Vivian Shining seorang gadis dengan aura female lead yang sangat kuat: cantik, baik, pintar dan super positif. Dia tipe sunny girl yang mudah menyentuh hati semua orang yang melihatnya khusunya pria. Bahkan senyuman dan vibe positif nya mampu menyentuh hati sang bos, Nathanael Adrian CEO muda yang dingin dengan penampilan serta wajah yang melampaui aktor drama korea plus kaya raya. Tapi sayangnya Vivian gak sadar dengan perasaan Nathaniel karena Vivi lebih tertarik dengan Zeke Lewis seorang barista dan pemilik coffee shop yang tak jauh dari apartemen Vivi, mantan atlet rugbi dengan postur badan bak gladiator dan wajah yang menyamai dewa dewa yunani, juga suara dalam menggoda yang bisa bikin kaki Vivi lemas sekita saat memanggil namanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon whatdhupbaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 13 POV CEO NATHANAEL YANG GALAU
Nathanael Adrian menatap dokumen yang sama untuk kesepuluh kalinya, tapi yang terbayang justru wajah Vivian yang biasanya cerah ceria harus menahan kantuk di meja kerjanya untuk menyelesaikan pekerjaan, rambutnya yang biasanya rapi terlihat berantakan, ujung matanya memerah karena kelelahan.
Dan pria itu, Zeke!.
Zeke yang dengan mudah membuat Vivian tersenyum lepas. Zeke yang bisa menyentuh bahu Vivian tanpa membuat gadis itu kaku.
"Ini konyol sekali." Gerutunya, sambil melempar dokumen yang sama sekali tidak dia baca diatas meja.
Tapi yang paling konyol adalah dia yang mendiamkan Vivian dan membuat Vivi meminta maaf padanya untuk sesuatu yang bahkan bukan salah gadis itu.
Kalau dipikir-pikir lagi kesalahan utama ada pada dirinya sendiri.
Kesalahan Pertamanya.
- Memilih diam di balik pintu kantornya saat Vivian lembur, padahal bisa menawarkan bantuan. Dan mungkin saja Vivian lebih memilih dirinya untuk mengantar pulang dari pada Zeke!.
Kesalahan Kedua.
- Mendiamkan Vivian seharian hanya karena cemburu buta.
Kesalahan Ketiga.
- Menolak permintaan maaf nya, padahal Vivian bahkan bukan pihak yang salah.
"Aku bersikap seperti anak kecil," desis Nathanael, sambil membentur benturkan dahinya diatas meja kerjanya.
Menyesal sekarang pun tidak ada gunanya.
" Pantes aja dia lebih memilih barista itu. Aku sendiri yang membuatnya tidak nyaman kalau bersamaku."
" Sekarang, apa yang harus aku lakukan...?." Bisik Nathanael menaruh dagunya diatas meja sambil menggigit bibir.
" Ternyata suka dengan seseorang itu merepotkan..."
______
Keesokan harinya Nathanael bersiap untuk memperbaiki kesalahannya dengan datang lebih pagi dari biasanya untuk menunggu Vivi datang
Nathanael melihat Vivian masuk kedalam gedung kantor. Wajahnya yang biasanya ceria kini nampak lesu. Pakaian cantik yang biasa dia kenakan tak terlihat, sekarang dia hanya memakai kemeja polos warna putih gading dan celana jeans biru juga rambut yang disanggul sekenanya.
Nathanael langsung menghampirinya.
"Vivian."
Gadis itu langsung menegang. Tangan memeluk erat dokumen seperti tameng.
Nathanael yang melihat reaksi Vivian yang menegang hanya karena panggilannya membuat hatinya dipenuhi rasa bersalah yang menyesak kan.
Vivian menoleh perlahan, namun matanya tak berani menatap Nathanael. " Pak... Pak...saya benar benar minta maaf untuk..."
"Tidak," Potong Nathanael, suaranya lebih lembut dari biasanya. " Aku yang harusnya meminta maaf."
Vivian membelalak kaget juga bingung." Ke.. kenapa..?"
" Sikapku berlebihan." Jawab Nathanael singkat tanpa menjelaskan lebih jauh. Kemudian dia mengambil dokumen dari tangan Vivian yang gemetar.
"Proyek Singapura akan kita kerjakan bersama. Kamu istirahat dulu hari ini."
Tapi Nathanael belum selesai,
"Dan... lain kali jika lembur," Nathanael menatap lantai sebentar, " beri tahu aku. Kita bisa makan malam bersama sambil menyelesaikannya."
Mata Vivian yang gak bisa terbelalak lebih lebar lagi akhirnya menatap Nathanael. " Le..lembur...be...bersama...?"
"Ya," Jawabnya. Senyum dan tatapan hangat itu kembali setelah seharian kemarin menghilang dibalik gunung es. " Aku akan menemanimu."
Vivian berdiri kaku seperti patung, dokumen masih erat dalam pelukannya tak terlepaskan meski Nathanael sudah mengambilnya. ' Apa yang baru saja terjadi?'
'Aku yang harusnya meminta maaf.'
'Kita bisa makan malam bersama.'
'Aku akan menemanimu.'
'...Apa Pak Nathanael kemarin ketabrak motor sampai berubah 180 derajat?.'
Mini-Vivi tiba-tiba muncul di pundaknya, mengenakan baju tidur bergambar donat dan berkata. " VI, INI KEAJAIBAN DI PAGI HARI!!. KITA GAK PERLU PUSING PUSING MIKIRIN BUAT MINTA MAAF LAGI SAMA CEO PENCEMBURU INI!!!"
Vivian nyaris tersedak lihat bayangannya sendiri yang tiba-tiba nyebelin.
_______
Saat jam istirahat, Nathanael *kebetulan* lewat depan meja Vivian. " Vi, kamu suka sushi?. Ada tempat enak dekat sini. Kalau kamu mau kita bisa kesana buat makan siang."
Mia yang duduk disebelah Vivi menjatuhkan makanannya yang hampir dia suapkan masuk kedalam mulutnya, mata terbelalak, mulut terbuka lebar, terkejut dengan perubahan bos nya yang tiba tiba. Nathanael yang awalnya dingin dengan Vivian kini kembali bersikap hangat hanya dalam 1x jam kerja!!.
Mini-Vivi langsung jungkir balik. " INI UNDANGAN DATE!?. INI UNDANGAN DATE!!.
Vivian yang sedang minum air tersedak parah. Nathanael buru-buru mengambilkan tisu, tapi malah menabrak vas bunga kecil di meja Vivian menumpahkan air di dalamnya yang langsung membuat Vivian panik mengangkat laptop nya.
"KENAPA CEO DINGIN INI JADI BERTINGKAH KONYOL SIH!!. MANA MALE LEAD YANG COOL ITU!! BALIKIN MALE LEAD YANG COOL ITU!! " teriak Mini-Vivi sambil memegang kepala.
______
Vivian menatap menu dengan wajah pucat, jari-jarinya gemetar memegang daftar harga yang harganya setara dengan gajinya sebulan.
Mini-Vivi muncul di atas piring wasabi, teriak histeris: " KALAU KITA PESAN YANG INI, BISA HABISIN TABUNGAN 3 BULAN KITA! TAPI KALAU TOLAK, NIH BOS BISA BALIK MODE ICE KING LAGI GAK SIHHH!?."
Nathanael yang duduk di seberang salah baca ketakutan Vivian sebagai keraguan.
"Tidak suka salmon? Mereka punya uni segar dari Hokkaido..."
"T...Tidak! Suka! Sangat suka!" Vivian buru-buru memotong, sambil dalam hati menjerit, ' Aku cuma pernah makan salmon di supermarket pas diskon hari Jumat...'
Restoran sushi mewah itu sepi di jam makan siang. Sinar matahari mengalir melalui jendela dari lantai ke langit-langit, menerangi meja kayu yang mengilap tempat Vivian dan Nathanael duduk berdampingan.
Aroma wasabi yang baru diparut dan nasi bercuka menggantung di udara, tapi satu-satunya yang Vivian fokuskan adalah energi gugup yang memancar dari sang CEO yang biasanya selalu terkendali di sampingnya.
"Kamu harus coba totoro ini," ucap Nathanael tiba-tiba, suaranya lebih rendah dari biasanya. Tangannya yang biasanya steady saat menandatangani kontrak milyaran rupiah, kini gemetar ringan saat mengangkat sepotong sushi fatty tuna.
Vivian mengangguk kaku. Saat dia menjulurkan tangan untuk mengambilnya, sesuatu yang tak terduga terjadi...
Ujung jari mereka bersentuhan.
Sentuhan itu hanya berlangsung sepersekian detik, tapi efeknya seperti sengatan listrik.
Vivian menarik tangan secepat kilat, sementara Nathanael salah tingkah sampai hampir menjatuhkan chopstick-nya.
Ini tidak terjadi. Ini tidak...
Tapi sudah terjadi. Dan yang lebih parah, tangan Nathanael berkeringat.
Vivian bisa melihat dengan jelas bagaimana tetesan keringat kecil membasahi telapak tangan pria itu. Nathanael Adrian sang CEO dingin yang terkenal never let his guard down ternyata bisa gugup karena sentuhan jari yang tak disengaja.
Mini-Vivi tiba-tiba muncul di atas piring sashimi, berguling-guling sambil tertawa histeris: "OH MY GOD! KERINGATNYA BISA DIPAKAI UNTUK REHYDRATION DRINK! KAPAN LAGI KAMU LIHAT BOS KAMU KAYA ANAK SMA PERTAMA KALI NGE DATE!?"
Vivian nyaris tersedak air mineral.
Nathanael dengan cepat mengusap tangannya di tissue, wajahnya merah tapi berusaha terlihat biasa saja. "Maaf, aku..."
"Tidak, tidak, ini—" Vivian buru-buru menyela, "Aku yang seharusnya minta maaf."
Mereka saling memandang, lalu sama-sama tertawa kecil—nervous, canggung, tapi entah bagaimana menghangatkan suasana.
Di balik tawa itu.Nathanael berpikir "Dasar idiot, kenapa harus sekarang mempermalukan diri sendiri?"
Vivian bertanya-tanya. "Apa dia selalu segugup ini saat bersama wanita?"
Sang koki kepala yang memperhatikan dari balik counter hanya tersenyum simpul, lalu dengan sengaja menyajikan extra wasabi pada sushi berikutnya. Mungkin supaya mereka punya alasan untuk kepedasan bersama atau mungkin hanya untuk hiburan pribadinya melihat drama percintaan ini.
________