《Terdapat ****** ******》
Harap bijak dalam membaca.....
William dan Nozela merupakan sahabat sejak mereka masih kecil. Karena suatu kejadian tak disengaja membuat keduanya menjalani kisah yang tak semsestinya. Seiring berjalannya waktu, mulai tumbuh benih-benih cinta antara keduanya.
William yang memang sudah memiliki kekasih terpaksa dihadapkan oleh pilihan yang sulit. Akankah dia mempertahakan kekasihnya atau memilih Nozela??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addryuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 20
Di waktu yang sama, di sebuah bar ternama di ibu kota. William, Archen dan Lego tengah duduk di salah satu meja. Terdapat dua botol minuman serta gelas di meja mereka, William menyandarkan tubuhnya sambil menyesap rokok yang terselip diantara jarinya.
"Lo ada masalah?" Tanya Archen.
William mengedikkan bahunya. "Nggak, cuma sumpek aja di rumah."
"Tumben nggak ke apart cewek lo?" Tanya Lego.
"Lagi males." Jawab William cuek.
Kedua sahabatnya hanya tertawa kecil. "Seorang William yang bucin akut, males? Wah perlu dikasih penghargaan sih." Ucap Lego.
Archen menuangkan minumannya ke dalam gelas, dia membaginya satu-satu pada William dan Lego.
"Untuk merayakan William yang males ketemu ceweknya." Ucap Archen sambil mengangkat gelas ya.
William tersenyum smrik, dia mengambil gelasnya lalu bersulang dengan kedua temannya. Ditenggaknya minuman itu dalam sekali teguk, rasa panas serasa membakar tenggorokan sampai dadanya.
William kembali menyesap rokoknya, kepalanya mendongak lalu menghembuskan asapnya perlahan. Pikirannya kembali di hantui rasa bersalah pada kekasihnya, dia takut jika Clarissa tahu pasti kekasihnya akan marah.
"Kayanya temen lo masalahnya berat banget." Ucap Lego.
"Masalah rumah tangga kali." Ucap Archen.
Tak lama, ada tiga orang wanita malam yang menghampiri mereka. Wanita berpakaian minim itu mendekati William yang terlihat cuek.
"Boleh gue temenin?" Tanya wanita itu.
William hanya diam saja, berbeda dengan Archen dan Lego yang memang terbiasa. Bahkan tubuh Archen sudah digerayangi oleh wanita itu, sang pemilik tubuh terlihat menikmatinya.
Wanita yang mendekati William itu memberanikan diri duduk di sebelah William, dia menuangkan minuman untuk William dan memberikannya.
William tak menolak, dia menerima muniman itu lalu menyesapnya. Wanita itu tersenyum miring, dengan berani dia mulai mengelus lengan William.
William memejamkan matanya, tubuhnya mulai bereaksi akibat sentuhan itu. Dia mulai merinding disekujur tubuhnya. Nafasnya mulai memberat, dan tubuhnya mulai terasa panas.
"Sial, ada yang salah sama tubuh gue." Batinnya.
William mencekal tangan wanita yang hendak mencapai miliknya.
"Kenapa ganteng? Bukannya enak?" Tanyanya dengan wajah di buat semenggoda mungkin.
Rasa panas di tubuh William semakin menjadi, dia mulai kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. William segera bangkit lalu berjalan meninggalkan kedua sahabatnya.
"Mau kemana Liam?" Tanya Lego sedikit berteriak.
William tak menghiraukan sahabatnya, saat ini dia hanya butuh sesuatu untuk melampiaskan keinginannya. Sampai di mobil, dia segera melajukan mobilnya membelah jalanan yang masih ramai. Tujuannya kali ini adalah ke apartemen kekasihnya.
"Brengsek, berani banget j4l4ng itu kasih obat ke minuman gue." Gerutu William.
William semakin menekan pedal gasnya, beberapa menit kemudian dia memarkirkan mobilnya di basement. Setengah berlari, William masuk ke lobi lalu naik ke unit Clarissa.
Sampai di unit kekasihnya, William menekan bel tak sabaran. Beberapa detik menunggu akhirnya pintu apartemen Clarissa terbuka.
"Wil.."
Ucapan Clarissa terhenti saat William membungkam bibir Clarissa dengan bibirnya. Ciuman William begitu rakus hingga membuat Clarissa kesusahan mengimbanginya. William menutup pintu apartemen Clarissa dengan kakinya, dia mengajak Clarissa berjalan menuju sofa tanpa melepaskan pangutan mereka.
William segera menindih tubuh Clarissa, merasakan kehangatan dan kelembutan yang membuatnya semakin tak bisa menahan perasaannya. Ia mencium leher dan dada Clarissa dengan penuh kasih sayang, membiarkan emosi dan kerinduan mereka mengalir tanpa kata. Momen itu dipenuhi dengan keintiman yang mendalam, saat keduanya tenggelam dalam perasaan yang saling menguatkan dan menghangatkan hati.
"Ahh, Liam. Pelan-pelan." Racau Clarissa saat William menggigit dadanya.
Sambil memeluk erat Clarissa, William mulai melepaskan gesper dan celananya sendiri. Setelah itu, dia berdiri dan melepaskan kaosnya. William menarik tubuh Clarissa lalu membaliknya hingga posisinya sedikit menunduk. Dengan gerakan penuh tenaga, William mendekat dan menyatu dengannya.
Clarissa tersenyum di tengah keheranannya, merasa senang karena William melakukannya dengan penuh keyakinan tanpa perlu diajak terlebih dahulu. Suasana di ruang tamu apartemen dipenuhi oleh napas mereka yang berat. Clarissa merasakan sentuhan William malam itu sedikit lebih kuat dari biasanya, namun justru itulah yang membuatnya merasa lebih hidup dan terhubung.
"Ah, ahhh. Kamu enak banget sayang." Racau William.
William menarik dirinya kembali dan beralih duduk, lalu mengangkat tubuh Clarissa ke atasnya.
"Puasin aku, Cla," ucapnya dengan nada penuh harap.
Clarissa tersenyum menggoda, kemudian mulai bergerak dengan lembut dan penuh gairah, mengikuti irama yang membuat keduanya semakin dekat. William menggigit bibir bawahnya, kedua tangannya mencengkeram pinggang Clarissa dengan erat, merasakan kehangatan dan kedekatan yang mengalir di antara mereka.
"Ahh."
Suara mereka saling bersahutan, mengarungi kenikmatan sesaat yang membuat keduanya lupa daratan
"Ahh, aku mau keluar Cla."
William mengangkat tubuh Clarissa dengan lembut lalu menidurkannya di sofa. Mereka saling menatap dengan penuh kehangatan, merasakan getaran emosi yang mendalam di antara mereka.
Setelah momen itu, William menarik diri dan keduanya terbaring berdekatan, menikmati keheningan yang penuh keintiman. Nafas mereka masih terengah-engah, dan keringat yang membasahi kulit menandakan betapa kuatnya perasaan yang baru saja mereka bagi bersama.
○
Pagi harinya, Nozela dan Thalia sudah sampai di fakultas teknik. Mereka berjalan menuju kelas William, Nozela membawa paper bag di tangannya. Senyumnya tak pernah luntur dari wajah cantiknya. Hari ini dia akan meminta maaf pada sahabatnya.
"Eh ada dua cewek cantik, mau kemana nih?" Tanya Archen.
"Williamnya mana?" Tanya Nozela.
"Dia izin nggak masuk." Jawab Lego.
Nozela membelakan matanya. "Hah??? Izin?"
Keduanya mengangguk. "Emang dia nggak ngasih tahu lo?"
Nozela menggeleng. "Enggak."
Nozela menatap paper bag di tangannya, sia-sia dia bangun pagi untuk belajar masak dengan Thalia jika William saja tidak masuk.
"Kenapa William izin?" Batinnya bertanya-tanya.