Di kota megah Aurelia City, cinta dan kebencian berjalan beriringan di balik kaca gedung tinggi dan cahaya malam yang tak pernah padam.
Lina Anastasya, gadis sederhana yang keras kepala dan penuh tekad, hanya ingin bertahan hidup di dunia kerja yang kejam. Namun, takdir mempertemukannya dengan pria paling ditakuti di dunia bisnis Ethan Arsenio, CEO muda yang dingin, perfeksionis, dan berhati beku.
Pertemuan mereka dimulai dengan kesalahpahaman konyol, berlanjut dengan kontrak kerja yang nyaris seperti hukuman. Tapi di balik tatapan tajam Ethan, tersembunyi luka masa lalu yang dalam… luka yang secara tak terduga berhubungan dengan masa lalu keluarga Lina sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 24
Lina tidak lagi merasakan kursi ergonomisnya. Dia tidak mendengar dengung samar AC. Selama empat jam berikutnya, dunianya menyusut menjadi dua dokumen tebal, kopi hitam ketiga yang dia ambil dari pantry, dan cahaya pagi Aurelia City yang berubah menjadi siang yang terik.
Di seberang ruangan, Ethan bekerja dengan intensitas yang sama. Mereka adalah dua kutub magnet, terpisah namun terhubung oleh energi yang sama.
Proposal Ethan (Arsenio Group) tebal, metodis, dan membosankan. Setiap halaman merinci perlindungan lingkungan, dampak sosial, dan timeline yang realistis. Itu adalah proposal yang dibangun untuk bertahan lama.
Proposal Blackwater (Aurelia Gold) adalah kebalikannya. Tipis, mencolok, dan cepat. Penuh dengan bahasa yang berani, janji-janji investasi komunitas yang fantastis (tapi tidak jelas), dan proyeksi keuntungan yang tidak masuk akal.
Itu adalah proposal yang ditulis oleh seseorang yang tahu mereka akan menang.
Mereka sombong, batin Lina.
Dia tidak mencari celah hukum. Dia mencari mengapa mereka begitu sombong.
Dan dia menemukannya.
Di Halaman 2, Bagian 3: "Jadwal Perizinan".
Proposal Arsenio mendedikasikan enam halaman untuk studi dampak lingkungan yang rumit dan proses persetujuan multi-tahap.
Proposal Blackwater hanya memiliki satu baris: "Persetujuan akan diperoleh melalui Jalur Cepat Perizinan Kota (Peraturan Daerah 11-B), di bawah pengawasan Tuan Haris, Kepala Badan Perencanaan Kota."
Jantung Lina berdebar. Dia segera mencari "Peraturan Daerah 11-B". Itu adalah peraturan baru, baru disahkan sebulan lalu, yang memungkinkan dewan kota untuk mempercepat proyek-proyek "berdampak ekonomi tinggi" dengan mengabaikan beberapa tinjauan lingkungan standar.
Ini adalah pertaruhan yang luar biasa. Seluruh proyek jutaan dolar mereka bergantung pada satu orang, Tuan Haris, dan satu peraturan baru yang belum teruji.
Mereka tidak hanya sombong. Mereka gegabah.
Pukul 12.30. Lina bahkan tidak ingat rasa lapar. Dia mengangkat teleponnya. Bip.
"Ya?" Suara serak Ethan terdengar seketika.
"Saya menemukannya," kata Lina.
Hening. Lalu, "Ke sini. Sekarang."
Lina membawa proposal Blackwater yang sudah ditandai dan selembar catatan tulisan tangannya. Dia tidak lagi merasa seperti tahanan yang menghadap sipir. Dia merasa seperti seorang letnan yang melapor kepada jenderalnya.
Dia meletakkan dokumen itu di meja Ethan, tepat di samping tumpukan laporannya sendiri.
"Mereka tidak sombong, Tuan," kata Lina, suaranya tenang dan mantap. "Mereka gegabah."
Ethan mengangkat alisnya, menunggunya melanjutkan.
Lina menunjuk ke baris tunggal di Halaman 2. "Seluruh proposal mereka bergantung pada ini. Satu peraturan baru, 11-B, dan satu politisi kota, Tuan Haris. Mereka mengabaikan setiap studi dampak lingkungan standar."
Dia meletakkan catatannya di sebelahnya. "Proposal Anda mengalokasikan sembilan bulan untuk persetujuan lingkungan. Mereka mengalokasikan tiga minggu. Jika Tuan Haris... tersandung... atau jika Peraturan 11-B ditinjau ulang oleh publik, seluruh jadwal mereka akan runtuh. Investor mereka akan panik."
Lina menatap mata Ethan. "Senjata Anda bukan celah hukum. Senjata Anda adalah kesombongan mereka. Mereka tidak berpikir Anda akan melihat ini. Mereka pikir Anda akan melawan mereka di bursa saham, bukan di Balai Kota."
Ethan Arsenio menatap baris yang ditandai Lina. Dia diam begitu lama sehingga Lina mulai merasa gugup.
Lalu, dia mengulangi nama itu pelan-pelan. "Tuan Haris."
Ethan mengenalinya. Tentu saja dia mengenalinya. Seorang politisi kecil yang serakah dan ambisius.
Ethan bersandar di kursinya. Dia tidak menatap Lina dengan kecurigaan. Dia tidak menatapnya dengan kemarahan.
Dia menatapnya dengan... kekaguman yang nyaris tak terlihat.
Sebuah senyuman pelan senyuman yang benar-benar baru tersungging di bibirnya. Itu bukan senyum yang hangat. Itu adalah senyum predator yang baru saja menemukan kelemahan fatal pada mangsanya.
"Mereka meremehkan kita," kata Ethan pelan. "Tidak." Dia menatap langsung ke mata Lina. "Mereka meremehkan Anda."
Dia mengangkat teleponnya.
"Elena," perintahnya, suaranya kini bergetar karena energi baru. "Batalkan semua rapatku sore ini. Semuanya."
Dia menutup telepon dan menatap Lina. Dia tidak lagi kusut atau lelah. Dia adalah Raja Iblis yang telah diberi makan.
"Bagus sekali, Nona Anastasya," katanya. "Kau tidak hanya memberiku senjata. Kau memberiku targetnya."
Dia berdiri, meraih jasnya. "Kau dan aku. Kita akan menghancurkan proposal ini sebelum matahari terbenam."
Lina mengerjap. "K-kita, Tuan?"
"Kau yang menemukan Tuan Haris," kata Ethan, mengenakan jasnya. "Kau yang akan membantuku menguburnya. Ambil buku catatanmu. Kita pergi."
Lina membeku. "Ke... ke mana kita pergi, Tuan?"
Ethan tersenyum lagi, senyum yang membuat bulu kuduk berdiri.
"Makan siang," katanya. "Dengan beberapa teman lama saya dari surat kabar Aurelia Times."
