NovelToon NovelToon
ASI Untuk HOT CEO

ASI Untuk HOT CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Arran Lim

Alur cerita ringan...
Dan novel ini berisi beberapa cerita dengan karakter yang berbeda-beda.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arran Lim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Esok harinya, pukul setengah tujuh pagi.

Anna terbangun pelan. Rasa hangat di sisinya tak lagi ada, membuat tangannya meraba-raba kosong di atas ranjang. Seketika matanya terbuka penuh. Ia bangkit, sedikit panik, sebelum akhirnya menyadari cahaya matahari sudah menembus tirai jendela.

Dengan langkah terburu-buru, Anna menuju kamar mandi. Ia membasuh wajahnya, menyikat gigi, berusaha menghapus rasa kantuk sekaligus menenangkan diri. Setelah itu ia melangkah ke ruang tengah.

Di sana, ia mendapati Nicholas sedang sibuk menata piring dan beberapa lauk di atas meja makan. Punggung lebar pria itu tampak begitu fokus pada kegiatannya, hingga membuat Anna hanya bisa berdiri sejenak sambil menatap. Ada rasa hangat yang menjalari dadanya—perasaan tenang yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

“Kak” panggil Anna pelan.

Nicholas langsung menoleh. Senyum kecilnya mengembang begitu melihat Anna berdiri di ambang pintu. “Sini, sayang. Sarapan dulu.”

Anna mendekat, dan dengan lembut Nicholas menuntunnya duduk di kursi sampingnya. Tangannya sempat menyentuh pipi Anna, lalu menatap wajah itu penuh cemas.

“Muka kamu pucet banget, sayang,” ucapnya, sebelum mengecup pipi Anna sekilas.

Anna menggeleng cepat. “A-aku nggak apa-apa.” Suaranya terdengar gugup, seakan berusaha menutupi rasa lelah yang masih tersisa.

Nicholas menatapnya lebih lama, lalu bertanya dengan nada khawatir, “Pαyύdάrα kamu sakit lagi nggak, hmm?”

Anna terdiam sejenak, lalu menggeleng. “Nggak kok,” jawabnya singkat.

“Ya udah, makan dulu.” Nicholas menyodorkan piring berisi beberapa lauk. Tatapannya tetap penuh perhatian, memastikan Anna benar-benar makan.

Suasana sarapan berlangsung sederhana. Namun di tengah keheningan itu, Nicholas tiba-tiba bersuara lagi.

“Sayang, pagi ini sekitar jam 4 pagi kita pulang ke Jakarta ya. Dean tadi hubungi aku, katanya ada masalah di kantor.”

Anna menunduk, hanya mengangguk kecil tanpa banyak bicara.

Nicholas menatapnya sekilas, lalu tersenyum samar. “Abis itu, mungkin dua hari setelahnya aku bakal ketemu sama orang tua kamu. Bisa dibilang... aku bakal datang buat ngelamar kamu.”

Anna menoleh cepat, bola matanya membesar. “A-apa nggak terlalu cepat?” tanyanya dengan nada panik.

Nicholas mengernyit sebentar, lalu tersenyum geli. “Lebih cepat lebih baik, sayang. Kamu maunya kita unboxing dulu baru nikah, hmm?” godanya dengan nada ringan.

Wajah Anna langsung memerah. Ia buru-buru memalingkan kepala, membuat Nicholas terkekeh gemas. Ia lalu mendekat, menempelkan kecupan manis di pipinya.

“Makan yang banyak, sayang. Biar badan kamu makin seksi.”

“Kak!!!” pekik Anna kesal, menatapnya dengan wajah panas.

Nicholas malah tertawa keras, lalu dengan seenaknya menarik tubuh Anna ke dalam pelukannya. “Gemes banget sih kamu.”

Setelah sarapan selesai, mereka sempat menemui Leo untuk berpamitan. Sesudahnya, mereka berkemas dan bersiap kembali ke Indonesia.

**********

Keesokan harinya, pukul satu dini hari.

Pesawat mendarat dengan mulus di Jakarta. Udara malam yang lembap langsung menyergap ketika mereka keluar dari bandara. Nicholas menggenggam tangan Anna erat, memastikan perempuan itu tidak merasa lelah sendirian.

Alih-alih langsung membawa Anna pulang ke rumah keluarganya, Nicholas justru mengarahkan mobil ke kediamannya sendiri. Ia sudah lebih dulu menelpon orang tua Anna, memberi kabar bahwa ia akan mengantar Anna ke rumah pada pagi harinya.

“Kalau sekarang kamu pulang, terlalu jauh, sayang. Kamu pasti capek banget. Istirahat di rumah aku dulu, ya?” katanya sambil melirik Anna yang hanya mengangguk lemah, matanya sudah setengah terpejam.

Begitu sampai di rumah, Nicholas tak membiarkan Anna repot. Ia bahkan menuntun Anna sampai kamar, lalu membantu menyiapkan tempat tidur. Malam itu mereka tidur dalam satu kamar—atau lebih tepatnya, Nicholas yang memaksa Anna tidur dalam dekapannya.

Bagi Anna, posisi itu sempat membuatnya canggung. Namun hangatnya pelukan Nicholas justru membuat tubuhnya terasa lebih rileks. Perlahan, Anna menyerah pada rasa kantuk. Ia memejamkan mata, sementara Nicholas masih terjaga beberapa menit lebih lama, menatap wajahnya dengan senyum yang tak kunjung hilang.

“Sebentar lagi, kamu bakal resmi jadi milikku,” bisiknya lirih, sebelum akhirnya ikut terlelap bersama Anna.

*********

Pukul 10 pagi – Kediaman orangtua Nicholas

Pagi itu rumah keluarga Nicholas terasa lebih hidup dari biasanya. Di ruang tamu, Nyonya Amanda tampak sibuk mondar-mandir, mengatur tumpukan bingkisan yang sudah tersusun rapi di meja besar. Kotak-kotak berbalut kertas warna emas dan pita merah muda itu menambah semarak ruangan, seolah ada pesta kecil yang sedang dipersiapkan.

Sesekali ia berhenti, menata ulang susunan bingkisan agar terlihat lebih cantik, lalu tersenyum sendiri membayangkan momen pertemuannya nanti dengan calon menantunya. Wajahnya berbinar, penuh antusiasme yang sulit ia sembunyikan.

Di tengah kesibukannya, suara pintu pagar berderit disusul langkah kaki memasuki halaman. Tak lama kemudian, sosok perempuan paruh baya muncul sambil menenteng sebuah tas tangan bermotif bunga.

“Oh, tumben banget kamu datang pagi-pagi begini. Ada apa?” sapa Nyonya Amanda sambil menoleh ke arah sepupunya.

Nyonya Marissa tersenyum kecil, lalu menyerahkan sebuah undangan berwarna krem. “Ini... aku cuma mau kasih undangan. Aku lagi nyiapin acara keluarga buat rayain keberhasilan Angelina.”

Alis Nyonya Amanda terangkat. “Keberhasilan?” tanyanya sambil mengernyit, penasaran.

“Angel berhasil masuk ke agensi model ternama di Indonesia,” jawab Nyonya Marissa dengan wajah sumringah, jelas terlihat bangga. “Dan kabarnya, nanti dia juga bakal dibantu untuk dipromosikan ke luar negeri.”

“Wah, beneran? Selamat ya! Aku ikut seneng dengarnya.” Senyum tulus terpancar di wajah Nyonya Amanda.

“Terima kasih,” sahut Nyonya Marissa, matanya berbinar bahagia. Namun tak lama kemudian, perhatiannya tertuju pada meja penuh bingkisan. “Eh, kamu sibuk banget ya. Ini bingkisannya banyak sekali. Memangnya ada acara apa?”

Nyonya Amanda tersenyum semakin lebar, rona bahagia jelas tergambar di wajahnya. “Bukan acara khusus, sih. Bingkisan ini buat calon menantu aku.”

Mata Nyonya Marissa membesar, jelas terkejut mendengar pengakuan itu. “Loh, kamu udah punya calon menantu? Sejak kapan Nicho punya pacar? Setahuku, selama ini dia nggak pernah dekat sama perempuan.”

“Dia ada kok,” jawab Nyonya Amanda sambil terkekeh pelan. “Cuma memang nggak pernah cerita sama siapa-siapa. Rencananya malam nanti aku baru mau ketemu sama calon mantu aku.”

Sejenak, senyum Nyonya Marissa menegang, berubah kikuk. Ia berusaha menanggapi dengan anggukan singkat, meski dalam hatinya mulai bergejolak.

"Aduh, kalau begini, gagal rencanaku buat jodohin Angel sama Nicholas. Nggak... ini nggak boleh terjadi. Nicholas harus jadi milik Angel. Harus!" batin Nyonya Marissa, menahan kekesalannya di balik senyum sopan yang tetap ia tunjukkan pada sepupunya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!