Kehidupan sempurna. Paras cantik, harta melimpah, suami yang berkuasa. Nayla merasa hidupnya begitu sempurna, sampai ketika Stefan suaminya membawa seorang gadis muda pulang ke rumahnya. Kecewa dan merasa terkhianati membuat Nayla memutuskan untuk menuntut cerai suaminya ...
Dan di saat terpuruknya, ia menerima lagi pinangan dari seorang pria muda bernama Hayden yang menjanjikan kebahagiaan baru padanya ...
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Mari bersama-sama simak ceritanya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nikma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Paling Cantik
Saat sedang menyetir, Hayden sesekali melirik mengamati Nayla di sampingnya yang terlihat sedang diam dan berpikir. Bisa ia lihat juga, sudut bibir Nayla yang sedikit terangkat. Melihat itu, Hayden pun merasa cukup senang.
Nayla yang sempat tenggelam dalam pikirannya, membayangkan bisa menyetir mobil seorang diri. Berwisata dengan mobil kap terbuka di tepi laut sepertinya cukup menyenangkan. Ia pun mulai menyusun rencana itu di otaknya.
Sampai ia tak sengaja menatap jalanan yang sudah beberapa kali ia lewati. Ia pun jadi bingung dan menghentikan lamunannya.
"Tuan, sebenarnya kita mau kemana? Saya rasa kita sudah melewati jalan ini beberapa kali." Tanya Nayla kebingungan.
"Anda sudah selesai berpikir?" Tanya Hayden kembali tanpa menjawab pertanyaan Nayla sebelumnya.
"Ah, maafkan saya. Tanpa sadar saya tenggelam dalam pikiran saya sendiri."
"Tidak masalah nona. Saya bisa menunggu anda selama apapun itu." Jawab Hayden dengan senyum lebar. Nayla berusaha mengabaikan itu dan kembali bertanya tujuan mereka.
"Sebenarnya saya meminta waktu anda untuk menemani saya berkeliling. Mungkin anda memiliki rekomendasi tempat bagus yang bisa saya datangi ... Dan kenapa saya terus berputar di tempat yang sama, karena saya tidak tahu jalan di sini. Saya hanya menyetir mengikuti rambu lalu lintas saja. Hehe." Jawab Hayden santai dengan senyum polos, membuat Nayla jadi syok.
Ia kira ada hal penting terkait bisnis yang ingin Hayden bicarakan. Ternyata bukan. Tapi, karena sebelumnya ia juga sudah berjanji akan menemani dan membantu Hayden selama ada di negeranya, maka Nayla juga tak bisa menolaknya.
"Anda mau menemani saya kan, nona?" Tanya Hayden lagi dengan tatapan memelas. Mau tak mau Nayla hanya bisa menurutinya.
Dan akhirnya, hari itu Nayla memandu Hayden berkeliling kota dan mendatangi beberapa tempat yang memang sering dikunjungi oleh turis asing. Dan Hayden jugalah yang mengantarkan Nayla pulang di sore harinya.
"Terima kasih sudah mengantar saya tuan Hayden. Saya akan masuk terlebih dulu. Hati-hati dalam perjalanan pulang anda." Ucap Nayla setelah keluar dari mobil Hayden.
"Ehm, nona. Apakah anda begitu tega untuk langsung mengusir saya pergi? Bukankah sebuah kesopanan untuk menawarkan saya minum terlebih dulu?" Goda Hayden yang terlihat enggan untuk langsung pulang.
Nayla sendiri juga sempat terdiam karena tak menyangka, Hayden akan mengatakan itu.
"Anda benar. Saya kurang sopan. Mari singgah di kediaman saya dulu sebelum pulang, tuan Hayden." Ucap Nayla dengan senyum formal.
"Terima kasih atas tawaran anda nona. Taman kediaman anda terlihat sangat indah. Apakah saya boleh melihat-lihatnya?" Pinta Hayden yang tak sengaja melihat taman belakang yang luas dengan banyak bunga dan pohon yang rindang di sana.
Nayla mengikuti arah pandang Hayden. Ia tak masalah jika memang ada tamu yang datang dan melihat-lihat tamannya. Namun, keberadaan Roselyn di paviliun belakang serta kebiasaan gadis itu yang sering pergi ke taman belakang walaupun sudah dilarang
Hal itu membuat Nayla gusar apakah baik jika mengajak Hayden kesana. Ia tak mau jika Hayden megetahui keberadaan Roselyn yang masih disembunyikan dari publik.
"Apakah itu permintaan yang susah?" Tanya Hayden dengan ekspresi pasrah namun ingin. Hal itu membuat Nayla menjadi dilema.
Dan pada akhirnya, Nayla menyetujui permintaan Hayden untuk menjamunya di taman belakang. Ia hanya berharap agar Roselyn tak datang ke sana. Setidaknya ia berharap gadis itu masih tahu malu untuk pergi saat melihatnya sedang menyambut tamu.
Nayla dan Hayden duduk di bangku taman dibawah sebuah pohon besar yang rindang. Pelayan sudah membawakan minuman dan camilan ringan untuk keduanya.
"Saya sudah menduga saat melihat taman ini dari jauh. Tapi, melihatnya sedekat ini membuat saya semakin sadar betapa indah taman anda nona. Apakah anda yang mengatur semua ini?" Tanya Hayden sambil menatap sekeliling taman. Nayla tersenyum kecil dan mengangguk sebagai jawaban.
"Selera anda sungguh luar biasa nona." Puji Hayden dengan senyum di wajah tampannya.
"Terima kasih atas pujian anda, tuan." Ucap Nayla sopan.
Obrolan keduanya kembali terjalin, sampai tiba-tiba ketenangan itu terusik ketika Nayla mendengar suara gadis yang belakangan ini tak asing di telinganya.
"Selamat sore, nyonya Nayla." Sapa gadis itu yang tiba-tiba saja sudah berdiri di sampingnya tanpa merasa malu dan bersalah.
Nayla mengepalkan tangannya di bawah meja sambil menghembuskan nafas kasar.
"Pergilah. Aku sedang ada tamu sekarang." Ucap Nayla dengan nada yang dibuat setenang mungkin.
"Ah, maafkan saya. Saya tidak bermaksud mengganggu. Saya hanya ingin menyapa saja." Seru Roselyn berpura-pura merasa bersalah. Dengan spontan ia menunduk pada Hayden.
"Tidak apa-apa." Ujar Hayden dengan senyum sopan.
"Terima kasih tuan ... Hm, kalau beoleh tau apakah anda teman nyonya Nayla?" Tanya Roselyn penasaran. Sedangkan Nayla sudah hampir dibatas kesabarannya.
"Yah, bisa dibilang begitu." Jawab Hayden dengan senyum lebar menatap ke arah Nayla. Nayla yang mendengar itu jadi kebingungan.
"Kalau begitu, apakah saya juga boleh jadi teman anda tuan? Saya rasa anda orang yang baik dan asyik dalam berteman. Saya yakin, saya bisa menjadi teman yang baik juga ... Lagipula, nyonya Nayla sering sibuk, jadi nanti saya bisa menemani anda sebagai gantinya. Hehe." Ujar Roselyn dengan tak tahu malunya.
"Kau ..."
"Ah, terima kasih untuk tawaran anda. Tapi, bagi saya cukup hanya dengan nona Nayla saja." Jawab Hayden menghentikan perkataan Nayla.
"Hm, tapi kalau bisa berteman bertiga kan jadi lebih menyenangkan?!" Bujuk Roselyn yang masih tak menyerah.
Ia berusaha memberikan tatapan mengiba pada Hayden. Tatapan yang sering ia berikan pada Stefan. Dan tatapan itu tak pernah gagal untuk meluluhkan hati pria. Dan Roselyn percaya diri, kali ini pun dia pasti akan berhasil.
"Maaf. Saya tidak memerlukan itu. Saya tidak suka angka ganjil." Ujar Hayden dengan senyum lebar yang terlihat seperti ejekan di mata Roselyn. Ia sangat marah dan malu, karena ia tertolak seperti itu. Nayla juga tersenyum kecil mendengar jawaban dingin dari Hayden. Ia juga cukup puas melihat Roselyn yang tertolak.
"Helen, bawa majikanmu pergi." Perintah Nayla pada Helen yang tak jauh di sana. Helen segera mematuhi perintah Nayla. Dan mulai menuntun Roselyn untuk pergi dari taman belakang itu.
"Maafkan atas gangguan tadi, tuan. Saya sangat menyesal." Ucap Nayla yang merasa malu dan tak enak hati karena gangguan dari Roselyn tadi.
"Saya tidak apa-apa nona. Saya hanya sedikit penasaran, sepertinya gadis tadi bukan keluarga anda kan? Karena anda terlihat tidak menyukainya tadi." Tanya Hayden hati-hati.
"Ceritanya cukup rumit. Saya menyesal tidak bisa menjelaskan lebih detail." Ujar Nayla dengan kepala tertunduk.
"Anda tidak perlu meminta maaf nona. Saya baik-baik saja. Dan kalau anda tidak bisa menceritakannya karena privasi, saya juga bisa memakluminya. Mungkin secara garis besar aya bisa menebak siapa gadis tadi. Tapi, saya berjanji akan meganggap tidak melihat apa-apa di sini tadi." Ucap Hayden menenangkan Nayla yang terlihat kebingungan.
"Terima kasih untuk pengertian anda tuan." Jawab Nayla dengan sopan.
"Sama-sama nona ... Oh ya tambahan dari saya. Menurut saya anda lebih cantik daripada gadis tadi. Hehe" Ujar Hayden dengan memamerkan tawanya yag cerah. Mendengar itu, Nayla ikut tersenyum.
.
.
Bersambung.