lola adalah gadis cantik lugu yang dilamar untuk menjadi istri seorang ceo mafia yang terkenal tempramental dan kejam setelah ditinggal oleh sang kekasih....
bagaimana kisah lanjutan lola,yuk mampir dan baca🙏😇.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB ~13²
...❣️❣️❣️...
...Di tengah gemerlap kemewahan sebuah mansion megah di Meksiko, suara tangis pilu menyeruak, memecah keheningan yang seharusnya damai. Itu adalah Nyonya Bianca, istri Tuan Redolfo, wanita paruh baya dengan riasan yang luntur oleh air mata, meratapi kabar kematian suaminya di Italia. Setiap isakan adalah belati yang menusuk, mengoyak hati kedua putranya yang berdiri terpaku....
"Dia membunuh ayah kalian, dan dia juga menahan adik kalian… hiks, hiks, hiks," rintihan Bianca terdengar putus asa, bercampur amarah yang tertahan.
...David dan Mateo, kedua putra Bianca, bertukar pandang. Di mata mereka terpancar kesedihan mendalam dan tekad membara. ...
David, sang kakak, melangkah maju, mencoba menenangkan badai di hati ibunya. "Mama, sudah… kami akan menyelamatkan adik dan membalas dendam kematian papa."
"Iya, Ma," sambung Mateo, nada suaranya dipenuhi janji dingin. "Aku tidak akan membiarkan bajingan Bastian itu hidup dengan tenang."
Nyonya Bianca mengangguk lemah, seolah beban di bahunya sedikit terangkat.
...Dengan langkah gontai, ia bangkit dari sofa beludru dan menghilang ke dalam kamar, meninggalkan jejak kesedihan yang pekat. Begitu sang ibu tak terlihat, Mateo dan David bergerak menuju ruang kerja, tempat di mana keputusan-keputusan kelam akan lahir....
...Di dalam ruangan yang remang, Mateo menjatuhkan diri ke kursi kerja, menatap David dengan tatapan penuh pertanyaan. ...
"David, bagaimana rencana selanjutnya?"
"Kita akan mencari tahu tentang kehidupannya terlebih dahulu," ujar David, matanya menyiratkan perhitungan tajam.
Keraguan menyelinap dalam suara Mateo. "Bagaimana kalau kita gagal, Kak? Kakak tahu sendiri Bastian itu orang yang sangat berhati-hati."
Sebuah senyum licik merekah di bibir David, seperti seringai predator.
"Maka kita akan meluncurkan senjata utama."
"Kakak curang!" protes Mateo, namun ada sedikit ketertarikan di balik kekesalannya.
"Sudah. Sekarang aku mau pergi jalan-jalan ke Italia. Kamu di sini harus berjaga-jaga."
...Mateo mengangguk, memahami beratnya tugas yang diemban. Ia mengantar David keluar dari mansion, menyaksikan mobil mewah itu melaju menuju bandara, membawa serta harapan dan dendam yang baru membara....
*
*
*
...(Di negara italia)...
...Pagi di Italia, Bastian baru saja terbangun, bersiap untuk hari kerjanya yang sibuk, tak menyadari bayangan kelam yang mulai mengintainya. Dari kejauhan, Zoe, dengan senyum sinis yang tak bisa disembunyikan, menghampiri Lola yang sedang mencuci....
"Lola, Tuan bilang hari ini kamu mengantarkan makan siang ke perusahaan Tuan," perintah Zoe, matanya berkilat jahat.
Lola terdiam, kebingungan menyelimuti wajah polosnya. "Tapi aku tidak tahu di mana perusahaan Tuan."
Zoe mengeluarkan sebuah kartu dari sakunya. "Ini alamat perusahaannya. Cepat masak dan bersiap, kau harus berangkat tepat waktu," desak Zoe, nadanya penuh dominasi.
Lola mengangguk, menerima kartu itu dengan tangan gemetar. "Iya, Kak, aku akan segera memasak."
...Ia pun melangkah masuk ke dalam mansion, menuju dapur. Aroma masakan mulai memenuhi ruangan, namun hati Lola terasa cemas. Tak terasa, waktu telah beranjak siang. ...
...Lola, yang sudah selesai memasak, segera bersiap dan memasukkan semua makanan ke dalam kotak....
"Hufff… sudah selesai. Aku harus cepat naik taksi," gumam Lola, bergegas keluar dari mansion.
Dari arah dapur, Zoe menatap kepergian Lola dengan kepuasan yang menyeramkan. "Mampus kamu, burik. Setelah ini kamu pasti akan dimarahi habis-habisan oleh Tuan," bisiknya dengan tawa kecil yang kejam.
Lola naik taksi, memberikan alamat perusahaan kepada sang sopir.
...Sepanjang perjalanan, hatinya berdebar tak karuan. Sesampainya di gedung pencakar langit itu, Lola turun dan melangkah masuk, merasakan atmosfer dingin yang mencekam....
"Se-selamat siang, Kak. Di mana ruang Tuan Bastian?" tanya Lola kepada resepsionis, suaranya tercekat gugup.
Resepsionis itu menatap Lola dari ujung kaki hingga ujung rambut, pandangan merendahkan. "Mau apa mencari Tuan?" tanyanya ketus.
"I-ini Kak, aku disuruh mengantar makan siang Tuan," ucap Lola, menunjukkan keranjang makanan yang dibawanya.
Resepsionis mengangguk. "Ayo ikut aku," ajaknya, lalu berjalan mendahului Lola menuju lift.
Mereka berdua masuk ke dalam lift, naik menuju ruangan Bastian.
...Setelah sampai, resepsionis mengetuk pintu....
Tok… tok… tok…
"Masuk," sahut Bastian dari dalam ruangan, suaranya dingin dan memerintah.
Cekleeek.
"Tuan, ada yang mencari Tuan," ucap resepsionis, menyuruh Lola masuk.
Bastian mengangkat kepala, menatap Lola dengan tatapan tajam, seolah bisa menembus jiwa. "Kau boleh pergi," ujarnya pada resepsionis.
"Baik, Tuan," kata resepsionis itu, lalu menutup pintu ruangan dan pergi, meninggalkan Lola sendirian dalam cengkeraman ketegangan.
...Setelah pintu tertutup, Bastian bangkit, melangkah mendekati Lola dengan wajah dingin membeku. ...
"Siapa yang menyuruhmu datang?" tanyanya penuh penekanan, setiap kata seperti pisau tajam.
Lola yang ketakutan hanya bisa menundukkan kepala. "I-ini Tuan, katanya Tuan yang menyuruhnya."
"Cepat kau buang makanan itu ke tong sampah dan pergi dari sini!" usir Bastian, suaranya naik satu oktaf.
Mata Lola langsung berkaca-kaca. "Tapi, Tuan, tidak baik membuang makanan," sela Lola, mencoba membela diri.
Brak!
...Bastian meninju meja kaca di hadapannya, menimbulkan suara memekakkan telinga yang membuat Lola tersentak kaget. ...
"Aku bilang buang, ya buang! Apakah kamu tidak mengerti bahasa manusia?!" bentaknya, kemarahannya meledak.
Lola langsung tersentak kaget, tubuhnya gemetar. "Ba-baik Tuan, maaf," tuturnya terbata.
"Sana pergi! Tunggu apa lagi!" teriak Bastian, kembali mengusir Lola.
...Lola mengangguk pelan, air mata mengalir deras membasahi pipinya saat ia melangkah keluar dari ruangan Bastian. Padahal, ia sudah bersusah payah memasak cepat agar Bastian bisa makan tepat waktu. Hatinya hancur berkeping-keping....
"Apa salahku… aku kan hanya mematuhi perintah Tuan… hiks, hiks, hiks," gumam Lola, menangis sejadi-jadinya di luar perusahaan Bastian. Setiap isakan adalah ungkapan kekecewaan dan kesedihan yang mendalam.
...Dengan langkah gontai dan wajah sembab, Lola melangkah pergi dan duduk sendirian di halte bus. Udara terasa dingin, seolah ikut merasakan kesedihannya. Tak lama, sebuah mobil mewah berhenti tepat di depannya. Seseorang turun dari mobil, melangkah menghampiri Lola....
(Bersambung)
sukses selalu