Pernikahan yang terjadi karena hamil duluan saat masih SMA, membuat usia pernikahan Ara dan Semeru tidak berjalan lama. Usia yang belum matang dan ego yang masih sama-sama tinggi di tambah kesalah pahaman, membuat Semeru menjatuhkan talak.
Setelah 7 tahun berpisah, Ara kembali bertemu dengan Semeru dan anaknya. Namun karena kesalah fahaman di masa lalu yang membuat ia diceraikan, Semeru tak mengizinkan Ara mengaku di depan Lala jika ia adalah ibu kandungnya. Namun hal itu tak membuat Ara putus asa, ia terus berusaha untuk dekat dengan Lala, bahkan secara terang-terangan, mengajak Semeru rujuk, meski hal itu terkesan memalukan dan mudahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DIA PACAR MERU
Meski di hadapannya ada buah-buahan, roti, dan berbagai macam selai, yang mungkin bagi sebagian orang terlihat menyelerakan, lain halnya dengan Ara. Ia sama sekali tak berminat untuk mengambil. Ia hanya makan roti yang diberi Meru serta susu dan air mineral, selebihnya, tak ia sentuh sama sekali. Saat ini ia sendiri, karena Meru izin ke kamar sebentar, mandi dan ganti baju.
Suara derap langkah membuat Ara gemetar, meremat rok seragam sambil menunduk dalam. Jantungnya berdebar semakin cepat saat suara tersebut semakin dekat, juga terdengar, obrolan ringan seorang laki-laki dan perempuan yang ia tebak, adalah orang tua Meru.
"Loh, ada tamu rupanya," Mami Rara tersenyum melihat seorang gadis berseragam sama seperti anak-anaknya duduk di kursi makan.
Ara dengan tutut yang bergetar, mencoba untuk berdiri dan menyapa mereka. "Se, selamat sore Om, Tante," ucapnya dengan suara terputus-putus karena gugup sekaligus takut.
"Temannya Jani ya?" Mami Rara mengusap kepala Ara saat gadis itu mencium tangannya.
Ara memilih diam, tak menjawab. Dalam hati berdoa, agar Meru segera datang.
"Mi, Pi, Juno ke kamar dulu ya, mau istirahat," pamit Juno.
"Istirahat apa main HP baru?" sindir Papinya.
"Papi emang paling juara urusan tebak menebak isi fikiran," Juno terkekeh pelan, melangkah cepat menuju tangga ke lantai dua sambil menenteng paperbag berisi ponsel barunya.
"Juno, ingat, jangan dirusakin lagi HP nya," teriak Mami Rara.
"Iya, Mi," sahut Juno lantang. "Kemarin juga gak sengaja kecemplung got."
"Mami udah sepuluh kali lebih ngomong seperti itu," Papi Jovan menatap istrinya sambil geleng-geleng dan tersenyum.
"Mami kan ngingetin, Pi, biar dia lebih bertanggung jawab dengan barang miliknya. Mereka belum bisa nyari uang sendiri, senggaknya harus bertanggung jawab dengan barang pemberian orang tua."
"Halah cuma HP, berapa sih harganya."
Mami Rara mendengus pelan. "Pantesan Meru sombong, ada darah turunannya," menatap sengit sang suami. "Sampai capek Mami nasehatin, tapi susah karena lihat papinya nyontohin. Astaga! sampai lupa kalau ada tamu," kembali membalikkan badan ke arah Ara. "Maafin Tante dan Om ya sayang, malah debat di depan kamu. Oh iya, ini Tante ada donat, tadi Jani pesen, kayaknya karena ada temannya main," meletakkan kantong plastik berisi kotak donat ke atas meja. "Makan gih."
Ara hanya mengangguk, tapi tak menyentuh donat tersebut.
Papi mengambil sebiji pisang di atas meja, membawa ke sofa ruang keluarga lalu menyalakan TV. Sebentar lagi ada acara live moto GP kesukaannya.
"Aisyah udah makan belum?" tanya Mami Rara.
"A, Aisyah?" Ara malah bingung.
"Nama kamu Aisyah kan?" Mami membaca name tag yang ada di dada Ara - Aisyah Zaharani.
Ara baru ngeh jika nama depannya Aisyah. Takut dan gugup, bikin otaknya nge lag. "Panggil aja Ara, Tante."
"Oh, panggilannya Ara. Mirip kayak Tante panggilannya. Nama Tante Sakura, panggilan Rara," Mami tertawa pelan, mengusap rambut panjang Ara yang dikuncir kuda. "Jani ini gimana sih, kamu kok gak dipinjemin baju. Seragam ini kan besok masih harus dipakai." Ia hafal di luar kepala seragam apa yang harus dipakai anak-anaknya ke sekolah. "Jani nya mana?"
"A, e, itu... " Ara bingung harus menjawab apa. Untungnya disaat bersamaan, Jani muncul.
Jani ikutan tegang melihat Maminya bertemu Ara, tapi anehnya, Maminya tampak biasa saja, tak marah sama sekali.
"Jan, Ara kok gak dipinjami baju sih?" tegur Mami Rara. "Seragamnya bisa kotor, besok masih harus dipakai sekolah."
"Mi, minjemin dia baju," Jani malah bingung, kok Maminya seperhatian itu pada Ara.
"Kamu itu kalau ada teman main kesini, ya perlakuan dengan baik. Udah kamu ajak makan belum Ara?"
"Te-teman?" Jani menatap Ara. "Dia bukan teman Jani, Mi."
Mami mengernyit, menatap Ara yang sejak tadi diam. "Bukan teman kamu gimana sih?" ia kok jadi bingung. Gadis itu duduk di kursi makan rumahnya, mengenakan seragam yang sama dengan milik Meru dan Jani. "Kalau bukan teman kamu, lalu... "
"Dia... " Jani juga ragu untuk untuk menjawab.
"Pacarnya Meru, Mi," jawab Meru yang baru muncul.
Mami Rara seketika syok anak laki-lakinya membawa pacar ke rumah.
"Jan, kamu ke kamar. Ada yang ingin Abang bicarakan sama Mami dan Papi, penting," titah Meru pada adiknya.
"Jani gak boleh tahu?" Jani malah menjawab.
"Please... " Meru memohon kali ini. Ia yakin nanti kedua adiknya akan tahu juga masalahnya, tapi tidak untuk saat ini.
Pantas aja Meru langsung berpikiran buruk pas lihat ada cowok di kamar kost Ara.🙄