"Hei anak kecil, Saya mau kamu menjadi penguntit untuk mencari tau apa yang di lakukan oleh tunangan saya di luar sana" ucap Seorang pria tampan yang tak lain adalah presedir di perusahaan itu.
"Saya mau. Asal bapak mau membayar saya 2x lipat"
"Deal"
Berawal dari kerja sama yang saling menguntungkan membuat seorang Devano jatuh hati pada gadis yang biasa dia panggil dengan sebutan anak kecil.
Nadira puspita, Seorang karyawan magang di perusahaan milik keluarga besar Devano. Ikuti kisahnya, Ya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Mia Novita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ikatan batin
"Aku akan mengatakan jika anak ini adalah anak Devano. Dengan begitu, Kita bisa dengan mudah menguasai harta kekayaan keluarga WARDANA" ucap Ratna sambil mengangkat kedua sudut bibirnya.
"Nice a brilian idea, Sayang" balas Fahri sambil menggenggam tangan Ratna.
Tanpa mereka sadari, Semua pembicaraannya sudah di rekam oleh Nadira. Karna kebetulan sekali wanita itu sedang memainkan ponselnya dan ingin mengambil gambar buat dia jadikan insta story.
"Ya ampun" gumam Nadira sambil menjatuhkan makanannya tepat di hadapan Ratna dan juga Fahri.
Mereka berdua menatap Nadira. Memperhatikan dari atas hingga bawah"Heh kamu, Kamu nguping apa yang kita berdua bicarakan ya?' ucap Ratna sambil terus menatap Nadira.
"Hah, Mbk ngomong apa? Saya tidak bisa mendengar" balas Nadira yang terpaksa harus berpura-pura tuli.
"Oh baguslah kalo begitu"
Setelah itu, Nadira memilih untuk berlalu dari hadapan kedua orang tak tau diri ini. Meninggalkan makanannya yang sudah berserakan di atas lantai.
"Ah, Sayang sekali makanan itu jatuh. Mana aku lapar sekali" gumam Nadira di sela langkahnya.
"Apa, Kamu tidak sedang mengarang cerita kan, Nad?" tanya Devano yang cukup terkejut dengan apa yang baru saja Nadira katakan.
"Ya nggaklah, Pak. Ya kali saya mau mengarang cerita tentang begituan, Untuk apa? Apa untungnya buat saya? Wait, Saya punya rekamannya"
Nadira mengambil ponselnya dan memutar sebuah rekaman suara yang tanpa sengaja dia rekam beberapa saat yang lalu.
Devano yang mendengar hasil rekaman itu tentu saja langsung mengepalkan kuat kedua tangannya. Giginya mengatup keras serta kedua matanya memerah.
"Cepat mandi, Lalu bersiap. Kita akan segera kembali ke jakarta" ucap Devano pada Nadira.
"Baiklah"
1 jam kemudian. Mereka berdua sudah ada di bandara. Pagi ini Devano beserta Nadira akan melakukan penerbangan ke jakarta.
"Kamu kenapa?" tanya Devano saat melihat Nadira tang begitu lemes. Wajahnya di tekuk serta bibirnya manyun.
"Masih tanya saya kenapa. Tentu saja saya lapar lah pak. Masa bapak gak paham"
Mendengar jawaban Nadira membuat Devano menepuk jidatnya pelan. Karna terlalu buru-buru, Pria itu sampai lupa jika mereka berdua belum sarapan pagi ini.
"Astaga, Nadira. Maaf saya lupa. Saya benar-benar lupa" seru Devano sambil menatap Nadira.
"Bapak mau saya mati kelaparan? Hah!"
"Ya maaf. Namanya juga lupa. Ayo turun, Kita cari makan dulu"
"Gak maulah pak. Saya sudah terlalu lemes buat jalan. Mending bapak yang pergi beli makanan, Saya tunggu di sini"balas Nadira pelan
"Baiklah, Untung saya lagi baik. Kalau nggak, Mana mau saya jalan sendiri" ucap Devano sambil menatap Nadira
"Buru pak. Mau sampai kapan ngebacot terus? Mau nunggu sampai saya pingsan"
"Bawel"
Setelah itu, Devano kembali keluar dari dalam jet pribadi nya. Berjalan sedikit cepat ke arah restoran yang jarak nya cukup jauh.
"Menyusahkan sekali wanita itu. Untung aku lagi baik dan kasian. Coba kalo aku gak kasian, Ogah banget mau di suruh-suruh sama wanita itu" ujarnya di sela langkahnya.
Setelah tiba di restoran, Tanpa sengaja pandangan Devano mengarah pada sosok yang tak jauh dari tempatnya. Kedua matanya memicing saat melihat Farah yang sedang menangis di sana.
"I-itu kan kak Farah, Kenapa dia menangis di sana?" ucapnya penasaran dan berjalan mendekati Farah.
Melihat Farah menangis seperti itu, Entah kenapa membuat Devano merasakan apa yang di rasakan wanita itu saat ini.
"Ada apa denganku. Kenapa aku merasa sangat dekat dengannya, Padahal dia hanyalah orang asing yang tak sengaja aku temui. Tapi kenapa aku merasa seperti ada ikatan batin. Dia mengingatkan ku pada kak Dania" batin Devano sambil menatap Farah.
Cukup lama Devano menatap Farah dari tempatnya, Hingga suara sering ponsel itu berhasil menyadarkannya.
Dtttt,,Dttttttt
Nadira
Melihat nama Nadira tertera di sana membuat Devano dengan cepat menjawab panggilannya.
📲:Iya Halo Nadira. Kenapa? Jangan bilang kalau kamu rindu
📲:Ck!, Tolong jangan terlalu kepedean. Saya menghubungi bapak hanya karna ingin minta tolong
📲:Minta tolong apa?
📲:Tolong belikan saya obat magh dong pak. Ini sepertinya asam lambung saya naik.
📲:Baiklah. Apa lagi?
📲:Sekalian beliin saya camilan kalo boleh Heheh
📲:Lalu apa lagi?
📲:Udah itu aja. Terimakasih pak Devano yang baik tapi menyebalkan
Setelah mengatakan hal itu, Nadira langsung memutuskan sambungan telponnya. Sedangkan Devano sudah mendengus sebal karena perkataan wanita itu.
"Dasar wanita ngeselin. Ah pengen ku bejek-bejek rasanya itu orang. Astaga, Kenapa harus memiliki asisten yang modelan begitu. Ya ampun" ucap Devano sambil memasukkan kembali ponselnya pada saku jasnya.
Pria itu kembali menoleh ke arah Farah, Namun ternyata di sana sudah tidak ada siapapun. Farah sudah pergi entah kemana"Kemana kak Farah, Cepat sekali perginya" ucapnya sambil memicing kan kedua matanya mencoba mencari keberadaan Farah di sana. Namun hasilnya nihil, Devano tidak melihat keberadaan wanita itu lagi.
"Pesanan take away" panggil seorang pelayan restoran itu.
Devano berjalan ke arah kasir dan membayar semua makanan yang sudah dia pesan"Totalnya berapa?" tanya Devano sambil mengeluarkan dompetnya.
"350 ribu pak"
"Ambil saja kembaliannya"
Setelah beres di restoran, Devano melangkahkan kakinya menuju minimal market. Kali ini dia akan membeli obat magh sekaligus beberapa makanan ringan untuk Nadira.
"Wanita itu benar-benar merepotkan ku saja" gumamnya di sela langkahnya.
Di dalam jet..
"Is, Kenapa pak Devano lama sekali. Ini sudah lebih dari setengah jam tapi dia belum juga kembali" ucap Nadira sambil menoleh ke luar.
"Ah jika seperti ini, Aku bisa mati karna kelaparan. Awas saja pak Dev, Kalau sampai aku mati, Dia orang pertama yang bakal aku gentayangin" ucap Nadira lagi.
"Ah, Aku benar-benar lapar"
Pak Ahmad yang sejak tadi mendengar perkataan Nadira hanya mengulum bibir. Ada ya asisten modelan kayak Nadira.
Hingga tak berselang lama, Nadira mengangkat kedua sudut bibirnya saat melihat Devano "Nah, Akhirnya pak Dev datang juga" ujarnya sambil terus menatap Devano.
Tepat saat Devano sudah duduk di samping nya, Nadira mengangkat sebelah sudut bibirnya "Ck! Beli makan saja lama" ucapnya"Gak usah banyak ngomong, Mending kamu cepat makan sebelum pingsan" balasnya sambil terkekeh.
Nadira tak lagi menjawab perkataan Devano, Wanita itu hanya mengambil satu porsi makanan yang sudah di beli oleh Devano. Memakannya dengan sangat cepat. Bahkan sampai maut tersedak karna terlalu cepat .
"Uhhuuuukk"
Melihat Nadira seperti itu membuat Devano membuka air mineral dan memberikannya pada Nadira.
"Astaga Nadira, Makan pelan-pelan dong, Jangan kayak orang kesetanan seperti itu" ucapnya sambil menepuk-nepuk punggung Nadira.
"Abisnya saya lapar sekali pak. Pak Devano terlalu lama. Untung saja datang tepat waktu, Kalau nggk. Saya mati kelaparan. Dan bapak tau, Kalau sampai saya mati kelaparan karna pak Devano, Orang pertama yang akan saya gentayangin adalah pak Devano" ucap Nadira sambil mengusap mulut nya.
"Memangnya kamu sudah siap mati?"