NovelToon NovelToon
Bintang Untuk Angkasa

Bintang Untuk Angkasa

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Balas dendam pengganti
Popularitas:863
Nilai: 5
Nama Author: Intro_12

Malam itu menghancurkan segalanya bagi Talita —keluarga, masa depan, dan harga dirinya. Tragedi kelam itu menumbuhkan bara dendam yang ia simpan rapat-rapat, menunggu waktu untuk membalas lelaki keji yang telah merenggut segalanya.

Namun takdir mempermainkannya. Sebuah kecelakaan hampir merenggut nyawanya dan putranya— Bintang, jika saja Langit tak datang menyelamatkan mereka.

Pertolongan itu membawa Talita pada sebuah pertemuan tak terduga dengan Angkasa, lelaki dari masa lalunya yang menjadi sumber luka terdalamnya.Talita pun menyiapkan jaring balas dendam, namun langkahnya selalu terhenti oleh campur tangan takdir… dan oleh Bintang. Namun siapa sangka, hati Talita telah tertambat pada Langit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Intro_12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kecurigaan Angkasa

Di ruang Kerja Angkasa...

Angkasa duduk di kursi kulit hitam ruang kerjanya, dengan lampu gantung yang menyinari rambutnya yang rapi disisir ke belakang.  Layar laptop menyorot wajah para investor dan mitra bisnis. Ruangan itu beraroma wangi kopi hitam yang sudah dingin, kopi hitam yang ia buat sendiri karena Talita masih tidak mau keluar kamarnya. Ragiel, asisten setianya, dengan penuh semangat memaparkan detail proyek E-commerce terbaru mereka.

Angkasa hanya mengangguk singkat, seolah-olah pikirannya ada di tempat lain. Tatapannya kosong ke layar, tapi otaknya berputar memikirkan kejadian di kamar mandi tadi. “Talita, perempuan itu… semakin dekat dengannya, kenapa aku merasa semakin tidak asing. Aroma parfumnya, seperti pernah kenal.”

Di balik pintu, Talita diam-diam mendengarkan. Nafasnya ditahan, dadanya berdegup kencang ketika mendengar Ragiel menyebut kalimat kunci:

“…besok malam, presentasi final akan diadakan di Aula Hotel Zero Point. Semua investor hadir. Total nilai proyek seratus miliar lebih.”

Senyum tipis terbentuk di bibir Talita. “Ini kesempatan. Kalau proyek ini gagal, Angkasa akan hancur. Aku harus menghentikannya.”

^^^^

Di Hotel Zero Point

Hotel Zero Point, salah satu hotel dimana Mama Kamila sebagai investor terbesarnya. Hotel itu menjulang anggun di jantung kota, bangunannya berkilau diterpa cahaya malam. Lampu-lampu kristal di fasad depan berpendar seperti istana kaca, memantulkan bayangan mobil-mobil mewah yang berderet rapi di halaman. Para sopir berseragam berdiri tegak di sisi mobil, sebagian merokok kecil sambil melirik jam tangan, menunggu majikan mereka keluar dari lobi.

Di dalam, suasana tak kalah megah. Lobi luas dengan lantai marmer mengilap dihiasi bunga segar dalam vas tinggi. Orang-orang berdasi dan gaun formal lalu-lalang, sebagian sibuk dengan ponsel, sebagian lagi berbincang serius tentang bisnis, suara mereka bercampur dengan alunan musik piano yang mengalun lembut dari sudut ruangan.

Di antara kemewahan itu, Talita melangkah masuk dengan penampilan yang jauh dari glamor. Jaket tipis membalut gaunnya yang sederhana, wajahnya ditundukkan rendah, seolah ia hanyalah tamu bingung yang salah tempat. Ia berjalan ke meja resepsionis, memesan kamar termurah, kamar kecil tanpa fasilitas mewah, hanya sebagai kedok agar keberadaannya tidak dicurigai.

Setelah mendapat kunci, Talita pura-pura mencari kamarnya. Ia naik ke lantai atas, lorong-lorong hotel terasa panjang dan hening, hanya suara langkah sepatunya yang menggema di antara dinding putih berlukis ornamen emas. Padahal, matanya tajam mengamati, mencari ruang yang ia incar sejak awal ‘Aula besar tempat rapat Angkasa berlangsung.’

Ketika pintu aula terbuka sesaat, Talita segera mendekat. Dari celah pintu itu, ia melihat pemandangan yang membuat napasnya tercekat.

Angkasa berdiri di depan panggung, mengenakan jas hitam yang terpotong rapi mengikuti lekuk tubuh bidangnya. Sorot matanya dingin, namun penuh wibawa. Suaranya terdengar mantap, memaparkan proyek baru dengan percaya diri. Para investor duduk rapi, menatapnya dengan penuh respek, beberapa mengangguk-angguk kagum.

Talita mengepalkan tangan erat-erat. Dada mudanya bergemuruh oleh dendam.

“Pria itu harus jatuh malam ini,” bisiknya pelan, penuh tekad.

^^^^^

Ruang Kontrol Listrik

Talita turun ke lantai bawah. Udara di sana lebih lembap, aroma besi dan kabel menyengat. Ia berjongkok di depan kotak listrik, jarinya gemetar saat memegang tang. Dengan satu potongan cepat —

“CRAK!”

Hotel mendadak padam.

Aula gelap gulita. Suara panik bergema, kursi bergeser, beberapa orang berdiri terburu-buru.

“Apa-apaan ini?!”

“Hotel sekelas ini bisa mati lampu?!”

Ragiel berdiri, menenangkan. “Tenang! Tuan Angkasa akan mengurusnya.”

Angkasa maju selangkah, suaranya tegas. “Tetap di tempat. Saya akan cari tahu.”

^^^^^

Angkasa berlari ke tangga darurat. Nafasnya teratur, langkahnya mantap, meski wajahnya penuh tegang. Namun di anak tangga yang licin, ia tergelincir.

“BRUKK!”

Tubuhnya berguling keras, punggungnya menghantam dinding dingin. Rasa perih menjalar di lengan. Belum sempat bangkit, sosok wanita bertopi dan bermasker muncul dari bawah, membawa balok kayu.

“BUGH!” Balok menghantam, tapi Angkasa sigap menahan dengan lengannya.

Amarahnya membara, ia mendorong balik hingga wanita itu terjatuh. Kayu direbutnya, dan ia hampir mengayunkan balasan. Namun pandangan matanya bertemu dengan mata si wanita. Mata itu bergetar, penuh ketakutan, tapi… begitu familiar. Ada rasa iba yang tiba-tiba menyergap.

Angkasa menggeram, membuang balok ke samping. Tanpa sepatah kata, ia berlari menuruni tangga, meninggalkan wanita itu tergeletak.

Talita terengah-engah, tubuhnya gemetar. Luka gores di tangannya perih. Air matanya menetes bukan karena sakit, melainkan karena rencana yang nyaris gagal.

^^^^^

Di ruang listrik, teknisi dan satpam panik. Kabel berserakan. Angkasa langsung jongkok, jarinya lincah.

“Ini kabel dipotong… sambungkan ke sini. Cepat!”

Beberapa menit kemudian, hotel kembali terang benderang. Aula bersorak lega.

Investor yang tadinya hendak pergi kini duduk kembali, bahkan semakin kagum.

“Luar biasa. Dalam krisis pun dia tetap tenang.”

“Pemimpin sejati.”

Angkasa kembali ke Aula untuk melanjutkan presentasinya di atas panggung, suaranya tegas, tatapannya tajam. Presentasi berjalan lancar, ide-idenya brilian. Dan di akhir rapat, ia keluar dengan kemenangan ‘proyek senilai ratusan miliar berhasil ia menangkan.’

^^^^^

Talita kembali ke Mansion. Ia menutup pintu kamarnya keras-keras, menatap tangannya yang lecet. Wajah Talita memerah menahan marah. “Kenapa selalu gagal? Kenapa dia selalu lebih unggul?”

Ia duduk di tepi ranjang, bahunya bergetar. Bintang masuk pelan, membawa mainan mobil kecilnya. Bocah itu memandang luka di tangan ibunya, lalu menyentuhnya dengan jemari mungil.

Wajah polosnya seakan berkata tanpa suara. “Kasian Mama Terluka?”

Talita langsung memeluk Bintang erat, menangis dalam diam.

^^^^^

Pagi Hari

Meja makan besar berhias taplak putih dan lilin perak. Namun pagi itu suasananya jauh dari hangat.

Di piring Angkasa hanya ada nasi, telur dadar, dan segelas air putih.

“Apa ini?” bentaknya. “Sarapan orang miskin?!”

Talita santai. “Ini sehat. Katanya dokter gizi, makan sederhana bikin panjang umur.”

Bintang dengan tenang menyuap nasinya, mulut mungilnya bekerja perlahan. Ia sudah biasa dengan makanan sederhana.

Angkasa semakin murka. “Air mandiku dingin, bajuku berantakan, kamarku seperti kapal pecah. Kau tidak becus!”

Talita balas menatap. “Kalau semua ART tidak kau pulangkan, pasti tidak seperti ini.”

Angkasa hendak melempar piring, tapi Talita lebih cepat mengambil piringnya. Seketika tatapan Angkasa tertuju pada luka di tangan Talita. Angkasa menarik tangan Talita. Guratan merah itu menusuk ingatannya. Tangga hotel. Wanita bermasker dan bertopi. Balok kayu.

Tatapannya menyempit. “Kamu orangnya?”

Talita tercekat, bibirnya kaku. Jantungnya berdebar kencang, wajahnya pucat.

Namun Bintang tiba-tiba berkata polos, “Tangan Mama sakit karena jatuh di kamar mandi.”

Angkasa menoleh ke Bintang, lalu kembali ke Talita. Tatapannya tajam, menusuk, seakan menunggu pengakuan. Talita buru-buru mengangguk, meski lututnya hampir goyah.

 Angkasa akhirnya melepaskan genggaman tangannya. Tapi matanya masih menatap penuh curiga.

Bintang melanjutkan makannya dengan tenang. Wajah mungilnya seakan berkata tanpa suara. “Kenapa orang dewasa selalu cari-cari salah? Padahal telurnya enak, kok.”

Setelah sarapan selesai, Talita cepat-cepat membereskan meja dengan wajah datar, berusaha menutupi guncangan di dadanya. Angkasa masih duduk tegak di kursi utama, jemarinya mengetuk meja perlahan. Pandangannya mengikuti setiap gerakan Talita, seolah berusaha mengupas rahasia yang ia sembunyikan.

Ragiel muncul dari arah pintu, membisikkan laporan pekerjaan. Namun Angkasa hanya mengangguk sambil tetap menatap Talita yang sedang berjalan menuju dapur.

Dalam hati Angkasa bergemuruh. “Luka itu… waktu di hotel aku jelas melihatnya di tangan wanita bertopi. Tidak mungkin kebetulan. Apa benar Talita? Kalau iya, apa motifnya? Kenapa dia menyerangku, apakah dia balas dendam karena perlakuanku di kamar mandi kemarin. Atau dia balas dendam karena hal lain. Kenapa wanita ini sering bawa masalah.”

Wajah Angkasa tetap dingin, seakan tak terjadi apa-apa. Namun di balik tatapan itu, api kecurigaan kian menyala.

Sementara itu, dari balik pintu dapur, Talita menahan napas. Ia sadar tatapan Angkasa tadi bukan tatapan biasa. Itu tatapan seseorang yang nyaris membongkar penyamarannya.

1
Asih S Yekti
lanjut , cerotanya bagus aku suka
Asih S Yekti
penulis baru tp bagus kok g banyak tipo penyusunan bahasanya juga bagus
Intro: Trimakasiih.. /Smile/
total 1 replies
Ceyra Heelshire
kasian banget /Whimper/
Intro
Hai, ini karya pertama ku..
makasih sudah mampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!