" kita ngomong pake bahasa kalbu sayang" ucapnya dengan tangan terulur memegang dagu ku, " cup" sekali lagi Adi Putra mencium bibirku.
Biar sekilas aku sudah seperti orang mabok minum tuak tiga jerigen, " kamu nggak bisa menolak sayang" katanya masih menghipnotis.
Aku seperti kembali tersihir, habis-habisan Adi Putra melumat bibirku. Herannya walau tidak mengerti cara membalas aku malah menikmati kelembutannya.
" Hey... son belum waktunya" suara teguran itu membuat Adi Putra berhenti m3nghi$4p bibirku, sedang aku tegang karena malu dan takut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ELLIYANA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#13. menggoda laki-laki
Seketika mas Adi mencengkram dagu ku, tatapan mata kami bertemu aku terkejut dengan perlakuan nya padaku nafas kami sama-sama memburu, aku menatap jauh ke dalam manik matanya, ada kilat kemarahan yang besar tapi aku nggak ngerti apa yang bikin dia marah.
" apa kamu udah biasa menggoda laki-laki" tanya nya mengulang, saat itu pula aku merasa seperti di tampar sakit sekali hatiku.
Mas Adi benar benar berubah tidak ku sangka penilaian nya seburuk itu padaku, aku kesakitan cengkraman nya makin kuat. " plak..plak...lepas mas sakit.." kataku memukul tangan yang mencengkram daguku sayang nya aku kalah dalam kekuatan.
" jawab Tiara... Apa kamu sudah sering menggoda laki-laki" bentaknya sambil memperkuat cengkraman nya.
Dadaku sesak menahan tangis yang hampir pecah, belum pernah aku mendapatkan kekerasan seperti ini.
Entah karena lihat airmata ku dia sedikit mengendur kan cengkramannya, batinku berteriak " bukan cuma daguku yang sakit tapi hatiku juga perih " aku benar benar tidak menduga mas Adi yang sekarang kasar tidak berperikemanusiaan.
Api kemarahan ku memuncak otakku tidak bisa berfikir jernih, dari kecil aku tidak pernah sekalipun mendapat kekerasan. "plaakk...lepasss ahh..." sekuat-kuatnya aku menampar pipi mas Adi, aku juga berteriak di depan wajah nya dan benar usahaku berhasil.
Tidak ada lagi keinginan untuk tetap bersama nya, semua yang dulu terukir indah seperti menguap begitu saja, kesabaran ku menipis" Bereng sek kamu masss ..." teriakku sambil menolak kuat dadanya.
" Tiara..." panggil nya.
Aku langsung turun dari mobil dan langsung membanting kuat pintu mobil, aku sengaja melampiaskan. sambil menahan rasa nyeri di bagian pergelangan kaki Aku berlari dengan membawa luka hati meninggalkan mas Adi yang terus memanggil.
Aku sangat menyesal entah kenapa takdir kembali mempertemukan kami, Sekian lama tidak bertemu aku fikir mas Adi tidak mengenali aku lagi. Setelah hilang begitu saja aku tidak pernah berharap akan bertemu kembali dengan mas Adi tapi takdir jua lah yang mempertemukan kami kembali.
Sekarang bukan hanya mas Adi yang ku benci Iren juga, ini semua gara-gara dia. coba beneran bikin di rumahnya tentu kejadian ini tidak akan terjadi, rasa kesal begitu saja menampar relung hatiku. kata-kata yang dulu pernah di katakan ibu kembali aku ingat, " kita nggak boleh sujon tapi jangan mudah begitu saja percaya " sambil mengulang kata-kata itu dalam hati aku terus berlari.
Lama kelamaan suara mas Adi tidak lagi ku dengar, entah sudah berapa jauh aku berlari, aku lihat sekeliling rasa sakit hati mengalahkan rasa takut.
Entah sudah berapa jauh aku lari dan sempat beberapa kali menoleh, aku sih berharap mas Adi tidak mengejar ku dan ternyata benar
Pergelangan kakiku semakin berdenyut dan perih terpaksa aku berhenti berlari. Aku duduk di trotoar, " Ya Allah kenapa nasibku seburuk ini" batinku sambil menekan-nekan bagian mata kaki.
Angin malam berhembus sedikit kencang aku menengadah menatap langit yang mulai gelap, Aku bangkit harus segera pulang tapi baru beberapa langkah filling ku merasakan ada yang tidak beres aku seperti sedang di buntuti seseorang.
Aku menoleh dan ternyata benar ada mobil hitam yang berjalan sangat lambat di belakang, Aku yang ketakutan kembali lari rasanya nafas ku mau putus pergelangan kakiku pun semakin sakit.
Karena sakit langkah lari ku semakin melambat, " Hay....butuh tumpangan?" tanya orang yang berada di dalam mobil ketika mobil melaju bersisian.
Aku takut banget, " Nggak mas terimakasih" tolak ku sambil mengusap rembesan keringat dan air mata
Seperti tidak terima penolakan, mobil itu sengaja melipir di depan ku dan berhasil mencegat menghentikan langkahku.
Laki-laki itu turun dari mobil, sedang Aku mundur karena takut jangan jangan dia orang jahat yang mau celakai aku. " jangan takut cantik, saya bukan orang jahat " katanya tetap melangkah maju.
Teringat berita kejahatan yang beredar aku bergidik ngeri, semakin ketakutan secepatnya ku putuskan untuk berbalik dan lari aku nggak mau celaka dan mati sia sia di tangan penjahat .
" Hey nona tunggu!!!" Dia mengejar ku.
Aku yang panik dan ketakutan tidak terlalu fokus dengan jalanan yang ku pijak hingga akhirnya aku jatuh tersungkur di jalanan yang keras, lutut dan siku terasa nyeri.
" kenapa sih jadi cewek bandel banget, pake lari kan jatuh" katanya jongkok di samping bukan bantu aku bangun ini malah nyinyir kayak tukang sayur komplek.
Omelan nya nggak ada yang kujawab, sambil merasakan nyeri aku bangun dan duduk, " ayo saya antar kamu pulang" katanya nggak sedikit pun merasa bersalah.
" Terimakasih nggak usah saya bisa pulang sendiri" jawab ku menolak kemudian coba bangkit namun apa baru juga mau bangun aku kembali jatuh.
Kaki ku rasanya patah, " udah jangan bandel, mau di tolong bukan mau di perkosa" katanya seenak jidat langsung angkat aku ala bridal style.
Aku yang kaget sontak menjerit dan langsung menarik kerah bajunya, " jangan kerah baju yang di pegang" katanya menyadarkan keterkejutan ku hingga aku hampir lupa bernafas karena wajah kami begitu dekat nyaris tanpa jarak.
Masih di dalam gendongan nya, " turunin saya" pintaku tegas.
" hhmmm" jawab nya hanya helaan nafas lalu secara perlahan dia menurunkan aku, namun nasib baik tidak berpihak padaku baru saja mau berpijak kaki ku sakit sekali aku kembali jatuh.
Rasa malu hilang Aku langsung teriak sambil menangis, " tuh...kan. bandel sih kamu" ucap nya seperti sengaja mengolok-olok.
Aku nggak menggubris ucapnya, kakiku berdenyut cukup sakit. Yang ku inginkan sekarang " Ibuk..." Ku panggil ibuku.
" jehh hahaha.......manja udah gede masih nangis manggil Ibu" katanya mengejek dan menertawakan aku.
Tangis ku pecah karena sakit dan malu yang datang secara bersamaan, laki laki itu diam begitu mendengar aku nangis. Yang nggak pantes nya dalam hati sempat sempat nya aku malah mengharapkan pertolongan mas Adi.
" Kamu mau tetap disini atau ikut saya kerumah sakit" tanya nya.
Aku menunduk tidak tahu harus menolak atau menerima jelas aku takut kalau dia pergi" udah jangan kebanyakan mikir, kita kerumah sakit dulu abis itu baru saya antar kamu pulang " katanya kembali mengangkat ku.
Sumpah demi apapun aku tidak punya pilihan lain, dengan terpaksa aku merangkul leher nya karena takut jatuh.
" Kamu tuh kalau nurut manis" katanya bikin aku malu plus pengen tempeleng tuh mulut.
Aku benar-benar dibawa kerumah sakit, ternyata dia seorang dokter. aku hanya bisa mengucapkan terimakasih dengan malu-malu mungkin kalau nggak ada dia entah bagaimana nasibku.