Cinta sejati seharusnya hanya terjadi sekali dalam hidup. Tapi bagi Alia, cinta itu datang berkali-kali, di dunia yang berbeda, dengan waktu dan takdir yang terus berganti.
Sejak kematian suaminya, Arya, hidup Alia telah kehilangan warna. Hingga suatu malam, alam semesta seolah mendengar jerit hatinya, Alia pun bertransmigrasi ke dunia paralel di mana Arya masih hidup.
Yang ajaib, Alia tidak hanya bertransmigrasi ke satu dunia paralel, melainkan dia terus berpindah-pindah ke berbagai dunia yang berbeda.
Di satu dunia paralel, Alia adalah sekretaris dan Arya adalah seorang CEO. Di dunia lainnya, dia remaja SMA sementara Arya adalah kakak kelas yang populer. Bahkan, ada dunia di mana ia menjadi seorang tante-tante sedangkan Arya masih seorang berondong muda. Dan masih banyak lagi situasi paralel yang lainnya.
Ini adalah perjalanan seorang wanita yang tak pernah bosan membuat pria yang sama jatuh cinta.
Jadi mari kita ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arc Maulana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa Lalu Arya
"Jadi kamu sekarang udah jatuh cinta sama Arya?"
"Iya."
Alia tengah berada di sebuah kafe, dan wanita yang ada di hadapannya adalah teman dia sejak SD bernama Tia Agustin.
Yang unik, baik di dunia sebelumnya mau pun di dunia kedua ini, Alia dan Tia juga sama-sama jadi sahabat terdekat.
"Tapi mungkin ada satu hal yang perlu kamu tahu," Tia berubah serius.
"Hal apa?"
"Hal mengenai masa lalu Arya."
Alia mengerut kening. "Apa kamu tahu sebuah rahasia tentang Mas Arya?"
Menurut informasi di memori barunya, Tia ini adalah pacar dari sepupunya Arya. Wajar kalau ada hal yang Tia tahu sementara Alia tidak.
Tia menjelaskan. "Begini, sebenarnya sebelum kamu dan Arya saling mengenal, sekitar tiga tahun lalu, Arya itu hampir mau menikah dengan wanita lain."
"!?" Alia kaget. "Tunggu dulu! Hampir!?"
"Iya. Pernikahan mereka gagal karena calon istri Aya menyeleweng dan punya pria lain."
"...."
".. Di hari pernikahan, calon istrinya itu tak datang. Bisa dibayangkan bagaimana kejadian tersebut meninggalkan trauma di hati Arya."
"Aku mengeri sekarang kenapa Arya tampak begitu anti terhadap wanita." Alia ikut merasa sedih mendengar masa lalu Arya. Dia mungkin lega Arya tak jadi menikahi wanita lain, tapi Alia tetap tak tega mengetahui pria yang ia cinta patah hatinya.
"Jalan kamu menaklukkan hati Arya tidak akan mudah," ucap Tia.
Alia pun mengangguk, "Aku tahu. Tapi aku gak mau menyerah. Aku yakin ujung-ujungnya kami tetap ditakdirkan untuk bersama."
Tia merasa aneh, "Kamu bener-bener berubah. Padahal kamu juga dulu anti terhadap hubungan percintaan."
"...."
"Pokoknya, aku bakal dukung kamu. Aku mau kalian berdua sama-sama mendapatkan kebahagiaan yang pantas."
Tia sungguh teman yang baik. Beruntung sekali di dua kehidupannya, Alia bisa jadi sahabat dari wanita seperti dia.
...****************...
Di satu hari, ada meeting penting yang Alia dan Arya harus hadiri. Lokasinya di sebuah restoran Chinese terkenal.
Sampai di tujuan, seorang waiters membimbing mereka menunju ruang private. Di dalam ruangan itu, sudah ada dua pria berjas rapih tengah menunggu mereka.
"Selamat datang Pak Arya," sapa seorang pria paruh baya.
"Maaf membuat Anda lama menunggu, Pak Gatot," balas Arya sopan.
Setelah kedua bos dari perusahaan masing-masing ini saling bertegur sapa. Alia diperkenalkan oleh Arya. Lalu Gatot pun memperkenalkan pria tampan di sampingnya.
"Ini anakku, Giara. Dia baru pulang dari Amerika dan mulai mau membantu usaha saya." Gatot tampak bangga.
"Salam kenal, Pak Arya, Nona Alia," Giara sopan. Tapi kemudian, mata dia lebih lama memandangi Alia. "Maaf kalau saya salah, kamu Alia Pratama kan? Yang dulu di sekolah SMA Harapan Bima?"
Alia terkejut, "I-Iya. Bapak ini ...,"
"Saya juga dulu sekolah di sana. Tapi memang kita tidak satu angkatan karena saat saya kelas tiga, kamu masih kelas satu."
"O-Oh maaf, saya tidak tahu." Jujur Alia tak mengenal Giara. "Tapi kok Bapak kenal saya?"
Giara menjawab, "Kamu ini sangat terkenal ketika di sekolah dulu. Kamu pernah menyandang gelar wanita tercantik di SMA kan?"
Alia malu, "I-Iya itu sih, cuma sebutan yang dibuat-buat para cowok."
Giara menatap Alia, "Tapi itu benar. Kamu memang wanita tercantik di sekolah saat itu."
"...."
Alia tak tahu harus bereaksi bagaimana.
Gatot di sisi lain tertawa. Dia tampak girang melihat anaknya bertemu teman lama.
Sementara Arya memicingkan mata. Interaksi Alia dan Giara membuat dia merubah ekspresinya.
...----------------...
Meeting berlangsung sambil ditemani berbagai makanan menggiurkan di meja. Yang banyak berdiskusi adalah Arya dan Gatot. Alia lebih banyak mendengarkan dan mencatat hal-hal penting mengenai meeting. Giara lah yang beda, dia seperti tak begitu terlalu memperhatikan jalannya meeting, dan lebih sering mengajak Alia ngobrol. Tak ada yang memarahinya, karena dia adalah anaknya orang penting.
"Kapan-kapan kita reunian yuk!" ajak Giara.
"... Saya gak terlalu punya banyak teman saat SMA," balas Alia kikuk.
"Gak apa. Kita undang aja orang-orang terdekat. Pesta yang lebih intim jauh lebih seru."
"...." Alia cuma bisa memasang senyum.
Arya sesekali matanya melirik ke arah Alia dan Giara. Dia cuma bisa lihat tanpa bisa ikut nimbrung. Gatot yang antusias menceritakan rencana bisnis tetap harus jadi fokus utama Arya.
...----------------...
Meeting berakhir dua jam kemudian. Arya dan Gatot berjabat tangan, tanda kerja sama antar dua perusahaan berjalan lancar.
Sedangkan Giara, "Al, boleh aku minta nomor hp kamu?"
Bukan hanya dia sudah seenaknya memanggil Alia dengan nama panggilan, Giara juga sampai berani meminta nomor punya Alia.
Namun arena tak enak, Alia pun memberikannya.
"Kita bahas lagi soal reuni nanti," seru Giara.
Akhirnya, mereka berempat berpisah.
Di dalam mobil yang melaju, ketika Alia yang duduk di belakang setir konsentrasi memperhatikan jalan di depannya, Arya tiba-tiba bertanya.
"Giara sepertinya tertarik padamu."
Alia diam sejenak, "Wajar sih. Aku kan cantik."
"...."
Kembali hening. Arya merasa aneh karena biasanya Alia tak berhenti ngoceh saat mereka berdua.
Apa Alia kembali ke dirinya yang dulu?
Apa Alia balik lagi jadi wanita yang dingin?
Untuk suatu alasan hati Arya tak nyaman.
"Apa kau akan menerima Giara kalau dia sampai menyatakan cintanya?" Arya sendiri merasa aneh kenapa dirinya bertanya demikian.
"Enggaklah!" ucap Alia ketika mobil mereka berhenti di depan rambu lalu lintas. "Yang aku cinta kan kamu!"
Arya tak sadar ada helaan nafas lega keluar dari mulutnya.
Ternyata Alia masih mencintaiku.
Ujung bibirnya menaik sedikit.
"Terus kenapa kamu dari tadi diem aja? Aku pikir kamu sedang serius mempertimbangkan Giara untuk dijadikan pasangan." Arya menoleh, memperhatikan wajah Alia.
Mobil mereka melaju sangat pelan. Dari tadi sudah banyak mobil yang menyalip. Kemudian, Alia menggerakkan mobil ke pinggir jalan lalu berhenti secara mulus. Baru setelah yakin mobil terparkir dengan aman, ia berani menengok ke arah Arya
"Mas, sebaiknya kita jangan banyak ngobrol saat berkendara," kata Alia serius. "Aku pernah kehilangan orang yang ku sayang karena kecelakaan di jalanan."
"!?"
Arya kira orang yang Alia maksud adalah semacam anggota keluarga. Arya tidak akan pernah bisa menebak, kalau orang yang dimaksud sebenarnya adalah dirinya di dunia paralel.
Ya. Di dunia sebelumnya Arya kehilangan nyawa akibat kecelakaan saat berkendara. Alia pun tak mau lagi hal tersebut menimpa, makanya dia sangat hati-hati saat mengendalikan setir.
"M-Maaf," lirih Arya menyesal. Tatapan tajam Alia membuatnya tak berani mendebat.
"Kamu harus janji sama aku, bahwa mulai sekarang kamu juga bakal lebih hati-hati saat berada di jalan," ucap Alia dengan nada menekan.
Arya pun cuma bisa mengangguk.
Lalu, Alia mengelus-elus kepala Arya.
"Anak pintar. Apa kamu mau aku beri ciuman sebagai tanda hadiah?"
Arya seketika memalingkan muka, "Jangan main-main! Kita harus segera balik ke kantor! Masih banyak pekerjaan di sana!"
Alia pun menurut. Mobil kembali melaju, tapi masih dengan kecepatan yang cenderung pelan.
Arya masih membuang muka ke arah jendela, memperhatikan bangunan-bangunan yang terlewati. Samar-samar refleksi wajahnya itu kelihatan di jendela. Arya pun menemukan, kalau wajahnya itu saat ini sedang sangat memerah.
Alia sungguh beda dengan calon istriku yang dulu.
Batinnya menyimpulkan.
Mungkin jika hubunganku dulu gagal, hubunganku dengan Alia bisa berakhir beda.
Arya belum menyadari bagaimana Alia sudah mulai perlahan masuk ke dalam hatinya.