Kekurangan kasih sayang dari papanya, membuat Jessica Maverick selalu mencari perhatian dengan melakukan tindakan di luar batas, hingga dia juluki sebagai manizer atau pemain pria.
Sampai-sampai pengawal yang ditugaskan untuk menjaga Jessica kerap kali mengundurkan diri. Mereka tidak sanggup memantau pergerakkan Jessica yang liar dan binal itu.
Tindakan yang dilakukan Jessica bukan tanpa sebab, dia hanya ingin mendapatkan perhatian dari sang papa. Namun, bukannya mendapatkan perhatian, malah berujung mendapatkan pengawalan lebih ketat dari sebelumnya.
Felix namanya, siapa sangka kehadiran pria berkacamata itu membuat hidup Jessica jadi tidak bebas. Jessica pun berencana membuat Felix tidak betah.
Apakah Felix sanggup menjalankan tugasnya sebagai bodyguard Jessica? Lalu apa yang akan terjadi bila tumbuh benih-benih cinta tanpa mereka sadari?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai Bimbang
Troy dan Jessica sama-sama terkejut. Dengan cepat menoleh ke arah Felix. Kedatangan Felix memberi angin segar bagi Jessica. Rencana untuk membuat Felix mengundurkan diri. Membuat Jessica jadi dilema sekarang. Sebab selama dua hari ini kemampuan Felix dalam menjaganya sudah sangat baik.
Ditambah lagi, Aiden sepertinya menaruh kepercayaan yang sangat besar pada Felix. Jadi, besar kemungkinan dia memiliki banyak kesempatan untuk bertemu papanya.
Jika Jessica dapat bernapas lega dengan kedatangan Felix tapi tidak dengan Troy. Lelaki bertubuh kekar tersebut merasa sangat terusik.
"Siapa kau hah?! Berani sekali kau memberiku perintah!" kata Troy, menatap nyalang Felix.
Perhatian beberapa mahasiswa yang tengah lalu lalang di sekitar langsung tertuju pada ketiga manusia tersebut. Ada yang berbisik-bisik, ada pula yang menunggu moment perkelahian antara mantan pacar Jessica dan pengawal Jessica terjadi. Perkelahian antar sesama mahasiswa sudah menjadi hiburan di kampus ini.
Felix menyeringai tajam. "Kau tidak perlu tahu siapa aku, sekarang singkirkan tangan kotormu itu dari Nona!"
"Kalau aku tidak mau bagaimana?" Troy justru menantang balik Felix. Seringai tajam tak memudar dari wajahnya sejak tadi.
Felix enggan membalas, tatapannya sangat dingin seolah-olah Jessica dapat merasakan hawa di sekitar mulai mencekam.
Untuk pertama kalinya, Jessica merasa Felix seperti orang yang berbeda.
"Sepertinya kau mainan Jessica, haha," kata Troy lagi dengan tawa merendahkan.
Lagi, Felix tak membalas. Hanya menatap Troy tanpa mengedipkan mata sejak tadi. Entah mengapa melihat Jessica disentuh Troy, Felix merasa kesal dan marah.
Selanjutnya, Felix menghempas kasar tangan Troy. Dalam sekejap tangan Jessica pun terlepas. Felix langsung membawa Jessica ke belakang tubuhnya.
Troy tampak terkejut, tangannya mendadak sakit, sebab untuk pertama kalinya ada seseorang yang memiliki kekuatan sebanding dengannya.
"Sialan!"
Dengan mata berkilat menyala Troy hendak melayangkan pukulan ke dada Felix. Namun, belum sempat pukulan tertanam, Felix membuat Troy pingsan.
Bugh!
Felix memukul tengkuk Troy dalam satu kali pukulan. Jessica dan seluruh penonton yang menyaksikan lantas mengangga lebar. Kini, Jessica mulai penasaran dengan latar belakang Felix.
"Felix, apa yang kau lakukan?" tanya Jessica, secara bergantian melirik Felix dan Troy yang terbaring di depannya saat ini.
"Nona tenang saja, pria ini hanya pingsan, ayo kita pergi!" Felix tanpa sadar menggandeng tangan Jessica lalu melangkah cepat ke sisi lain kampus. Meninggalkan sekumpulan mahasiswa mulai mengerumuni Troy.
"Felix lepaskan tanganku, apa kau lupa perkataanku tadi pagi hah?!" seru Jessica dengan tergopoh-gopoh mengikuti langkah Felix.
Jessica hampir saja lupa bila tadi dia marah pada Felix.
Felix enggan menanggapi, malah mempercepat langkah kaki menuju taman kampus, sambil mengabaikan tatapan aneh mahasiswa yang tertuju padanya dan Jessica.
Felix seperti orang kebingungan. Jiwanya masih tertinggal di tempat tadi. Hatinya masih terasa panas kala melihat Jessica disentuh pria lain. Hingga dia tanpa sadar mengenggam tangan Jessica dengan sangat kuat sekarang, dan membuat warna merah muncul di sekitar pergelangan tangan Jessica.
Ketika tak ditanggapi, Jessica lantas berdecak kesal. "Felix, lepaskan tanganku, sakit tahu!" seru Jessica.
Felix segera tersadar dan spontan menghentikan langkah, kemudian melepaskan tangan Jessica.
"Ish, sakit, kau kasar sekali sih," kata Jessica dengan bibir cemberut. Dengan cepat dia mengusap sendiri tangannya yang sakit akibat dipegang Felix barusan.
Felix membelalakan mata sejenak, baru sadar akan tindakannya barusan.
"Astaga, maafkan saya Nona, saya benar-benar minta maaf, saya tidak sengaja, apa masih sakit?" Felix reflek menyambar tangan Jessica dan meniup pergelangan tangan Jessica yang sedikit merah.
Deg!
Hembusan di kulit membuat Jessica mendadak terpaku di tempat, dan jantungnya kembali bergejolak.
"Sudahlah, tidak sakit lagi!" Secepat kilat Jessica menarik tangannya.
"Nona yakin?" Felix tampak panik dan merasa sangat bersalah. Dia tatap Jessica dengan sangat lekat sekarang.
Sementara Jessica memalingkan muka ke sembarang arah, bertatapan muka dengan Felix membuat tingkahnya jadi aneh.
"Ya, aku yakin! Sudahlah, tidak usah diperbesar, aku itu bukan anak kecil, sekarang ayo kita ke kantor Papaku, tadi katanya Papaku mau bertemu denganmu kan, ya sudah sekalian aku ingin bertemu dengannya juga!" kata Jessica dengan sangat ketus.
Jessica sempat menguping pembicaraan Felix dan Aiden tadi pagi saat dalam perjalanan ke kampus. Aiden memberi perintah Felix untuk datang ke perusahaan setelah Jessica pulang kuliah.
"Tapi Nona kan ada jam kuliah lagi nanti," kata Felix dengan raut wajah kebingungan.
"Cih, sudah jangan banyak bertanya, kelasku selanjutnya dimulai dua jam lagi, aku malas menunggu lama di sini, ayo cepat!"
Tanpa mendengarkan balasan Felix. Jessica berjalan cepat menuju parkiran mobil. Meninggalkan Felix di belakang tampak gelagapan. Dia pun bergegas mengikuti Jessica.
Tak berselang lama, Jessica dan Felix telah tiba di gedung tinggi yang terletak di pusat kota Washington DC.
Seluruh karyawan perusahaan sudah tahu siapa Jessica. Mereka sesekali menyapa, walau Jessica tak pernah membalas sapaan. Sebab yang menyapanya rata-rata para kaum wanita. Jessica jelas tahu apa maksud dan tujuan mereka. Memiliki papa yang tampan, menjadi resiko bagi Jessica.
"Nona tunggu di luar saja nanti." Saat berada di dalam lift, Felix membuka suara.
Jessica tak berniat membalas, hanya melirik Felix sekilas, lalu mengerlingkan mata sejenak.
Melihat balasan Jessica, Felix hanya dapat membuang napas kasar.
Beberapa kemudian, tibalah Jessica dan Felix di depan ruang Aiden. Setelah persetujuan dari sang sekretaris, pintu pun didorong Felix dengan pelan.
Jessica melototkan mata kala melihat di dalam ruangan ternyata ada Stella dan Mia.
'Apa yang dilakukan dua pelacur itu di sini!?' batin Jessica memandang tajam Stella dan Mia secara bergantian.
Stella dan Mia justru menyeringai tajam.
siapa pulak itu yang datang