduh ..." -Laras
"Tidak apa-apa" -Riko
Kini pelukan mereka tidak berjarak. Dan Laras begitu terbawa oleh suasana ini. Terlihat dari pipinya yang terus semakin memerah ketika terus di perhatikan Riko. Musik romantis yang di mainkan saat ini, benar-benar membuat Laras baru pertama kali merasakan ketenangan seperti ini. Hingga, suara dari batin Laras tiba-tiba terdengar di pikirannya.
"Rasanya begitu tenang ..."
"Ketika aku memejamkan mata seperti ini"
Laras begitu menikmati moment ini. Hingga saat ini, mereka berdua semakin lancar mengikuti ritme musik yang di mainkan. Laras perlahan membuka matanya. Ia sudah tidak merasa malu lagi ketika kini mereka secara intens terus bertatapan. Ketika mereka berdua lebih jauh terbawa kedalam suasana romantis ini, tanpa sadar wajah Riko semakin mendekati bibir Laras. Dan ketika mereka sudah hampir berciuman, Laras tersadar. Ia menghentikan gerakannya dan sedikit mendorong tubuh Riko.
"Ah, maaf. Sepertinya aku ingin pergi ke kamar mandi" -Laras
Riko mengerti. Ia memutuskan menerima alasan Laras yang ingin menjeda moment mereka. Riko tersenyum sebelum Laras pergi ke kamar mandi meninggalkannya.
"Baiklah, aku akan menunggumu di meja tadi." -Riko
Setibanya Laras di dalam kamar mandi, Laras menemukan sebuah cermin yang dimana ia dapat melihat wajahnya sendiri. Beberapa kali juga Laras terlihat menepuk-nepuk kedua pipinya karena terasa begitu panas. Laras sedikit membasuh mukanya dengan air yang ada disana.
Plak ...
Plak ...
Pak ...
"Sadar Laras ...! Astaga ..." -Laras
Laras berusaha mengatur deru nafasnya yang tadi sempat tidak beraturan ketika di dekat Riko. Beberapa kali juga ia menarik dan mengeluarkan nafasnya secara perlahan agar kondisi mentalnya kembali normal. Laras yang sebenarnya ingin pasrah dengan kondisi seperti tadi, tiba-tiba tersadar bahwa ia masih seorang istri dan seorang ibu. Walau jauh di lubuk batinnya ada sedikit keinginan. Tapi Laras berusaha keras untuk menahan itu semua demi laki-laki yang sudah menjadi suaminya. Walaupun, hubungan rumah tangga mereka beberapa bulan kebelakang sedang tidak baik-baik saja.
Beberapa menit kemudian, Laras yang telah selesai meredakan dirinya keluar dari kamar mandi. Ketika Laras baru saja keluar dari pintu, ternyata Laras sudah di tunggu oleh seseorang pria yang dari tadi berdiri disana. Laras sedikit kaget melihat adanya pria yang sedang bediri menunggunya.
Bersambung ...