NovelToon NovelToon
Sang Pahlawan Dengan Sistem

Sang Pahlawan Dengan Sistem

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem / Anak Genius / Perperangan / Penyelamat
Popularitas:734
Nilai: 5
Nama Author: DARK & LIGHT

Di tengah hiruk pikuk Akademi Cyberland, Leon Watkins, seorang jenius dengan kekuatan "Dream" yang memungkinkannya memanipulasi mimpi dan kenyataan, justru merasa bosan setengah mati. Kehidupannya yang monoton mendadak terusik ketika ia dan teman sebayanya, Axel Maxx yang flamboyan, secara tak terduga ditarik ke dalam sebuah misi rahasia oleh sosok misterius. Mereka harus menembus "Gerbang Sejati," sebuah portal menuju dimensi yang mengerikan dan mengancam dunia. Petualangan yang akan mengubah segalanya, dan menyingkap takdir yang jauh lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan, baru saja dimulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DARK & LIGHT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 : Ketidak Adilan & Harapan Sang Pencuri Cilik

Setelah mengisi perut di kedai yang lumayan ramai, dengan celetukan Axel yang tak ada habisnya dan pandangan malu-malu Leon, mereka memutuskan untuk kembali ke penginapan.

Udara malam di Silverlake terasa dingin, membawa serta aroma asap kayu dan kehidupan kota yang tidak pernah benar-benar tidur.

"Akhirnya bisa rebahan juga," desah Axel begitu mereka tiba di "The Weary Traveler's Rest" dan masuk ke kamar mereka. Ia langsung merebahkan diri di tempat tidur, merentangkan tubuhnya. "Aku bersumpah, kakiku ini sudah memohon untuk istirahat sejak kita meninggalkan Hutan Elf. Pahlawan juga butuh tidur nyenyak, tahu!"

Leon hanya mengangguk setuju. Meskipun ia tak menunjukkan kelelahan fisik, tekanan mental dari informasi yang mereka dapatkan tentang Zongming dan tugas mereka untuk "mengembalikan keadilan" cukup menguras energinya. Ia tahu misi ini akan jauh lebih rumit daripada sekadar mengalahkan monster. Ia harus lebih banyak mengandalkan akal dan intuisinya di sini.

"Istirahatlah, Gendut," kata Leon, lalu memejamkan mata, membiarkan energi "Dream"-nya mulai memulihkan dirinya. Pikirannya masih berputar pada percakapan dengan Barnaby dan pengamatan sekilasnya tentang kota. Korupsi dan ketidakadilan, itu adalah musuh yang tak berwujud, jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada Demon sekalipun.

Keesokan paginya, matahari sudah cukup tinggi saat Leon dan Axel terbangun. Mereka sarapan sederhana di penginapan, dan setelah itu, memutuskan untuk menjelajahi Kota Silverlake. Mereka perlu memahami bagaimana "ketidakadilan" yang disebutkan Ratu Lyra dan sosok berjubah itu memengaruhi kehidupan sehari-hari di sini.

"Baiklah, Leon, mari kita lihat kota yang penuh 'keadilan' ini," ucap Axel dengan nada menyindir, mengingat tugas mereka. Ia bersemangat untuk bergerak lagi, setelah semalaman istirahat.

Mereka menyusuri jalanan utama yang sibuk, mengamati para pedagang, pengemis, prajurit yang berjaga dengan wajah kaku, dan rakyat jelata yang berlalu-lalang dengan tatapan lelah. Ada kesenjangan yang jelas antara area pasar yang ramai dan bangunan megah di pusat kota dengan gang-gang sempit dan kumuh di pinggirannya.

Saat mereka berbelok ke sebuah lorong sempit dan gelap, suara-suara teriakan dan pukulan tiba-tiba menarik perhatian mereka.

"Dasar pencuri cilik!"

"Kembalikan dompetku, tikus kecil!"

Leon dan Axel saling pandang. Mereka segera mempercepat langkah. Di ujung lorong, mereka melihat pemandangan yang menyedihkan. Seorang anak kecil, sekitar tujuh atau delapan tahun, kurus dan kotor, sedang meringkuk di tanah, dihajar oleh tiga orang dewasa yang tampak seperti preman jalanan. Dompet kulit yang tampak kosong tergeletak di samping anak itu.

Axel langsung merasakan darahnya mendidih. Dia paling benci melihat yang lemah ditindas. "Hei! Apa-apaan ini?!" teriak Axel, melesat maju seperti kilat.

Salah satu preman berbalik, mengacungkan tinjunya. "Jangan ikut campur, Pengembara! Anak ini pencuri!"

Axel tidak memberi mereka kesempatan. Dengan gerakan cepat dan presisi, ia melayangkan pukulan yang dialiri listrik. "Lightning Jab!" Preman itu menjerit, tubuhnya bergetar dan terlempar ke dinding lorong.

Dua preman lainnya, terkejut melihat serangan mendadak itu, segera menyerang Axel. Axel menari di antara pukulan mereka, membalas dengan tendangan dan serangan listrik yang melumpuhkan. Ia tidak berniat membunuh, hanya ingin memberi mereka pelajaran. Dalam hitungan detik, ketiga preman itu sudah terkapar di tanah, mengerang kesakitan, tubuh mereka masih bergetar akibat sengatan listrik ringan.

Leon, yang mengamati dari belakang, memastikan tidak ada yang mendekat dan ikut campinya. Ia melangkah mendekati anak kecil yang masih meringkuk ketakutan.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Leon, suaranya lembut.

Anak itu mengangkat wajahnya. Mata besarnya, meski dipenuhi ketakutan, memancarkan kejutan dan rasa terima kasih. Ia memiliki rambut kusut berwarna cokelat dan beberapa noda kotor di pipinya. "Aku... aku baik-baik saja, Tuan," bisiknya, suaranya gemetar.

Axel membungkuk di samping anak itu, senyumnya kini ramah. "Hei, jangan takut. Kami sudah mengusir orang-orang jahat itu. Kenapa kau mencuri, Nak?"

Air mata mulai menggenang di mata anak itu, dan ia mulai terisak. "Aku... aku lapar, Tuan. Adik-adikku juga lapar. Kami tidak punya apa-apa untuk dimakan." Ia menunjuk ke arah gang yang lebih gelap di belakangnya.

"Mereka... mereka menungguku."

Hati Axel mencelos. Ini bukan pencuri jahat, ini anak putus asa. "Adik-adik? Berapa banyak?"

"Dua," jawab anak itu terisak. "Satu masih bayi, dan satu lagi sakit."

Leon mengamati anak itu dengan cermat. Ia bisa merasakan kebohongan, dan anak ini tidak berbohong. Ini adalah gambaran nyata dari "ketidakadilan" yang mereka harus kembalikan.

"Siapa namamu, Nak?" tanya Leon.

"Bella," jawab anak itu, mengusap hidungnya.

"Bella," Axel tersenyum hangat. "Kami akan membantumu. Tapi kau tidak boleh mencuri lagi, ya? Mencuri itu tidak baik."

Bella mengangguk cepat. "Aku tidak mau, Tuan! Tapi... tapi kami tidak punya apa-apa."

"Kami akan mencarikan makanan untukmu dan adik-adikmu," kata Leon, suaranya tegas. Ia mengeluarkan beberapa koin perak dari kantongnya. "Ini, pergi dan beli makanan yang cukup untuk kalian semua. Tapi jangan mencuri lagi."

Mata Bella membelalak melihat koin-koin perak itu. Jumlah itu jauh lebih banyak dari apa yang pernah ia lihat. "Ta-tapi... Tuan... ini terlalu banyak!.

"Ambil saja," Axel menambahkan. "Dan jika kau butuh bantuan lagi, atau adik-adikmu sakit, cari kami di penginapan 'The Weary Traveler's Rest'. Kami akan tinggal di sana beberapa waktu." Ia menunjuk ke arah jalan utama.

Bella menatap mereka dengan tatapan yang dipenuhi rasa syukur yang luar biasa. Ia membungkuk dalam-dalam beberapa kali, tidak mampu mengucapkan kata-kata.

"Terima kasih, Tuan! Terima kasih banyak! Kalian malaikat!" Ia kemudian berlari secepat mungkin, menghilang ke dalam gang gelap.

Axel menyaksikan Bella pergi, senyum tipis di bibirnya. "Kasihan sekali anak itu. Lihat, Leon, ini yang namanya ketidakadilan. Anak kecil kelaparan sementara para bangsawan berpesta pora."

Leon hanya mengangguk, ekspresinya serius. "Ini baru permulaan, Gendut. Ada banyak Bella lain di luar sana, yang menderita karena ketidakadilan." Ia menatap ke arah tempat Bella menghilang. "Misi kita di Zongming ini akan lebih sulit dari yang kita duga. Musuh kita bukan lagi Demon yang bisa dilawan dengan kekuatan fisik, tapi sistem yang rusak dan hati manusia yang gelap."

Axel menghela napas. "Yah, kalau begitu, mari kita bersiap-siap untuk mengembalikan 'keadilan' itu. Semoga saja tidak melibatkan terlalu banyak kertas-kertas dan rapat membosankan."

Leon tidak menjawab, namun ia tahu bahwa perjalanan mereka di Kerajaan Manusia ini baru saja menunjukkan wajah aslinya. Dan itu tidak seindah Hutan Elf, maupun semudah yang terlihat. Ini adalah pertarungan untuk jiwa sebuah kerajaan.

1
iqbal nasution
oke
DARK & LIGHT: thank udah mampir bg
total 1 replies
DARK & LIGHT
MC anti naif
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!