NovelToon NovelToon
Belenggu Madu Pilihan Istri Ku

Belenggu Madu Pilihan Istri Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Penyesalan Suami / Dokter / Menikah Karena Anak
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nuna Nellys

"Aku hanya minta satu tahun, Jingga. Setelah melahirkan anak Langit, kau bebas pergi. Tapi jangan pernah berharap cinta darinya, karena hatinya hanya milikku.” – Nesya.

_______

Di balik senyumnya yang manis, tersimpan rahasia dan ambisi yang tak pernah ku duga. Suamiku terikat janji, dan aku hanyalah madu pilihan istrinya—bukan untuk dicinta, tapi untuk memenuhi kehendak dan keturunan.

Setiap hari adalah permainan hati, setiap kata adalah ujian kesetiaan. Aku belajar bahwa cinta tidak selalu adil, dan kebahagiaan bisa datang dari pilihan yang salah.

Apakah aku akan tetap menanggung belenggu ini… atau memberontak demi kebebasan hati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. Posisi yang sulit

...0o0__0o0...

...Jam dua dini hari....

...Jingga terbangun, lebih tepatnya ia tidak pernah benar-benar terlelap sejak awal. Pernikahan yang baru beberapa minggu ia jalani terasa menyesakkan, seperti jerat yang perlahan-lahan mengikat dada hingga sulit bernapas....

...Langit, yang sebenarnya juga belum sepenuhnya tidur, membuka mata lebar. Dari tarikan napas istrinya, ia tahu ada kegelisahan yang tidak bisa di sembunyikan....

...“Jingga, ada sesuatu yang membuatmu tidak nyaman ?” tanyanya hati-hati, suaranya rendah, seakan takut melukai....

...Jingga bangkit duduk. Bahunya tegang, matanya terpejam rapat, kedua tangannya mengepal di atas selimut. Butuh beberapa detik sebelum ia berani membuka mata kembali....

...“Ayo… kita laksanakan pernikahan ini sesuai perjanjian kontrak yang kak Nesya berikan. Supaya aku bisa terbebas dari ikatan suci ini—tanpa cinta.”...

...Kata-katanya tegas, tapi suaranya bergetar. Hatinya gamang....

...Deg...!...

...Jantung Langit berdegup kencang. Ia ikut bangun, tubuhnya condong mendekat ke arah istrinya. Matanya menatap lekat ke dalam bola mata Jingga, dan tanpa bisa di cegah, kekaguman muncul begitu saja....

..."Sangat cantik," batinnya, seolah lupa bahwa gadis di depannya sedang berbicara tentang pelepasan, bukan penyatuan....

...“Jika kakak tidak bisa mencintai ku, jangan paksakan. Itu hanya akan menyakiti kita. Sentuh aku malam ini, agar aku bisa segera memberimu anak—sesuai kemauan kak Nesya. Setelah itu, kita bisa segera terbebas dari belenggu ini.”...

...Langit menangkup wajah Jingga. Jarak sedekat itu membuat segalanya berbeda: garis halus wajah, kelembutan kulit, bibir yang bergetar kecil… semua tampak sempurna....

...“Katakan sekali lagi apa yang kamu inginkan, istri kecilku. Malam ini juga, aku akan memberikan-nya,” bisiknya tenang, meski dadanya bergejolak....

...Panggilan itu—istriku—baru kali ini keluar dari bibir Langit, membuat hati Jingga kian tak menentu. Nafasnya memburu, lidahnya kelu....

...“A-aku…” ia gugup, tak sanggup menyelesaikan ucapannya....

...“Katakan, istri kecilku.” Langit mengusap lembut pipi Jingga, tanpa menurunkan penghalang yang selama ini berdiri di antara mereka....

...“Sentuh aku, Kak… aku ingin segera mengandung darah daging mu. Agar kita bisa bebas dari pernikahan ini,” suara itu akhirnya pecah, lirih, namun tegas....

...Langit menarik tubuhnya, meletakkan-nya di atas pangkuan. Jemari lelaki itu menahan erat, tapi tatapannya tetap tenang, dalam, dan penuh arti....

...“Sekali lagi, katakan apa yang kamu mau, istri kecilku.”...

...Jingga menelan ludah, lalu mengucapkan-nya dengan lebih berani, meski matanya basah. “Sentuh aku sebagai istri sementara, meski tanpa cinta. Karena menunggu cintamu sama dengan mencari jarum di jerami. Mustahil di temukan. Aku tidak ingin hubungan ini semakin rumit.”...

...Tanpa aba-aba, Langit meraup bibir mungil itu. Ciumannya tiba-tiba, membuat Jingga syok, tubuhnya kaku seketika....

...Langit terus melumat bibir mungil itu. Ciumannya dalam, hangat, membuat Jingga terkejut, tubuhnya sempat kaku sebelum akhirnya melemas dalam dekapannya....

..."Bibirnya begitu lembut dan terasa manis. Rasanya aku ingin terus menghisapnya terus-menerus." Batin Langit begitu sangat menikmati bibir jingga....

...Namun justru di sanalah perang batin Langit meledak. Ia merasakan sesuatu yang tak pernah ia sangka—rasa yang mulai bersemi, rasa yang seharusnya tak ia miliki....

...Sejenak ia membiarkan dirinya larut, lalu tiba-tiba menahan. Dengan tergesa, ia menarik diri. Bibir mereka terpisah, namun nafas masih memburu....

..."Astaghfirullah... Ya Allah." Langit beristighfar dalam hati. Sebagai laki-laki Ia jelas menginginkan lebih, apalagi mereka sudah halal....

...“Kenapa berhenti, Kak ?” bisik Jingga, suaranya bergetar, wajahnya masih memerah....

...Langit menunduk, menyentuh keningnya ke kening istrinya itu. Matanya terpejam rapat. “Karena kalau aku lanjutkan… aku tidak akan sanggup berhenti.”...

...Jingga terpaku. Hatinya berdebar aneh mendengar pengakuan itu....

...Langit menarik napas panjang, suaranya berat. “Jingga… aku mulai takut. Aku mulai merasakan sesuatu padamu. Padahal aku tahu, jika aku jatuh cinta, itu berarti aku mengkhianati Nesya. Ia perempuan pertama dalam hidupku. Ia yang meminta aku menikahi mu, karena dia ingin aku punya keturunan. Kalau sekarang aku jatuh padamu, apa aku bukan suami yang kejam ?”...

...Jingga terdiam. Kata-kata itu menohok. Ia sendiri tak tahu harus bahagia atau justru bersedih....

...“Cinta itu bukan sesuatu yang bisa kita pilih, Kak…” ucapnya lirih, menahan air mata....

...Langit menggeleng cepat, jemarinya meremas lembut tangan istrinya. “Justru itu masalahnya. Aku tidak ingin cinta ini hadir dengan cara yang menyakiti. Bagaimana aku bisa adil kalau hatiku goyah ? Bagaimana aku bisa memandang Nesya tanpa rasa bersalah ?”...

...Suasana kamar mendadak hening. Hanya suara napas mereka yang terdengar, berat, bergetar....

...Akhirnya, Langit menangkup wajah Jingga sekali lagi, menatapnya lekat. “Jingga, kau adalah istriku, meski hanya karena kontrak. Tapi aku ingin menjaga mu dengan terhormat, bukan menjadikan mu pelarian. Jika Allah memang menumbuhkan cinta ini, aku ingin melangkah dengan benar—tanpa harus melukai siapa pun.”...

...Jingga tidak mampu berkata apa-apa. Air matanya jatuh, bukan hanya karena sedih, tapi juga karena untuk pertama kalinya ia merasa… dipilih, meski tidak sepenuhnya....

...Malam itu, cinta hadir dengan cara yang rumit: menyatukan dua hati, sambil mengikatnya pada rasa takut akan luka yang mungkin di tinggalkan....

...Langit menarik napas panjang, mencoba menenangkan dadanya yang masih berdegup kencang. Ia lalu melepaskan pelukan dan menggeser duduk, menatap Jingga lekat....

...“Jingga…” suaranya lembut, nyaris bergetar. “Kau tahu kenapa aku menahan diri ?”...

...Jingga menggeleng pelan, matanya basah....

...“Karena aku takut. Takut kalau aku menyentuh mu malam ini, semua yang kita jalani hanya jadi pelampiasan. Padahal pernikahan itu—” Langit berhenti sejenak, menunduk, “—pernikahan itu ibadah, bukan sekadar kontrak.”...

...Jingga mengernyit. “Ibadah ?” ulangnya pelan....

...Langit mengangguk. “Iya. Rasulullah bersabda, pernikahan itu menyempurnakan separuh agama. Artinya, rumah tangga bukan cuma tempat bernaung, bukan cuma jalan untuk punya keturunan. Setiap nafkah yang kuberi akan jadi pahala. Setiap sabar yang kau lakukan sebagai istri, Allah balas dengan surga.”...

...Jingga menunduk, jemarinya saling meremas. Kata-kata itu terasa asing, tapi entah kenapa hatinya sedikit bergetar....

...Langit melanjutkan, matanya teduh. “Dan seorang suami, di tuntut untuk jadi imam. Tugas ku bukan sekadar menyentuh mu atau memenuhi keinginan mu. Tugas ku membimbing mu, menuntun mu agar kita sama-sama sampai pada ridha-Nya. Kalau aku hanya menjadikan mu alat untuk punya anak, aku zalim. Aku takut, Jingga. Aku takut Allah murka pada kita.”...

...Air mata Jingga kembali jatuh, tapi kali ini ia tidak buru-buru menyeka. “Tapi Kak… aku tidak tahu bagaimana cara menjadi istri yang baik. Aku bahkan tidak pernah berharap menikah begini.”...

...Langit tersenyum samar, lalu meraih jemarinya dan menggenggam hangat. “Kau tidak perlu tahu semuanya sekarang. Pelan-pelan. Belajarlah bersama ku. Rumah tangga itu bukan tentang siapa yang paling sempurna, tapi tentang dua orang yang saling belajar demi Allah.”...

...Hening sejenak, hanya suara detak jam yang terdengar....

...“Mulai hari ini,” ucap Langit lirih, “kita. bersama belajar. Biar aku ajarkan apa yang aku tahu. Biar kita jalani rumah tangga ini dengan cara yang Allah ridhoi, meski hatiku… masih berusaha belajar mencintai mu.”...

...Jingga menatapnya dengan mata berair, dada sesak oleh sesuatu yang tak mampu ia jelaskan. Untuk pertama kalinya, ia merasa pernikahan ini bukan sekadar jerat. Ada secercah harapan yang menakutkan sekaligus menghangatkan....

...Kalau kau lelah, menangislah… jangan ditahan. Aku ada di sini,” ucap Langit, suaranya rendah, menenangkan....

...Jingga mendongak pelan, menatap wajah suaminya dari jarak dekat. Matanya basah, namun ada rasa aman yang samar tumbuh di sana. “Kenapa Kakak begitu sabar menghadapi aku? Padahal aku terus menuntut, terus meragukan.”...

...Langit tersenyum tipis. Ia mengusap pipi lembut itu, lalu berkata, “Karena kau istriku. Dan aku tahu, setiap rumah tangga butuh waktu untuk saling memahami. Kalau aku terburu-buru, aku hanya akan menyakiti mu.”...

...Tatapan itu membuat jantung Jingga kembali berdegup kencang. Ia ingin memalingkan wajah, namun Langit menahan dagunya, menatap dalam. Jarak mereka kian rapat, hingga Jingga bisa merasakan hangat napasnya....

...“Aku takut, Kak…” bisik Jingga....

...“Takut apa ?” tanya Langit lembut....

...“Takut benar-benar jatuh hati… sementara dari awal aku tahu pernikahan ini hanya kesepakatan.”...

...Langit mengusap pipinya, lalu mengecup keningnya lembut. “Kalau kau jatuh hati… itu bukan kesalahan, Jingga. Itu anugerah. Ingat, istri kecilku… cinta bisa menunggu. Tapi kewajiban rumah tangga harus tetap di jalani sejak hari pertama. Dari sanalah kita akan belajar menemukan arti kebersamaan.”...

...Jingga tercekat. Ucapan itu seperti membuyarkan dinding pertahanannya. Ia menutup mata, tak sadar air matanya kembali menetes....

...Langit mengusapnya sekali lagi, lalu mengecupnya lembut di kening, lama, penuh rasa. Setelah itu, ia meraih tangan Jingga dan menggenggam erat....

...“Kau tidak sendirian. Selama kau mau bertahan, aku akan tetap di sini. Apa pun yang terjadi.”...

...Jingga mengangguk kecil dalam pelukan itu. Hatinya mungkin belum sepenuhnya berani mengaku, tapi satu hal jelas: ia tidak lagi merasa terikat oleh kontrak semata. Ada sesuatu yang tumbuh… hangat, pelan, tapi nyata....

...Dan di antara keheningan menjelang pagi, keduanya tenggelam dalam keintiman yang bukan sekadar fisik, melainkan keterhubungan jiwa yang diam-diam mulai mengikat....

...0o0__0o0...

...Jam tiga dini hari....

...Air dingin mengucur deras membasahi tubuh Langit. Ia berusaha menenangkan dirinya, tepatnya menidurkan hasratnya yang sempat terbangun karena ciuman singkat bersama Jingga beberapa jam lalu....

..."Kenapa bibirnya bisa seenak itu ? Rasanya aku ingin menciumnya lagi dan lagi…" gumamnya lirih, sementara tangannya refleks bergerak, mencoba meredam gejolak....

...Namun setelah beberapa detik ia tersadar, buru-buru menggerutu pada dirinya sendiri....

..."Astaga, Langit… apa yang kau pikirkan? Jingga itu istrimu, tapi dia belum sepenuhnya siap. Jangan terburu-buru…"...

...Di luar, Jingga masih setia menunggu di atas sajadah. Ia menunduk, memperbanyak zikir, menanti suaminya keluar untuk menunaikan tahajud bersama....

...Tapi menit demi menit berlalu. Hampir dua puluh menit, Langit tak kunjung keluar....

..."Apa Kak Langit ketiduran ? Tapi… Masak di kamar mandi ? Aneh sekali," gumamnya sambil mendengus....

...Tok… tok… tok…...

...Jingga mengetuk pintu perlahan....

...“Kak, kamu masih di dalam, kan ? Cepat keluar. Kalau tidak, aku sholat sendiri saja.”...

...Dari dalam, suara Langit terdengar....

...“Tunggu sebentar, Dek. Aku harus menidurkan sesuatu dulu.”...

...“Hah ?” Jingga mengerutkan kening. Bingung bukan main....

..."Menidurkan sesuatu ? Di kamar mandi ? Memangnya ada apa di sana ? Kak Langit ini aneh sekali…"...

...Ia mendekat lagi, kali ini suaranya kesal....

...“Kak, jangan bercanda. Waktu tahajud hampir habis. Cepat keluar!”...

...Suara dongkol Jingga akhirnya membuat Langit mendesah berat. Ia terpaksa menyudahi perjuangannya. Dengan pasrah, ia mengambil handuk dan keluar....

...Klek..!...

...Begitu pintu terbuka, mata Jingga membulat lebar. Ia refleks menelan ludah saat melihat tubuh suaminya yang hanya berbalut handuk di pinggang, dada bidangnya masih basah berkilat oleh air....

...“Astaghfirullah!” Jingga buru-buru menutup wajah dengan kedua tangan. “Apa yang kamu lakukan, Kak ?...

...Langit hanya terdiam, keningnya berkerut....

...“Kenapa lagi sih, Dek ?”...

...0o0__0o0...

1
Baskom Majikom
jingga yang di puji, gue yang salting. /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
doa ummi pasti menembus langit 7. 🙏🙏🙏
Baskom Majikom
tunggu saja, jingga menjanda, bal /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ita rahmawati
bener tuh nti jd masalh lg gegara istribpertama gk di ajak 🤦‍♀️
baca cerita poli²an tuh suka bikin gemes tp mau gk dibaca penasaran bgt 😂
Baskom Majikom
ya, gue setuju dengan kata-kata itu. pada dasarnya manusia tidak luput dari rasa, kewewa, sakit hati, iri dll
Baskom Majikom
jangan cuma bisa sembunyi di balik kata khilaf, langit. /Shy//Shy//Shy//Shy/
Baskom Majikom
pada dasarnya semua cowok sama saja. mereka tidak akan tahan lama memendam hasrat /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
hah.. gue hanya bisa menghembus kan nafas greget. /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
pada akhirnya nesya di sikat juga sama langit. /Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
Baskom Majikom
apa sih... nesya. GJ banget lo. main tarik kerudung jingga /Awkward//Awkward/
Jolins Noeos
adem lihat langit dan jingga mode rukun, di bumbui cemburu pis tipis /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
Langit...uwuh banget.. /Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
Baskom Majikom
sumpah part ini bikin gue ngakak /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
jingga yang polos, langit yang frustrasi /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
Langit... masih memikirkan perasaan nesya, bahkan saat berdua dengan jingga /Sweat//Sweat//Sweat/
Baskom Majikom
duuuu ngiri banget sma jingga yang punya mertua bijak/Sob//Sob//Sob/
Baskom Majikom
setuju banget sama ucapan ummi aisyah. punya dua istri bukan pekara yang gampang /Cry//Cry//Cry//Cry/
Baskom Majikom
biar gak puyeng, mending kamu pilih salah satu aja, ngit /Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
Baskom Majikom
jadi bingung mau komen apa? jadi langit gak mudah, jadi jingga serba salah /Scowl//Scowl//Scowl//Scowl/
Baskom Majikom
berada di posisi sulit 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!