NovelToon NovelToon
Tuan Foster, Angkat Aku Jadi Anakmu

Tuan Foster, Angkat Aku Jadi Anakmu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Single Mom / Obsesi / Romansa
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ferdi Yasa

Seorang anak tiba-tiba ingin membeliku untuk menjadi Ayahnya. Dia bilang, jika aku menjadi ayahnya, maka dia akan memberikan Ibunya padaku. Gratis.

Menarik.

Tapi ternyata, ibunya tidak seperti wanita pada umumnya. Dia ... sedikit gila. Setiap hari yang ada di kepalanya hanya memikirkan bagaimana caranya menanggalkan seluruh pakaianku.

Aku, Sebastian Foster, bersumpah akan menahan dia di sisiku. Selamanya. Karena dia yang sudah mer4ngs4ng g4irahku, jangan berharap aku bisa berhenti!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ferdi Yasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 Jangan Jatuh Cinta Pada Samantha

Samantha jatuh ke sandaran kursi, tidak mengatakan apa-apa untuk sementara waktu.

“Sam ….”

“Julian.” Dia menyela. “Sekarang Sebastian berhubungan int!m dengan Olivia Miller, putri dari Roy Miller, band4r nark0ba. Tidakkan menurutmu itu pantas kita perhatikan? Bagaimanapun, hanya kamu dan aku yang tahu identitas Olivia. Mungkin ini akan menjadi penemuan yang tidak sengaja.”

“Seharusnya tidak ada yang salah. Aku telah menyelidiki dari banyak saluran kalau dia hanya guru TK biasa.”

“Kamu tidak bisa langsung mengambil keputusan. Sekarang aku tinggal di rumah Sebastian, jadi aku bisa menyelidiki lebih jauh. Selain itu, kau sudah menyeretku sejauh ini. Seperti yang aku katakan, bahkan meski aku mundur, mereka mungkin tidak akan melepaskanku.”

Setelah memikirkannya, Julian mengangguk. “Kalau begitu aku akan menyelidiki kasus keluarga William. Apa ada seseorang yang memanfaatkan, atau itu benar ulah mereka.”

Samantha mengambil beberapa minuman dan makanan ringan sebelum kembali ke rumah Sebastian.

Saat senja, Sebastian kembali dengan Nelson.

Mereka kembali ke rutinitas semula, seolah tidak pernah terjadi apa pun sebelumnya.

Samantha menemani anaknya belajar, lalu mereka bertukar cerita.

“Nelson, sebenarnya hal-hal lucu terjadi pada semua orang. Jika kau ingin mendengar lagi, kenapa tidak pergi ke Ayahmu dan meminta dia menceritakan pengalaman masa kecilnya?”

“Ide bagus!” Nelson berlari ke kamar Sebastian dengan tersenyum lebar.

Samantha ikut menyusul juga setelahnya.

Ketika dia mendorong pintu kamar, dia melihat bahwa dua anak yang terlihat seperti ayah dan anak kandung sungguhan sedang tertawa di tempat tidur besar.

Nelson berkata sambil menungg4ngi dad4 Sebastian, “Ayah, aku sudah menceritakan pengalaman lucu dari Ibu, dan sekarang waktunya kau menceritakan milikmu.”

“Aku sangat pintar ketika aku masih kecil, jadi aku tidak pernah menertawakan diriku sendiri seperti itu.”

“Sebastian, maksudmu aku b0d0h? Kau memakiku secara tidak langsung tadi, dan sekarang kau mengulangnya. Apa kamu ingin kuberi pelajaran?” Samantha berkata dengan marah.

“Aku tidak bilang kamu b0d0h. Kamu lebih pintar dari Nelson.” Sebastian mengedipkan matanya.

Apa bedanya?!

Nelson protes dengan keras, “Ayah, aku jauh lebih pintar dari Ibu, oke?”

Samantha membalas, “Sebastian, kau selalu mengatakan kamu pintar. Tapi kamu bahkan tidak bisa mengingat masa kecilmu. Kau terlalu meninggi!”

“Ayah tidak mungkin lupa. Aku masih ingat beberapa hal di masa lalu.” Nelson mengambil sebuah foto lalu berkata lagi, “Ayah, beri tahu aku, di mana kamu mengambil foto ini?”

Dalam bingkai adalah foto seorang ibu dengan putranya. Sebastian tersenyum lebar, berusia sekitar 7 atau 8 tahun dan dia sangat mirip Nelson. Wanita di sisinya adalah Ibunya. Latar belakang foto itu adalah laut biru.

Sebastian menarik gambar itu dan berkata dengan santai, “Foto ini diambil di luar negeri ketika aku masih kecil.”

Samantha menatap dengan kaget. Pasalnya, siang tadi Samantha sempat bertanya pada Martha mengenai foto itu, dan Martha mengatakan bahwa foto itu diambil di tepi laut Regalsen!

Apa mungkin semuanya seperti yang dia duga?

Nelson mendorong Ibunya yang tertegun, “Bu, ayah bilang kamu belum pulih sepenuhnya, jadi kamu harus tidur lebih awal. Besok aku ingin kamu dan Ayah mengantarku ke sekolah.”

“Ayo pergi.” Samantha membawanya ke kamar.

Mereka memang berbaring di tempat tidur, tapi pikiran Samantha melayang-layang. Tiba-tiba dia punya ide.

“Nelson, Ibu sedang membaca dan mempelajari tentang menebak kekayaan seseorang melalui tahi lalat. Biarkan aku melihat tahi lalatmu.”

“Bu, kamu tidak tahu di mana aku memilikinya?”

“Tahi lalat di kaki, berarti orang tidak perlu berjalan. Artinya, anakku akan menjadi pejabat besar, duduk di kursi raja dan diangkat oleh beberapa orang. Tapi itu bukan tahi lalat terbaik. Tahi lalat terbaik tumbuh di sini.”

Samantha menunjuk ke akar pah4nya dan berkata lagi, “Pernahkah kamu melihat seseorang dengan tahi lalat di sini?”

“Bu, guru mengatakan bahwa mengintip orang mandi atau kencing akan menyebabkan bintitan.”

“Aku tidak memintamu untuk mengintip seseorang yang sedang kencing. Maksudku, kamu secara tidak sengaja melihat. Misalnya, kamu mandi atau kencing dengan seseorang, dan kamu melihat tahi lalat mereka. Bukankah kamu mandi bersama Ayahmu kemarin?”

“Ayah tidak memiliki tahi lalat di situ. Ibu, aku akan tidur.” Nelso berbalik, dan membungkus dirinya dengan selimut.”

Masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan anaknya, Samantha bertanya lagi, “Mungkin kamu tidak melihatnya dengan jelas.”

“Aku yakin telah melihatnya dengan jelas. Bu, aku mengantuk.” Kemudian Nelson tidak membalasnya dan tertidur.

Kenyataan itu sekali lagi menampar wajah Samantha. Tidak bisa berhenti memikirkan ucapan anaknya, Samantha bangkit mengambil mantel, lalu berdiri di depan jendela.

Tiba-tiba sekelebat cahaya menyilaukan matanya. Samantha sempat menutup mata, lalu melihat bahwa itu adalah mobil Sebastian.

Sudah sangat malam. Ke mana dia pergi?

Apa dia akan bertemu rekan bisnisnya seperti Rowan Hayes, atau justru dia akan berkencan dengan Olivia Miller?

Lupakan.

Samantha berbaring perlahan, membawa banyak perasaan curiga di kepalanya.

…..

Sinar matahari yang terik menembus kaca dari lantai ke langit-langit dan membawa kehangatan.

Samantha turun ke bawah dengan membawa Nelson bersamanya.

Melihat Sebastian sudah duduk untuk sarapan, Samantha mempercepat langkahnya dan menyambutnya.

Seperti melihat potret keluarga sungguh, keduanya sarapan dengan tenang. Sesekali memberi obrolan ringan di sela-selanya.

Apa yang diinginkan Nelson kemarin terjadi.

Sebastian dan Samantha mengantarnya ke taman kanak-kanak.

Di depan gerbang sekolah, Olivia sudah berdiri dengan senyum ramah, menyambut kedatangan murid. Termasuk juga mereka, di mana senyum wanita itu tidak berubah sama sekali.

Tetap cerah, lebar, dan menyenangkan. Seolah mereka sudah berhubungan baik cukup lama.

“Selamat pagi, Nelson … selamat pagi Nona Huang ….” Olivia terlihat senang melihat mereka.

Samantha menjawab sewajarnya.

Namun ketika Nelson sudah masuk dan mereka hampir pergi, Olivia menarik Sebastian dan berbisik pelan, “Bastian, kenapa kamu tidak memberitahuku kapan kamu pergi tadi malam?”

“Aku pikir kamu sudah lelah dan aku tidak ingin membangunkanmu.” Sebastian ‘menggoda’, seolah-olah tidak ada orang lain di sekitar mereka.

Padahal keberadaan Samantha jelas cukup menonjol untuk diabaikan.

Samantha pura-pura tidak mendengar dan pergi.

Sebastian langsung mengejarnya. “Naik mobil!”

“Terima kasih atas tawaranmu. Tapi aku hanya karyawan biasa. Jika orang melihatku menggunakan mobil bos untuk berangkat bekerja, mereka akan berpikir aku sedang berusaha memanjat tempat tidurmu. Lagipula, itu juga tidak jauh dari sini. Aku akan berjalan ke sana.”

Samantha mengakui bahwa dia sedikit marah.

“Apa kau sedang menunjukkan wajah cemburu?”

“Apa aku harus cemburu? Aku hanya merasa kasihan pada Nona Olivia. Dia gadis yang baik.”

“Maksudmu, jika seseorang menjadi wanitaku, dia akan menjadi wanita menyedihkan?”

“Apa kamu memiliki sesuatu yang menyedihkan?”

“Tentu saja tidak.” Sebastian mengemudi pelan, mengikuti di sisinya.

Melihat wajah marah Samantha, dia memiliki keinginan untuk menjelaskan tanpa sadar, “Aku pernah mengalami kecelakaan beberapa tahun yang lalu. Dan karena kejadian itu, kepalaku jadi sering sakit. Olivia sudah banyak membantuku.”

Samantha langsung bertanya, “Kecelakaan lalu lintas? Beberapa tahun yang lalu?”

“Apa kamu khawatir tentang kecelakaan lalu lintas, atau tentang hubunganku dengan Olivia?” Sebastian menghentikan mobil, memiringkan kepala dan menatap Samantha dengan senyum tipis.

Sadar kalau dia bertanya dengan sangat bersemangat, Samantha berusaha menekan semua perasaannya. Tapi dia menolak untuk mengakui bahwa dia khawatir tentang hubungannya dengan Olivia. Dia juga menolak untuk naik mobil.

Sebastian tidak bersikeras lagi. Dia mengemudi perlahan dan berkata, “Aku tidak berpikir bahwa aku harus mempekerjakan seorang karyawan yang tidak mematuhi perintah pimpinan. Bahkan saat dia dalam masa percobaan.”

Meskipun Samantha agak frustasi, dia akhirnya naik.

Bagaimana jika Sebastian benar-benar memecatnya hanya karena dia membuatnya jengkel? Lagipula, dia tidak bisa kehilangan pekerjaan.

“Sebastian,” panggilnya lagi, dan kali ini dengan nada lebih rendah dan lembut, “Kapan kamu mengalami kecelakaan? Bagaimana itu bisa terjadi? Aku melihat kau sangat hebat dalam mengemudi.”

Melihat bahwa Sebastian tidak menanggapi, Samantha tidak menyerah.

“Nona Olivia ….”

Namun, Sebastian memotongnya secara langsung. “Pengemudi harus mengemudi dengan aman. Jangan mengalihkan perhatian pengemudi.”

Samantha menghentikan kata-katanya, dan dia sadar kalau Sebastian pandai membungkam orang.

Tidak masalah jika Sebastian tidak mau memberitahunya. Dia masih memiliki Bibi Martha dan mengajukan seribu pertanyaan pada wanita itu.

Samantha meliriknya, memutar mata dengan ekspresi licik.

Ketika mobil memasuki tempat parkir bawah tanah, Samantha menoleh sekeliling. Memastikan tidak ada orang yang melihat, buru-buru dia meloncat turun dan masuk ke lift lebih dulu.

Sebastian menyaksikan adegan itu dengan senyum tipis di bibirnya. Dia tidak turun sampai Samantha menghilang.

“Hei.” Theo menyenggol lengannya dengan keras dari belakang. “Tak kusangka, Sebastian Foster akhirnya terpesona pada kecantikan seseorang.”

Sebastian mengabaikannya dan pergi ke lift.

“Tunggu, Bastian! Aku sudah membeli apa yang kau minta.”

Theo berlari dan memberikan sebuah kotak yang dikemas dengan halus ke Sebastian. Ketika itu diambil, Theo bertanya lagi, “Katakan, kamu tidak membelinya untuk kau berikan pada Samantha, kan?”

Sebastian meliriknya dengan sombong. “Tidak bisakah aku melakukannya?”

“Kamu mengabaikan perintah bos dan bersikeras mempertahankannya. Apa kamu benar-benar akan melawan?”

Sebastian mengabaikan hingga Theo berdiri tepat di depannya. “Bastian, kamu bisa saja menggodanya, tapi jika ….”

“Kamu juga ingin menceramahiku?” potong Sebastian.

“Aku tidak sedang berceramah. Aku peduli padamu. Kita telah menjadi saudara selama bertahun-tahun. Aku juga tidak suka Karina, tapi ….”

“Aku mengerti apa yang kamu katakan.” Sebastian memotongnya lagi, dan suaranya sedikit menurun, “Aku tahu apa yang harus aku lakukan.”

Melihat sosok Sebastian yang surut, Theo tidak bergerak cukup lama.

Selama beberapa tahu terakhir, ia telah melihat banyak urusan Sebastian dengan wanita. Tapi baru kali ini dia merasa bahwa sikap Sebastian berbeda terhadap Samantha.

Itu membuat Theo mulai mengkhawatirkan Sebastian, dan mulai menyesali leluconnya. Jika dia tahu ini yang akan terjadi, dia tidak akan pernah melakukan itu.

Theo bergumam pada dirinya sendiri, “Bastian, jangan jatuh cinta pada Samantha. Bahkan jika kamu tidak memiliki Karina, bahkan jika Samantha sangat baik dan berbudi luhur, orang tuamu tidak akan mengizinkanmu hanya karena wanita itu memiliki putra. Jangan menyakiti orang lain juga, seperti kau menyakiti dirimu sendiri.”

***

1
Jeng Ining
sampe disini msih terlihat Samanta adl polisi yg cukup ceroboh, atw Sebastian aja yg udh terlalu lihai menilai karakter org🫣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!