Menikah dengan pria yang membuat hidupnya bagai di Surga membuat Ayu benar-benar bucin dan berjanji untuk tidak akan menikah lagi jika suaminya meninggal dunia duluan atau sebaliknya ia tidak akan membiarkan suaminya menikah lagi jika ia yang meninggal duluan. Namun apa boleh di kata kebahagiaannya tak berlangsung lama, Ayu meninggal setelah melahirkan putri pertamanya. Seperti Janjinya ia pun menjadi arwah penasaran untuk menjaga suaminya dari godaan wanita lain. Namun siapa sangka bayi mungilnya masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu membuat ia harus merelakan suaminya untuk menikah lagi dengan adiknya Hera. Awalnya ia tidak keberatan karena ia tahu benar Hera, pribadinya yang sangat baik bagai malaikat membuatnya mengikhlaskannya hingga ia rela melepaskan suami tercintanya. Namun kehadiran seorang wanita tua di rumahnya membuatnya sadar jika Heralah penyebab kematiannya???, lalu bagaimana kelanjutan hubungan Hera dan suami Ayu??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenyataan emang gak manis
Kabar kematian Hanin menyisakan kesedihan mendalam bagi Ayu. Ia tak menyangka jika sahabat karibnya akan menyusulnya begitu cepat.
Ia termangu duduk di samping jenazah Hanin sambil menatapnya sendu. Air matanya menetes membasahi pipinya. Ia tak kuasa menahan kesedihannya.
"Kenapa kamu pergi begitu cepat Nin??"
Seketika Ayu berhenti menangis saat mendengar suara teriakan ayah Hanin. Pria itu memaki Adi dan berusaha menyerangnya. Meskipun Kyai Ali sudah melerainya, namun pria itu terus menyerang Adi.
"Gara-gara kamu anakku mati, kamu harus bertanggung jawab!" serunya
"Andai saja ia tidak menjodohkan mu dengan Ayu, mungkin dia tidak akan mati!" seru Ayah Hanin
"Memangnya kenapa Om, apa ada yang salah dengan aku dan Ayu, katakan saja padaku agar aku tahu penyebab kematian Hanin. Mungkin dengan begitu aku bisa menebus kesalahanku padanya,"
"Tentu saja, Aku sumpahin kamu tidak akan bisa nikah lagi!" jawabannya ketus
Ayu langsung bersorak gembira.
"Aamiin!" serunya
"What, yang bener aja dong Om, nyumpahin sih nyumpahin namun jangan kesannya jadi kutukan gitu dong. Kasian kan Reina kalau aku sampai gak bisa nikah lagi!" seru Adi
"Iya juga sih, nanti Reina bisa jadi kurang kasih sayang dan jadi anak pembangkang, ish aku gak mau lah!!" seru Ayu
Kyai Ali berusaha mengajak ayah Hanin berbicara empat mata di ruangannya, sementara Adi berusaha menenangkan diri di ruang tamu.
"Sebenarnya ada apa sih, kenapa Om Danu sampai marah begitu padaku. Padahal kan hidup mati seseorang itu takdir,"
Adi kemudian mengambil kertas pemberian Kyai Ali.
"Sepertinya petunjuknya ada di sini," Adi segera membuka surat itu namun tiba-tiba seseorang mengambilnya.
"Surat dari siapa sih, serius amat bacanya!' Hera tersenyum menggoda Adi.
"Kembalikan kertas itu Ra, itu amanah dari Hanin!" seru Adi
Hera sengaja memindahkan kertas itu dari satu tangan ke tangan lainnya untuk memecah konsentrasi Adi. Ia bahkan dengan sengaja melempar kertas itu keluar hingga terbawa angin.
Adi berusaha mengejarnya, namun karena angin kencang kertas itu pun hilang entah kemana.
"Sorry Mas, aku cuma bercanda kan, aku gak nyangka kertas itu akan terbawa angin," Hera memasang wajah imut agar Adi tak marah.
Adi hanya menghela nafas.
"Ya sudah mau gimana lagi?"
"Sorry??" Hera duduk mendekati Adi dan memegangi tangannya membuat Ayu merasa cemburu.
"Dih sok imut banget sih!" gerutu nya
"Awas tunangan mu cemburu, inget bentar lagi lo kawin!" imbuhnya
Namun siapa yang dengar. Hera semakin membuat Ayu marah dengan terus bergelayut manja di lengan Adi.
Ayu pun pergi meninggalkan mereka, namun mulutnya tak berhenti mengumpat adik nya itu.
"Sudah jangan marah-marah terus nanti cepat tua loh!"
Ayu menoleh. Mardi berdiri di sampingnya dengan wajah kocaknya.
"Kan Hantu mah gak bakal tua Besti, kita tuh awet muda!" sahut Ayu
"Sotoy deh, yang senior siapa di sini?"
"Lo!" tunjuk Ayu
"Nah tuh sadar, sekarang muka gue tua apa muda??"
"Tua," jawab Ayu
"Sue!"
Ayu tertawa geli melihat Mardi marah.
Tidak lama seorang wanita datang menghampiri mereka.
"Lo kunti ya??" tanya wanita itu
Ayu melongo.
"Iya emangnya kenapa?" sahut Mardi
"Sebaiknya lo belajar ketawa kunti yang bener dulu deh, masa Kunti ketawanya merem, yang ada manusia gak ada yang takut sama lo!"
Ayu dan Mardi saling menatap kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Diam lo!"
Keduanya pun diam.
"Baik senior," jawab Mardi
"Satu lagi, bilangin temen lo buat manjangin rambutnya, karena dimana-mana Kunti itu rambutnya panjang bukan Bob kaya rambut polwan gitu??"
"Baik senior," jawab Ayu
Wanita itu pun pergi, namun tidak lama ia kembali lagi.
Seketika Mardi dan Ayu langsung berdiri tegap layaknya tentara.
"Btw ini surat siapa ya, gara-gara kertas ini hampir aja gue ke Lindes sama Wowo??"
Ayu melotot melihat kertas itu.
"Itu kaya kertas milik Adi deh, boleh aku liat?"
Wanita itu pun memberikan kertas itu kepada Ayu.
"Kalau punya barang itu jaga baik-baik, jangan sampai melukai orang lain, nanti kena pidana, ngerti gak??"
"Ngerti senior,"
Ayu segera menerima kertas itu dan membacanya. Seketika wajahnya semakin pucat saat membaca surat itu.
"Kamu kenapa Yu, jangan pingsan woi!" seru Mardi
Tangan Ayu gemetar, saat memberikan surat itu kepada Mardi.
"Gue gak nyangka Di, ternyata aku meninggal bukan karena penyakit kanker tapi karena guna-guna. Dan yang lebih menyakitkan yang mengguna-guna gue itu adik gue sendiri Hera??"
"Lah bukannya kamu meninggal karena kecelakaan saat hendak melahirkan,"
"Alurnya sih begitu, tapi tidak ada yang tahu kalau aku mengidap kanker setelah di nyatakan hamil. Aku sengaja merahasiakannya dari semua orang, aku tidak mau mereka sedih karena aku,"
mgkin klo udh nemu yg pas dan ccok agak nya ayu akan tenang dan g gentanyangan lagi
apa setiap kali dpt lwt makanan apa ya jd ceoet kena juga itu si adi
rasuki suster itu
dan bilang jauhi dia serta menarik apa yg sudah di kirimkan sm hera wow keren dehh
jgn biarkan dia sng dan jgn birkan dia mengiasi semuanya
lawan ayuu
hera aq juga g iklas klo sam hera deh
ayu lawan hera aq suka itu apa misteri ya knp ayu ttp gntanyangan gtu