Irgi beralih menatap Humaira.
Wajah calon istrinya itu sangat polos tanpa make up sama sekali. Tubuhnya juga dibalut baju gamis panjang serta jilbab pink yang menutup bagian dadanya. Dia sungguh jauh berbeda dengan pacarnya yang bernama Aylin.
Selain memiliki wajah yang cantik, Aylin pandai berdandan serta modis dalam berpenampilan. Kepopulerannya sebagai influencer dan beauty vloger membuat Irgi sangat bangga menjadi kekasihnya.
Namun wasiat perjodohan mengacaukan semuanya. Dia malah harus menikahi gadis lain pilihan kakeknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Ink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Suamiku
"Maira, naiklah ke atas sini! Ijinin aku tidur sambil pegang tangan Kamu, " pinta Irgi dengan suara lirih.
Wajah laki-laki itu terlihat lelah, tetapi sorot matanya seperti memohon.
"Apa?" Humaira tidak tuli, hanya saja ia tidak mengerti maksud suaminya.
"Tidurlah di sebelahku, aku cuma mau pinjem tangan Kamu aja, biar aku bisa cepet tidur. Aku janji gak akan macem-macem!" Irgi menaikkan jari kanannya yang membentuk huruf V.
Dahi Humaira mengernyit, bibirnya tertutup rapat. Dia merasa permintaan suaminya mirip seperti anak kecil yang meminta tidur sambil ditemani boneka.
"Maira? Kamu gak mau ya?" Suara Irgi terdengar kecewa.
"Eeee, iya. Boleh." Humaira menjawab sambil Manahan nafasnya.
Dia tahu kewajiban seorang istri adalah patuh pada suaminya. Bukan hanya sekedar memegang tangan, bahkan seluruh tubuhnya pun jelas Halal bagi sang suami.
Meski sedikit ragu, Humaira berusaha bangun dari kasur tipis yang mengalasi tidurnya. Ia kemudian mengambil bantal dan memindahkannya ke atas tempat tidur suaminya.
Irgi sudah bergeser ke sisi tembok dan
memberi jarak supaya sang istri bisa berbaring di sebelahnya. Tangannya menepuk-nepuk permukaan kasur itu.
"Ayo sini!" Irgi tersenyum senang, persis seperti anak kecil yang baru saja dibelikan es krim.
Dengan hati-hati, Humaira merebahkan diri di sebelah suaminya yang sudah menunggu. Posisinya tubuhnya menengadah ke atas, matanya masih terbuka.
"Berikan tanganmu!" titah Irgi sambil menghadap ke arah Humaira yang terlihat begitu kaku.
Irgi tertawa pelan melihat wajah istrinya yang memerah dan gugup.
Humaira segera menggeser lengannya lalu membuka ruas-ruas jarinya. Pikirannya sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi. Bila Irgi meminta haknya sebagai seorang suami, ia tidak akan menolaknya.
"Tangan Kamu kecil banget ya, Maira! kayak tangan boneka." Irgi tertawa kecil sambil mengangkat tangan sang istri dan memperhatikannya dari dekat.
"Kecil-kecil gini tenagaku kuat! Gak boleh menghina ciptaan Tuhan kayak gitu. Mentang-mentang punya tangan besar!" Bibir Humaira mengerucut, ia berusaha menarik tangannya yang sedang disandingkan dengan tangan sang suami.
Irgi langsung menahannya dan menggenggamnya lebih erat.
"Aku bukan mau menghina. Tapi tangan Kamu tu lucu, Maira. Udah biarin aja begini sampe pagi. Kamu cepet tidur ya!" Irgi memandang Humaira dari arah samping. Ibu jarinya mengelus pelan punggung tangan mungil itu.
Berada di posisi itu, Irgi merasa nyaman dan tenang.
Berbeda dengan Humaira. Meski ia mencoba memejamkan mata, tapi pikirannya melanglang buana kemana-mana. Berada satu tempat tidur dengan seorang laki-laki dengan tangan yang saling bertaut hangat membuat tubuhnya meremang.
Apakah ia akan kuat berada di posisi itu sampai pagi?
Sepuluh menit berlalu. Humaira yang pura-pura tidur merasakan genggaman tangan Irgi melemah, tidak ada gerakan kecil lagi di sana. Irgi rupanya sudah memasuki alam mimpi.
Humaira menghela nafas pelan. Dengan hati-hati ia mengubah posisinya menghadap tubuh sang suami. Kini jarak wajah mereka hanya beberapa centi saja.
Kedua netra Humaira menelusuri setiap inchi lekuk wajah suaminya yang memang tampan sejak lahir, setidaknya seperti itu pendapat mama mertuanya.
Dia sudah sering melihat wajah rupawan itu tapi belum pernah sedekat ini.
Tidak seperti biasanya yang sering bersikap menyebalkan, raut wajah Irgi yang sedang tidur terlihat seperti bayi. Begitu polos tanpa ada noda.
Tangan kiri Humaira mendekati wajah sang suami yang nampaknya semakin jauh memasuki gerbang mimpi. Ia menyentuh pelan bibir Irgi yang kemerahan meski tidak menggunakan lipstik.
Tiba-tiba tubuh sang suami bergerak. Meski matanya masih tetap tertutup, ia tahu Humaira sedang menatapnya.
Dengan sigap, tangan Irgi yang lebar menarik pelan pundak istrinya ke dalam pelukan.
"Tidur, ini udah malam, " serunya tanpa membuka mata sama sekali.
Humaira terhenyak. Hidungnya langsung menangkap aroma tubuh suaminya yang harum dan lembut. Ia juga bisa merasakan debaran jantung suaminya yang kencang.
Seketika, lengan Irgi melingkar dan mengunci tubuh istrinya dalam dekapan.
Merasakan semua itu, Humaira memejamkan mata. Ia pasrah dengan apa pun yang akan terjadi padanya.
Dia suamiku. Dia berhak atas semua tubuhku!
...----------------...
...TERIMAKASIH READERS, SUDAH BACA KARYA INI 🤗🙏...
.......
.......
...JANGAN LUPA FAVORITKAN CERITA INI YA ❤️...
...BERI PENILAIAN JUGA 🌟...
...VOTE, LIKE, KOMEN 👍...
...HADIAHNYA JUGA BOLEH 😁🙏...