Pertemuan pertama Alana dengan Randy terjadi secara kebetulan, dimana Alana langsung terpesona dan jatuh cinta pada pandangan pertama. Tak disangka - sangka, ternyata Randy adalah pemuda yang dijodohkan dengannya oleh nenek mereka berdua karena persahabatan. Namun saat Randy mengajak Alana berbicara empat mata, pemuda itu mengakui bahwa ia telah memiliki seorang kekasih, dan ia bersedia menikahi Alana hanya karena tak ingin mengecewakan neneknya. Pada akhirnya Alana pun terjebak dalam pernikahan yang semu, yang membuatnya harus menyembunyikan cintanya di balik kisah asmara Randy dan kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Three Flowers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEHIDUPAN BARU
Pagi itu tiba juga saat yang ditunggu - tunggu oleh Alana, yaitu pulang ke rumah nenek Ranita di kota yang juga merupakan tempat tinggal Randy. Itu karena Alana ingin segera bertemu dengan neneknya yang sudah terlebih dahulu menginap di rumah nenek Ranita. Mobil Randy memasuki sebuah rumah mewah yang membuat Alana terkesima dan tak mampu berkata - kata. Ini rumah atau istana? tanyanya dalam hati.
Tak lama kemudian kedatangan mereka disambut oleh kedua nenek dengan wajah berseri - seri.
"Nanti aku akan mengantar nenekmu kontrol ke rumah sakit yang paling bagus di kota ini, Alana," ujar nenek Ranita.
"Terimakasih, nek. Nenek baik sekali kepada kami," ucap Alana.
"Kalian sekarang adalah keluargaku. Aku bersyukur sekali bisa menyatukan keluarga ini, aku tak akan kesepian tinggal di desa maupun di kota," mata nenek Ranita mulai berkaca - kaca. "Jujur, selama ini aku selalu kesepian karena aku hanya punya Randy, karena itu aku mengusir kesepianku dengan terus bekerja dan bekerja. Bertemu dengan banyak orang, untuk membuat pikiranku jadi fresh. Tapi sekarang aku sudah tua, fisik dan pikiranku sudah tidak seperti dulu lagi, jadi yang kubutuhkan hanyalah ketenangan, dan ditemani oleh keluarga baruku tentunya.."
"Aku tidak bisa memberi apapun kepadamu, Ranita.." ujar nenek Mira merasa rendah diri.
"Justru karena kamulah aku bisa begini, Mira.." sahut nenek Ranita, "dulu waktu kita masih muda, kamulah yang mengajariku menjahit hingga aku tertarik pada dunia fashion. Lalu aku merantau ke kota dan membuka usaha kecil - kecilan, ternyata usahaku bertambah maju. Saat aku menikah dengan kakeknya Randy, dia sangat mendukung usahaku dan memberiku modal untuk mengembangkannya lagi. Sejak itulah usahaku menjadi perusahaan yang maju sampai saat ini."
Alana, nenek Mira dan Randy mendengarkan cerita nenek Ranita dengan seksama. Rupanya hal itulah yang mendorong nenek Ranita untuk bersikukuh menjodohkan cucunya dengan cucu sahabatnya itu. Lebih tepatnya karena nenek Ranita merasa terinspirasi oleh nenek Mira hingga menekuni dunia fashion itu.
Setelah bercerita panjang lebar tentang masa lalunya, nenek Ranita mengantar nenek Mira ke rumah sakit. Alana sebenarnya ingin ikut, tetapi nenek Ranita melarangnya dan menyuruhnya untuk terus bersama Randy selagi Randy masih ada waktu libur. Karena urusan perusahaan tidak bisa ditinggal lama, bahkan untuk urusan bulan madu pun akan dilakukan lain waktu lagi. Randy juga diberi tugas untuk mengenalkan area rumah pada Alana dan memperkenalkannya pada para pelayan, sopir dan penjaga yang ada di rumah itu.
"Ini kamar kita," ujar Randy sambil membuka salah satu pintu kamar.
Sebuah kamar yang cukup luas dan dipenuhi dangan perabot mewah serta desain interior yang tak kalah dengan hotel tempat mereka menginap. Mungkin hanya beda view nya saja saat memandang keluar jendela. Mereka memasuki kamar itu, lalu Randy menunjukkan almari pakaian yang sangat besar, yang berada di sisi lain kamar itu, yaitu di ruang ganti. Ternyata mereka juga telah menyiapkan baju, sepatu dan dan semua perlengkapan yang dibutuhkan Alana sehari - hari. Tentu saja semuanya merupakan barang yang premium, terbaik di kelasnya.
"Randy, sejujurnya aku merasa tak pantas menerima semua ini," ujar Alana dengan perasaan tidak enak.
"Alana, kamu adalah cucu menantu pilihan nenekku," hibur Randy, "sekarang kamu adalah bagian dari keluarga ini."
"Tapi pernikahan kita hanya ..." belum selesai Alana berbicara, Randy segera menutup bibir Alana dengan jari telunjuknya, "sstt.. jangan diteruskan, kamu benar - benar cucu menantu nenek, kok."
Alana terdiam. Iya, benar juga, mungkin aku adalah cucu menantu dan itu resmi, yang berbeda adalah urusan hati dengan suamiku, hatinya adalah milik orang lain, batin Alana. Ia membayangkan kehidupan kaum bangsawan yang ada di cerita - cerita yang pernah ia baca, para bangsawan memang mempunyai istri resmi karena perjodohan, tetapi mereka sebenarnya mempunyai kekasih di luar pernikahan itu. jadi, sekarang kehidupan seperti itulah yang sedang ia jalani di dunia nyata.
"Terimakasih, Randy, " Alana tersenyum, ia tidak ingin bersedih karena ia juga sudah menyadari statusnya, "aku akan berusaha menjadi cucu menantu yang baik untuk nenek Ranita."
"Dan istri yang baik untukku juga, kan?" ujar Randy mengajak bercanda.
"Iya, pasti.. aku akan menuruti apa katamu," sahut Alana dengan nada serius. Randy tertawa geli melihat respon istrinya itu, tapi ia percaya bahwa gadis penurut seperti Alana pasti tidak akan menyusahkannya.
"Aku akan sering berada di luar kota, bahkan keluar negeri, Alana. Jadi kamu tidak perlu khawatir, aku memang jarang pulang," ujar Randy, "Bahkan jika aku sedang bekerja di dalam kota pun aku selalu pulang malam."
"Wah, sibuk sekali kelihatannya," sahut Alana.
"Dan kamu juga akan sama," potong Randy.
"Maksudnya?" tanya Alana.
"Kamu harus melanjutkan pendidikanmu ke perguruan tinggi, setelah itu kamu juga akan membantu bekerja di perusahaan kami," jawab Randy tanpa beban. Alana terkejut dan menutupi mulutnya dengan tangannya, persis seperti saat menerima hadiah ponsel. Randy tersenyum lagi, "kenapa? Apa kamu pikir bisa enak - enakan tidur dan bersantai - santai di rumah sementara aku sibuk bekerja?" candanya.
"Tidak Randy," Alana tersenyum bahagia, " justru aku merasa sangat senang dan hampir tidak percaya, impianku untuk kuliah akan tercapai. Sungguh, aku akan berusaha sebaik mungkin, aku berjanji." Matanya mulai berkaca - kaca, terharu lagi.
"Sudah, jangan menangis," Randy menenangkannya dengan menepuk lembut pundak gadis itu, lalu menunjukkan sebuah brosur sebuah universitas, "Nenek selalu mempersiapkan segalanya dengan matang. Lihatlah, ini universitas terbaik dan jurusannya juga sudah dipilihkan untukmu.Tapi selain itu nenek juga akan mendaftarkanmu kursus bahasa asing agar kamu bisa menyesuaikan diri dengan bisnis kami di luar negeri. Pasti cukup berat belajarnya, ya? Tapi yah, itulah nenek kalau sudah ada maunya.."
"Tidak apa - apa, aku akan menjalani semuanya, pasti seru.." sahut Alana dengan penuh semangat. Kesempatan ini tidak boleh disia - siakan, tapi tiba - tiba ia teringat neneknya yang akan sendirian karena ditinggalkannya.
"Tapi bagaimana dengan nenekku?" tanyanya pada randy dengan wajah khawatir.
"Nenekmu akan ditemani seorang pelayan dan perawat. Nenekku juga akan mengunjunginya setiap hari, jadi jangan khawatir, mereka berdua tidak akan kesepian." jawab Randy, "dan kamu juga boleh mengunjunginya kapan saja, ada sopir yang akan selalu siap mengantarmu."
"Kalian begitu baik, terimakasih banyak.. aku akan berusaha tidak mengecewakanmu dan juga nenek Ranita, Randy.." ujar Alana kembali terharu bercampur lega. Ternyata semua telah diatur dengan matang oleh keluarga suaminya.
Kehidupan baru Alana sudah dimulai dan ia merasa sangat bahagia seperti seseorang yang memenangkan sebuah undian yang nilainya sangat besar. Alana berharap neneknya ikut bahagia dan menjadi panjang umur karena harapannya untuk melihat cucunya bahagia telah terkabul.
Malam itu Randy kembali menyuruh Alana beristirahat di ranjang sementara ia beristirahat di sofa. Untungnya sofa itu besar seperti kasur, tapi yang pasti ranjang ini lebih nyaman. Kasihan Randy, batin Alana. Tapi tidak mungkin juga ia mengajak Randy tidur bersama dalam satu ranjang. Ia melirik Randy yang sedang asyik mengetik di ponselnya. Pasti ia sedang chatingan dengan kekasihnya, karena berkali - kali ia tersenyum sendiri, batinnya. Kasihan Delia, ranjang ini pun seharusnya adalah miliknya. Lagi - lagi Alana merasa bersalah.
Suatu saat aku pasti akan pergi dan mengembalikan semua ini padamu, Randy.. ucap Alana dalam hati. Entah sampai kapan, tapi ia berjanji akan menjadi orang yang berguna bagi Randy dan keluarganya dengan ilmu yang telah diberikan kepadanya, meski ke depannya ia bukan lagi menjadi istrinya. Alana menarik selimutnya dan memejamkan matanya. Randy melihat ke arahnya, lalu tersenyum tipis dan melakukan hal yang sama, menarik selimutnya dan memejamkan matanya. Ia cepat beradaptasi, batinnya. Satu demi satu telah mereka lalui sesuai dengan kewajiban yang dibebankan padanya. Anggap saja Alana adikku, maka akan lebih mudah menjalaninya, pikir Randy sambil terlarut dalam tidurnya.