NovelToon NovelToon
Revano

Revano

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Sari Rusida

"Revano! Papa minta kamu menghadap sekarang!"

Sang empu yang dipanggil namanya masih setia melangkahkan kakinya keluar dari gedung megah bak istana dengan santai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sari Rusida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13

Jalanan gelap yang hanya ditemani lampu jalanan juga bintang-gemintang di angkasa, Revano berjalan dengan tanpa tujuan. Keluar dengan pakaian serba hitam, dilengkapi dengan topi juga kaca mata hitam.

Revano berjalan ke arah komplek perumahan elite, di mana Putra tinggal di sana. Sebenarnya tujuan asli Revano tidak ke sana. Ia hanya ingin memberi kabar, bahwa ia akan pergi dari kota itu. Hendak ke mana? Hanya takdir yang bisa menjawabnya.

Puk!

Revano merasakan tangan memukul pelan pundaknya. Dia tidak berbalik, hanya berhenti. Seseorang yang memukul pundak Revano tadi mendekatkan langkahnya, dan berdiri di depan Revano.

Revano yang menundukkan wajahnya, serta terhalang topi tidak dapat melihat jelas wajah seseorang itu.

"Bwuaa ...!"

Sedikit terkejut, Revano memundurkan langkahnya dan melihat sosok di depannya kini yang tengah tertawa.

"Kamu kaget? Hahah ..." Risya memegang perutnya dengan tawa yang belum hilang, malah semakin kencang.

"Apa yang anda lakukan di sini?" Revano bertanya dengan nada dingin. Dibalik kaca matanya, ia mendelik tajam.

"Hey? Cara bicaramu kenapa begitu formal? Bukannya kamu menjadi Epan saat bersamaku? Ayolah, Epan." Risya memukul pelan lengan Revano.

Revano tidak menyahuti.

"Kamu marah? Maaflah kalau gitu. Aku cuma bercanda. Kamu mau ke mana pakek baju hitam-hitam gini? Ke rumahku?" tanya Risya sambil menelisik penampilan Revano.

Revano mengeluarkan tangannya dari hoodie hitam yang dikenakannya. Menurunkan kaca mata hitamnya dan menyimpannya di saku hoodie.

"Ikut saya." Revano menarik tangan Risya dan membawanya pergi dari sana.

"Mau ke mana? Tadi aku ke kontrakan kamu untuk menyampaikan pesan dari Papa. Sebaiknya kita ke rumahku saja."

"Untuk apa?" tanya Revano tetap melanjutkan langkahnya.

"Papa akan keluar kota malam ini juga. Papa memintamu untuk datang ke sana," ucap Risya mengikuti langkah Revano.

Revano terdiam. Keluar kota? Bisakah ia ikut? Pertanyaan itu langsung muncul dalam otaknya.

"Hey? Jangan melamun. Kita sudah sampai, ayo masuk!" Risya meminta Revano untuk membuka pintu gerbangnya. Setelahnya mereka berdua masuk ke dalam menemui Putra.

"Revano? Cepat sekali datangnya?" Putra langsung berdiri dari duduknya kala mendapati Revano sudah datang bersama Risya. Ternyata dia menunggu Revano di teras.

"Iya, Pa. Tadi waktu Risya ke kontrakan dia, dia udah keluar duluan. Jadi langsung aja Risya minta ke sini. Lagian aneh 'kan, Pa? Masa malam-malam gini bajunya serba hitam begini," ucap Risya sambil memperhatikan pakaian Revano.

"Itu tidak penting. Yang jelas Revano sudah datang sekarang. Risya, Kamu masuk sekarang!" titah Putra segera.

"Janji Papa lho? Aku udah bawa Epan ke sini, jadi aku boleh ngerjain tugas kampus sama Dita di luar kota sama Papa," ucap Risya sambil menampilkan wajah melasnya.

"Itu dibicarakan nanti. Lagian Dita juga tidak tahu boleh pergi atau tidak sama orang tuanya. Papa harus segera terbang malam ini juga ke Kalimantan," ucap Putra pada putrinya itu.

"Yess! Itu Risya artikan sebagai jawaban iya. Risya mau kasih tahu Dita dulu. Bye, Pa, Epan!" Risya berlari memasuki rumahnya dengan wajah girang.

"Nah, Revano. Seperti yang sudah saya singgung tadi, kalau saya harus segera pergi ke Kalimantan malam ini juga. Kamu jaga Risya selama saya ada di sana, ya? Kemungkinan saya di sana cukup lama. Sekitar satu-dua bulan, atau bisa lebih."

"Perusahaan saya di sana sedang terjadi masalah yang cukup serius. Anak sulung saya yang menjaga perusahaan itu kewalahan untuk mengatasi masalahnya. Jadi terpaksa saya harus turun tangan," jelas Putra panjang lebar.

"Satu atau dua bulan," gumam Revano pelan, seperti sedang berbicara sendiri.

"Iya. Maka dari itu ...."

"Papa! Dita boleh pergi sama ortunya!" Risya keluar dari rumah dengan senyum lebar.

"Ada apa, Sya? Waktu Papa udah mepet ini," ucap Putra.

"Risya barusan telepon Dita, katanya dia dibolehin sama ortunya. Risya sama Dita ikut ke Kalimantan ya, Pa? Tugas Risya harus dikumpul dua minggu lagi," ucap Risya dengan wajah memelas.

"Papa nggak bisa secepat itu pulang, Risya. Papa di sana satu atau dua bulan lebih. Papa di sana nggak lagi liburan lho," ucap Putra memperingatkan.

"Tapi Risya mau buat tugas kuliah di sana, Pa. Please ... Risya nggak ganggu Papa, kok," jawab Risya masih dengan tampang yang menyebalkan menurut Putra.

"Saya bisa menjaga Risya di sana, Pak," ucap Revano memberikan pendapat yang diuntungkan oleh semua orang, terutama dirinya.

"Yess! Epan pinter banget ... boleh ya, Pa? Kan udah ada Epan yang jagain Risya," ucap Risya lebih bersemangat.

Putra mengusap wajahnya kasar. "Kamu baru sembuh, Risya. Jangan aneh-aneh. Kan tugas kamu bisa dikerjakan di sini. Kenapa harus jauh-jauh?"

Wajah Risya berubah murung. "Risya ... cuma mau menghindari Alex, Pa."

Revano menatap Risya. Bukannya perjanjian sebelumnya membuat Alex menyesal menduakan Risya? Kenapa sekarang Risya ingin menghindari Alex?

Putra menatap putrinya lamat-lamat. "Kamu benar ingin menghindari Alex?"

"Iya, Pa. Kan Papa tahu sendiri gara-gara Alex, Risya sakit satu minggu ini. Risya mau menghindari dia dua minggu nanti. Please ya, Pa? Bolehin Risya ikut. Kan ada Epan, sama ada Dita juga," ucap Risya lebih memelas.

Putra mengusap wajahnya sekali lagi. "Kamu boleh ikut. Tapi berangkat besok pagi. Papa cuma pesan satu tiket pesawat untuk malam ini, untuk Papa sendiri."

"Yess! Risya sayang Papa!"

***

"Berpencar! Cari Tuan Muda sampai ketemu! Titik terakhir Tuan Muda biar saya yang datangi! Reno, kamu ikut Papa ke titik terakhir Revano! Rifki, kamu bawa Mama kamu ke hotel terdekat dengan fasilitas terbaik. Setelahnya kamu pergi dengan kepala bodyguard menuju tempat-tempat di mana Abang kamu pernah kunjungi. Semuanya paham?!"

Suasana tegang menyelimuti area bandara di mana salah satu pesawat pribadi menurunkan keluarga besar yang membawa ratusan pengawal untuk mencari Tuan Muda mereka yang menghilang.

Dua jam setelah penelfonan antara Revano dan Risya dilakukan, keluarga besar mafia ini sampai di tanah Surabaya. Semuanya berpencar, mengikuti arahan sang Tuan Besar.

Beberapa mobil sedan berwarna hitam membelah kota Surabaya dengan dinaiki pengawal serta keluarga besarnya. Saling berbelok beda arah agar bisa menemukan titik terang keberadaan Tuan Mudanya.

"Mama Jangan khawatir. Bang Revano pasti ketemu malam ini. Jangan berfikir macam-macam ya, Ma?" ucap Rifki berusaha menenangkan Mamanya yang kini terlihat pucat.

Nathalie mengangguk singkat.

***

Seperti rencana. Pagi ini pukul sepuluh tepat Revano, Risya, dan Dita menuju bandara untuk melakukan penerbangan ke Kalimantan. Kedua gadis itu terlihat antusias untuk pergi ke luar kota.

Sebelum berangkat, Risya meminta Dita dan Revano berpose untuk foto. Entah apa rencana Risya, yang jelas gadis itu terlihat antusias dengan perjalanan ini.

"Senyum dong, Pan. Jangan cemberut kayak gitu. Smile ..." Risya memperagakan senyum manisnya di depan Revano.

"Gayanya, guys!" Risya sudah mulai berpose di depan kameranya. Diikuti Dita yang tersenyum lebar dengan menenteng kedua tas miliknya juga Risya.

Kemudian Revano dengan gaya coolnya. Tangan dimasukkan ke dalam saku dengan sudut bibir tertarik sedikit ke atas, menampilkan senyum saat Risya berhasil menjepret kamera di ponselnya.

"Bagus! Keren banget kita, guys!"

Risya segera mengupload poto tersebut di medsosnya. Memberikan hashtag 'Merayakan putus sama mantan, ya jalan-jalan.'

Klik.

Senyum Risya bertambah lebar kala selesai mengupload foto tersebut di ig-nya.

"Sya, pesawat kamu udah mau take-off itu." Mamanya Risya yang tengah menggendong Navis memberikan teguran untuk anaknya.

"Kamu baik-baik di sana, Nak. Jangan buat Papa repot. Kamu harus bisa jaga diri. Revano, saya titip Risya dan Dita, ya?"

Revano menganggukkan kepalanya tegas.

"Ma, Risya berangkat dulu. Jaga diri di sini, sama Navis. Hey, nakal! Nggak punya temen berantem 'kan dua minggu nanti?" Risya mencubit pipi Navis keras, membuat bocah kecil itu menggigit ujung jarinya.

"Hadiah dari Navis, Kakak jelek." Navis melambaikan tangannya dengan lidah dijulurkan.

"Dih, nyebelin dasar bocah!"

"Pergi dulu, Tante. Baik-baik ya, Navis." Dita menyalami Mamanya Risya kemudian mencium gemas pipi Navis.

"Dada ... Kak jelek, Kak Dita!"

Risya yang gantian menjulurkan lidahnya mengejek sang adik. Kemudian menggeret lengan Dita untuk masuk ke dalam pesawat.

***

"Penerbangan Surabaya-Jakarta. Tuan Muda baru lima menit lalu take-off bersama putri tunggal Tuan Saputra dan temannya."

"Cari penerbangan berikutnya dan ikuti kegiatan Revano di sana! Informasi selanjutnya, Saya tunggu!"

"Siap, Tuan Besar!"

••••

Bersambung

1
Roxanne MA
keren thor aku suka
Roxanne MA
lucu banget jadi cemburuan gini
Roxanne MA
bagus banget ceritanya ka
Nami/Namiko
Emosinya terasa begitu dalam dan nyata. 😢❤️
Gohan
Bikin baper, deh!
Pacar_piliks
iihh suka sama narasi yang diselipin humor kayak gini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!