NovelToon NovelToon
Ibu Susu Untuk Anak Mafia Dingin

Ibu Susu Untuk Anak Mafia Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Mafia / Ibu Pengganti / Anak Kembar / Cinta Seiring Waktu / Ibu susu
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mom Ilaa

Bayinya tak selamat, suaminya berkhianat, dan ia bahkan diusir serta dikirim ke rumah sakit jiwa oleh Ibu mertuanya.

Namun, takdir membawa Sahira ke jalan yang tak terduga. Ia menjadi ibu susu untuk bayi seorang Mafia berhati dingin. Di sana, ia bertemu Zandereo, bos Mafia beristri, yang mulai tertarik kepadanya.

Di tengah dendam yang membara, mampukah Sahira bangkit dan membalas rasa sakitnya? Atau akankah ia terjebak dalam pesona pria yang seharusnya tak ia cintai?

Ikuti kisahnya...
update tiap hari...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16 #Mulai Menerima

Sahira membuka cepat matanya begitu pintu kamarnya diketuk seseorang yang ternyata itu Nyonya Mauren.

“Nyonya, ada apa?” tanya Sahira berusaha tenang agar Mauren tak sadar dirinya habis menangis.

“Apa asinya kurang, Nyonya?” 

Mauren menggeleng pelan. “Saya mau ajak kau periksa anakmu, Sahira. Tadi Papanya Zander telepon Dokter. Sekarang Dokternya ada di kamar cucuku,” jelas Mauren sambil memainkan jari mungil beby Zaena di dada Sahira.

Padahal bisa menyuruh pembantu, tapi Nenek beby Zee sendiri yang datang memanggilnya. 

“Terima kasih, Nyonya. Tapi anakku baik-baik saja,” ucap Sahira menolak halus.

“Sahira, kemarin kau terluka, anakmu juga hampir dilukai. Kemarin saya tidak bisa tidur tenang kalau anakmu tidak diperiksa juga.”

Mauren sedikit memaksa.

Sahira menunduk. “Kalau aku ke sana, pasti aku akan bertemu Balchia atau Zander lagi.” Batinnya ragu.

“Ba-baiklah, Nyonya. Saya akan ke sana nanti. Tapi saya harus beres-beres kamar dulu,” ucap Sahira terpaksa daripada Mauren marah.

Mauren tersenyum lalu mengusap lembut pipi beby Zaena sebelum pergi ke kamar cucunya.

Selesai menyapu, membuang popok kotor dan merapikan tempat tidurnya, Sahira kemudian mengganti baju bayinya. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarnya lagi.

Mengira itu Mauren atau Hansel, namun yang datang justru pembantu. Sahira sedikit takut tapi pembantu itu tampak baik, tidak seperti yang kemarin. Wajahnya juga lebih ceria dan muda.

“Mbak Sahira, Tuan Raymond memanggilmu,” ucap pembantu itu bahkan mengulum senyum manisnya.

“Tuan Raymond?” batin Sahira takut lagi.

Mau tak mau, Sahira mengikuti pembantu itu sebelum ke kamar beby Zee. Secara kebetulan, mereka berpapasan dengan Zander yang baru keluar dari kamar bersama Balchia yang ingin ke kamar beby Zee.

Zander melihat Sahira tapi Sahira dengan cepat menundukkan kepalanya kemudian buru-buru mengejar pembantu itu.

Zander mengulur tangan, hendak menahan Sahira tapi tangannya malah dirangkul oleh Balchia. “Zan, ayo ke kamar anak kita. Ibu sama Ayah pasti sudah menunggu di sana.”

Dengan paksa, ia menarik Zander pergi.

Dalam perjalanan menuju ke ruang kakek majikannya, Sahira terus menatap ke beby Zaena. Tapi, pikirannya sibuk ke hal lain.

Ia sudah lepas dari Rames, tapi sekarang tak sengaja bertemu cinta masa lalunya lagi dan sekarang ia harus berhadapan dengan pria yang paling menakutkan, Raymond.

Sahira berusaha menenangkan dirinya agar tak salah bicara ketika sampai di ruang Tuan Raymond. “Kira-kira untuk apa Tuan Raymond memanggil saya?” tanya Sahira ke pembantu.

“Saya juga tidak tahu, Mbak.”

Sahira makin gelisah dan takut.

“Permisi, Tuan.” Pembantu mengetuk pintu di sampingnya membuat Raymond yang duduk di sofa menoleh ke arah mereka.

“Masuklah!” titah Tuan Raymond dengan nada suara khas yang berat serta sorot mata yang tajam.

Pembantu itu masuk bersama Sahira. Sahira hendak duduk tapi Tuan Raymond mendadak membentaknya. “Hai, siapa suruh kau duduk?”

“Ma-maaf, Tuan,” ucap Sahira kembali berdiri di dekat pembantu seraya berbisik kecil pada beby Zaena agar tak menangis.

“Cih, belum lama bekerja sudah kurang ajar.” Tuan Raymond mengerucutkan bibir, kesal.

“Maafkan saya, Tuan. Saya tidak akan ulangi lagi,” ucap Sahira sopan dan sabar meladeni kakek-kakek itu yang emosinya bisa meledak kapan saja.

Seketika perhatiannya terpaku ke amplop di atas meja yang baru saja dilempar oleh Tuan Raymond. Situasi ini serasa membuatnya De Javu, teringat pada kelakuan Balchia.

“Apa dia mau menyogokku juga agar aku pergi dari sini?” pikir Sahira.

“Ambil itu, tapi kau harus bekerja untukku.”

Tuan Raymond berkata sambil bersedekap dada, layaknya seorang raja yang sombong.

“Maksudnya, Tuan?” tanya Sahira tak paham.

Tuan Raymond membuang napas kasar lalu mengatakan keinginannya. Meminta Sahira memberinya saran bagaimana caranya agar Zander menyayangi anaknya atau membantu Zander mencintai Balchia.

“Maaf, Saya tidak bisa,” tolak Sahira menunduk cemas. Ia sudah tak mau dekat-dekat dengan mantannya.

“Kenapa kau tak bisa? Kau tak suka uangku?” tanya Raymond agak bingung. Semua orang yang bekerja di rumah itu pasti menginginkan uangnya, tetapi Sahira beda dengan mereka.

“Itu… jangankan membuat rumah tangga cucu Anda bahagia, rumah tangga saya saja sudah hancur. Saya bukan orang yang mampu me-memperbaiki hubungan orang lain, Tuan.”

Tuan Raymond manggut-manggut, baru tahu Sahira seorang janda. “Kamu memang tidak berguna. Pantas suamimu pergi.”

Mau Balchia atau Raymond, dua-duanya punya mulut yang tajam. Padahal bukan seperti itu kejadiannya. 

“Ya sudah, keluar sana!” usir Raymond tak mau melihat Sahira, bahkan beby Zaena.

Raymond bangkit, ingin ke tempat tidurnya tetapi tiba-tiba ia terjatuh berlutut di lantai sambil batuk-batuk. Tongkatnya pun jatuh terlempar cukup jauh.

“Tuan?!” Sahira menyerahkan beby Zaena ke pembantu dan dengan cepat mendekati Tuan Raymond.

“Anda baik-baik saja, Tuan?” tanya Sahira memberinya segelas air di meja, membantu Raymond berdiri lalu memungut tongkat di bawah tempat tidur.

Tindakan Sahira yang cekatan itu berhasil membuat Tuan Raymond terkesima. Ia pikir Sahira akan mengabaikannya, tetapi justru membantunya. Padahal sudah dicaci maki, ternyata Sahira memang baik.

“Hm, saya baik-baik saja, terima kasih.”

Deg

Sahira tersentak. Meskipun kalimat itu terasa dingin, namun entah mengapa Sahira senang.

Sahira membungkuk setengah badan lalu keluar bersama pembantu itu, menuju ke kamar beby Zee.

“Mbak, sepertinya Tuan besar mulai menerima Anda bekerja di sini,” kata pembantu itu. “Tuan besar sangat jarang berterima kasih ke orang lain. Anda sangat beruntung.”

Sahira menunduk dan mengangguk merasa masa depannya mungkin akan kembali cerah seperti dulu. Tapi wajahnya yang berseri-seri seketika berubah tegang begitu tatapannya tertuju ke arah Zander yang juga melihat ke arahnya.

Cepat-cepat, Sahira menunduk agar Balchia di samping Zander tidak mengamuk, tapi wanita sombong itu tiba-tiba berlari mendekatinya.

“Sahira, kau dari mana saja? Kenapa lama sekali? Dokternya sudah pergi, lho. Kasihan anakmu tidak sempat diperiksa. Tapi kamu tidak usah sedih, minggu depan Dokternya datang lagi,” ucapnya tersenyum, sengaja bertingkah manis di depan mertua dan suaminya.

Daren dan Mauren saling bertatapan, mereka senang melihat perubahan sikap menantunya yang baik ke Sahira.

“Oh ya, Ma, Pa, hari ini Zander akhirnya mau menemaniku ke rumah sakit. Iya kan, sayang? Kau mau, kan?” Balchia berpindah ke Zander sambil bersikap manja, ingin membuat Sahira cemburu tapi Sahira hanya membuang muka.

“Ya, cuma kali ini,” jawab Zander tapi tatapan matanya mengarah ke Sahira.

“Zan, Chia, Mama senang sekali melihat kalian akur hari ini. Besok-besok kalian berdua harus lebih leket lagi seperti kami ya,” canda Mauren sambil menepuk pundak Tuan Daren.

“Ya sudah, kita pergi dulu, Ma. Ayo suamiku!” ajak Balchia menarik Zander pergi.

Sahira semakin menunduk, sementara Zander merasa hatinya sakit karena Sahira tak bicara sama sekali, apalagi melihatnya.

“Duh, Ma. Punggung Papa pegel-pegel nih, Mama pijitin Papa coba,” rengek Daran manja.

Mauren tertawa kecil lalu mengajak suaminya itu ke kamar mereka sendiri. Sementara Sahira yang ditinggal sendirian hanya menatap beby Zee. Ia duduk di sebelahnya, “Kau beruntung sekali, anak manis. Ibu dan Ayahmu, mereka saling mencintai. Tak seperti Ayah beby Zaena yang tak mencintai Ibu anaknya sendiri,” lirih Sahira menatap sendu bayi perempuannya.

“Zan, kau mau kemana?” tanya Balchia tak jadi masuk ke mobil, terkejut melihat Zander yang berbalik badan.

“Aku lupa ambil hp di kamar, kau tunggu dulu di sini.” Lalu, Zander berlari ke kamarnya tapi benda pipih itu tak ada. Zander pun ke kamar beby Zee dan berhasil menemukannya. Tetapi ia terkejut melihat Sahira terlelap di samping beby Zee yang menghisap sumber nutrsinya. Mata Zander tak berkedip sedikitpun karena terpaku pada belahan dada Sahira. 

Zander mendekat menatap lekat-lekat wajah cantik Sahira yang tenang, lalu membungkuk sedikit, memberinya kecupan di kepala Sahira dengan lembut. Tanpa ia sadari, seseorang di depan pintu tak sengaja melihatnya, tak lain si pembantu. Pembantu itu segera pergi sebelum Zander melihatnya.

1
partini
hah cerita apa ini 🙄🙄🙄
༎ຶP I S C E S༎ຶ: 😆😆😆😆 😆
partini: oh cuma mimpi toh,,heran aja ko segampang itu ehem ehem
total 3 replies
Yus Nita
jangan mau sahira, mungkin ini hanya jebakan yg di buat Rames dan klrga ny
Yus Nita
siksa dulu, hancur kan karier ny, baru camak kan ke penjara. 😀😀😀😀😀
Yus Nita
dlm mimi sono, zander mencintsi mu peremouan iblis
Yus Nita
syukuriinnn...
percays sama jalang, yg akhir hiduo ny tragis, itu karma. ngejahati sahira, tapi di jahati teman sendiri. 😀😀😀
Yus Nita
gimanadiamau punya asi, jku melahir kan saja tdkpernah. ada masa ny diluman rubah itu akan kena axab ny
Uswatun Kasanah
Lanjut Thor 💪💪🙏🙏🩷🩷🩷
༎ຶP I S C E S༎ຶ: siap kk, update tiap hri 😇 ikuti terus... ya 😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!