Kisah ini tampak normal hanya dipermukaan.
Tanggung jawab, Hutang Budi(bukan utang beneran), Keluarga, cinta, kebencian, duka, manipulasi, permainan peran yang tidak pada tempatnya.
membuat kisah ini tampak membingungkan saat kalian membacanya setengah.
pastikan membaca dari bab perbab.
Di kisah ini ada Deva Arjuno yang menikahi keponakan Tirinya Tiara Lestari.
Banyak rahasia yang masing-masing mereka sembunyikan satu sama lain.
____________
Kisah ini sedang berjuang untuk tumbuh dari benih menjadi pohon.
Bantu aku untuk menyiraminya dengan cara, Like, Komen dan Subscribe kisah ini.
Terimakasih
Salam cinta dari @drpiupou 🌹
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aerishh Taher, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Antara Pengorbanan, Penghakiman Dan Dendam
"Mas Deva mana sih udah seminggu ini dia nggak pulang!" Risau Tiara.
Ada ratusan panggilan yang Tiara lakukan tapi tidak juga diangkat oleh Deva.
"Apa aku cari ke kantornya yah?"gumamnya.
Tiara bersiap-siap untuk menemui suaminya dikantor.
Setelah selesai, Tiara keluar kamarnya.
Langkahnya terhenti di pertengahan tangga. Saat Pendengarannya menangkap suara bi Surti sedang berbicara dengan seseorang lewat ponselnya.
"Salam lady, wanita itu semingguan ini nggak cari masalah. Dia hanya pergi ke kampus lalu pulang di jam sama seperti biasa."ucap Bi Surti. "Ah baiklah Lady."sambungnya lagi.
Tiara meneruskan langkahnya.
Pembantunya itu tak menyadari kedatangan Tiara
Lalu panggilan itu berakhir. Dan saat ia berbalik. " Ahkk.. ya Tuhan."pekik bi Surti sambil mengusap dadanya. Wajahnya memucat.
Sedangkan Tiara hanya melewati bi Surti tanpa mengatakan apapun.
Dia bosan terus-menerus bertengkar dengan pembantunya itu.
Sebelum Tiara melewati ambang pintu dia berbisik, "aku dengar semuanya"
__________
Ini pertama kalinya dia berkunjung ke perusahaan Opa tirinya.
Perusahaan yang akan segera menjadi miliknya dan Deva.
"Alfod company"
Tiara melangkah mendekati resepsionis.
"Selamat pagi."sapa Tiara dengan lembut.
"Pagi...."balas resepsionis yang ber nametag Ana. "Ada yang bisa saya bantu nona?"lanjutnya.
"Suamiku ada?"tanya Tiara percaya diri.
Ana mengerutkan keningnya. "Suami?"ucapnya memastikan ia salah dengar.
"Ah maksudku Deva Arjuna Alfod. Perkenalkan aku istrinya Tiara Lestari sekaligus cucu dari Opa Junes Alfod "jelasnya.
"Ahh.... Ya."sahutnya bingung. "Nyonya Tiara? Sebentar saya konfirmasi dulu sama Sekertaris nya."lanjutnya.
Tiara tau Resepsionis bernama ana ini pasti bingung karena Tiara memang tidak pernah ke kantor.
"Halo, ah maaf Bu Sisil... Istri Pak direktur mencari beliau, sekarang beliau ada di resepsionis... Ah maaf Bu, baiklah akan saya sampaikan."ucap ana pada seseorang yang berada disebrang telpon.
Mata ana menatap kesal pada Tiara. Tak ada sosok Ana yang ramah dan tersenyum sebelumnya.
"Nona lebih baik sekarang pergi dari sini, Pak Direktur—yang nona akuin jadi suami nona itu! sekarang lagi cuti seminggu untuk quality time bareng istrinya."jelasnya sinis. "Udah sana pergi huss... Kata Bu Sisil nona mending sadar jangan kebanyakan mimpi nikah sama Pak Deva. Istri Pak Deva tuh Sempurna nggak mungkin Pak Deva mau sama kamu."lanjutnya.
Tiara terdiam.
Benaknya bertanya-tanya apa benar semua yang mereka katakan.
Pertengkaran dengan Bi Surti tiba-tiba melayang di kepalanya.
Awalnya dia mencoba menepis segalanya.
Tiara pikir semua hanya omongan ngelantur dari pembantunya itu.
Tapi sekarang nggak mungkinkan Bu Sisil itu salah... Sedangkan dia sekertaris Deva.
Tangannya mengepal erat, dia harus bertindak sebelum semuanya lebih jauh.
Hubungan ini harus jelas, dan kalau benar Mas Deva selingkuh dan menikahi perempuan lain.
Dia akan menyingkirkan wanita itu.
"Aku harus hubungi Mama dan Oma. Aku nggak mau kehilangan Suamiku"
...****************...
Sedangkan di sebuah Mall Pusat kota Mon.
"Halo, hmm oke... Lanjutkan tugasmu."tuturnya lalu memutuskan panggilan itu.
Langkah wanita itu berhenti sesaat untuk menjawab panggilan, itu membuatnya sedikit kesal karena dia sedang menikmati momen bersama keluarganya.
Di Mall Pusat kota Mon.
Baru ingin berbalik, tiba-tiba suara menghentikan pergerakannya.
"Kana? Oh My Lord... Apa kabar sayang? Udah lama Tante nggak liat kamu." Serunya riang.
"Tante Laura? Ya ampun aku baik tan... Lagi sibuk sama kerjaan di rumah sakit dan.... Keluarga kecilku." Jawab wanita yang dipanggil Kana itu.
"Ah iya kamu kan udah nikah setahun lalu Tante lupa, maaf yah waktu itu Tante nggak bisa dateng."ucapnya sesal. "Suami kamu mana? udah lama Tante nggak ngobrol bareng dia."sambung Tante Laura.
Kana tersenyum lembut, "Nggak apa Tante... Kana ngerti Tante lagi sibuk sama perusahan, kebetulan aku lagi liburan bareng keluarga kecilku. Mas Deva sekarang lagi bareng Lily."jelas Kana. "Ah om Stef mana... Ikut juga?"sambung Sera bertanya.
"lagi dirumah, Tante kesini sama Sera. Lily?"ucap Tante Luara.
"Lily anak aku Tan."Jawab Kana.
Suara Ketukan high heels yang mendekat mengalihkan perhatian mereka, "Nah itu dia Sera."ucap Tante Laura sambil menunjuk ke arah seorang wanita.
Menghampiri mama Laura dan Kana sambil tersenyum, "aku disini."ucap Sera. "Bagaimana kabar mu?" Sera bertanya dengan senyuman penuh arti.
Kana yang melihat senyuman itu ikut tersenyum kecil, "Cukup baik, bagaimana dengan mu dan—Robert?" Tanya Kana, menyeringai.
Sera terkekeh, "tentu bajingan itu tidak baik-baik saja! Kau paling tau bukan Kana?" Papar Sera sambil mengalihkan perhatian nya pada lelaki yang mendekat dari arah belakang Kana. Di gendongannya ada seorang anak perempuan.
"hai Tante Laura, hai Sera," Sapanya canggung.
"Hai Deva."ucap Mama Laura dan Sera secara bersamaan.
"Sayang ini lily Udah mulai rewel, gimana kalau kita pulang aja? Udah beberapa hari ini kita jalan-jalan terus. Aku takut Lily sakit."Jelasnya.
"Bentar sayang, masih ngobrol."Ucap Kana.
"Oke sayang, aku tunggu."Jawabnya sambil memeluk pinggang sang istri.
"Wah ini yang namanya Lily cantik sekali, mirip mamanya."Puji Tante Laura. "Berapa umurnya?"tanya Tante Laura.
"Terima kasih Oma. Sekitar delapan bulan Tan."Jelas Kana.
"Baiklah,"ucap Kana. "Tante, Sera.... Aku balik dulu yah."pamitnya sambil memeluk mereka satu persatu.
"Baiklah, Tante bakal berkunjung ke rumah Morgez kalau ada waktu."ucapnya. "Kalian tinggal disana bukan?"sambung Tante Laura bertanya.
Kana dan Deva hanya mengangguk.
"Ehmmm... Ma udah Kana sama Deva mau pulang! Mama jangan nanya terus! Nggak enak sama Kana dan Deva." Seru Sera, sambil menggandeng salah satu lengan mamanya.
"Uhkk!.... Kan mama cuma nanya! Apa yang salah? Kamu ini jadi anak ngeselin banget! Udah ah mama mau lanjut shopping! Bye!" Gerutu Tante Laura gemas ke arah Sera.
Sebelum benar-benar pergi Sera mendekati Kana, "Kau tau bukan ini lebih dalam dari sekedar kata pengorbanan?" bisik Sera. "Ingatlah—ini bukan cuma tentang Keluarga Morgez! Tapi... Masalalu yang terlalu rumit untuk di sekedar di jelaskan bukan?."sambungnya lagi.
Kana mendengus, "Jangan mengajariku Sera—kita punya musuh yang sama."ucap Kana Datar.
Deva hanya terdiam mendengar pembicaraan Kana dan Sera.
Deva cukup paham apa maksud pembicaraan mereka.
Semua ini berawal dari masa lalu mereka yang berkaitan.
Rasa sakit dan juga kehilangan yang keluarga mereka alami membuat "Dendam" yang pekat di hati Sera dan Juga Kana.
Mereka memiliki peran masing-masing dalam cerita ini.
Pengorbanan dan Penghakiman adalah milik Kana... Sedangkan Sera— Pemegang Tahta.
Dan Deva sadar dirinya adalah bagian dari dendam itu.
Deva... Adalah sebuah pion.
Pion yang harus bergerak agar Dendam mereka tuntas.
Keren Thor... semangat terus ya