NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Tetangga Tampan

Mengejar Cinta Tetangga Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Murni / Romansa / Idola sekolah
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Story Yuu

Kiara dan Axel berteman sejak kecil, tinggal bersebelahan dan tak terpisahkan hingga masa SMP. Diam-diam, Kiara menyimpan rasa pada Axel, sampai suatu hari Axel tiba-tiba pindah sekolah ke luar negeri. Tanpa memberitahu Kiara, keduanya tak saling berhubungan sejak itu. Beberapa tahun berlalu, dan Axel kembali. Tapi anak laki-laki yang dulu ceria kini berubah menjadi sosok dingin dan misterius. Bisakah Kiara mengembalikan kehangatan yang pernah mereka miliki, ataukah cinta pertama hanya tinggal kenangan?

*
*
*

Yuk, ikuti kisah mereka berdua. Selain kisah cinta pertama yang manis dan menarik, disini kita juga akan mengikuti cerita Axel yang penuh misteri. Apa yang membuatnya pindah dan kembali secara tiba-tiba. Kenapa ia memutus hubungan dengan Kiara?.

MOHON DUKUNGANNYA TEMAN-TEMAN, JANGAN LUPA LIKE, DAN KOMEN.

Untuk menyemangati Author menulis.

Salam Hangat dari tanah JAWA TENGAH.❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Story Yuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 Seleksi Calon Mantu

“Axel, turunin aku!” seru Kiara, kedua matanya menatap tajam sisi wajah Axel yang tetap dingin.

Pria itu hanya melirik sekilas, lalu kembali menatap lurus ke depan. “Diam, kamu berat.”

Kiara langsung bungkam, Aku berat? Aishh… protesnya dalam hati.

Axel terus menggendong Kiara, langkahnya mantap seolah tak mengangkat beban berat sedikitpun.

Kiara melayangkan pandangannya ke sekitar. Matanya langsung menangkap sebuah plakat bertuliskan Toilet.

“Itu! Di sana toiletnya!” serunya cepat.

Axel menghentikan langkahnya, lalu menoleh sekilas. “Ya udah, turun,” ujarnya datar, kemudian menurunkan Kiara begitu saja.

Saat keduanya berjalan ke arah toilet, beberapa pasang mata mulai memperhatikan. Ada yang hanya melirik sambil tersenyum, ada juga yang terang-terangan berbisik.

“Mau juga digendong pacar ke toilet.”

“Aku juga mau kayak gitu.”

“So sweet banget.”

“Cowoknya ganteng lagi!”

Bisik-bisik itu terdengar jelas, membuat pipi Kiara sedikit memanas.

Axel dan Kiara saling menatap canggung. Axel mengerjap, menelan ludah, tangannya mengepal erat di dalam saku celana. Sementara Kiara buru-buru menunduk, menyembunyikan wajahnya yang kian memerah.

“Cepat, aku tunggu di sini,” ujar Axel akhirnya, memecah kecanggungan.

Kiara sontak mengangkat wajahnya, “Ah, i-iya,” jawabnya terbata karena gugup.

Begitu melangkah masuk ke toilet, Kiara tak bisa lagi menahan rasa gugupnya. Malu bercampur debaran yang tak karuan, rona pipinya makin menyala merah padam.

“Apa kata mereka tadi? Pacar? Ganteng? Memang ganteng, tapi… kami belum pacaran,” gumamnya, cekikikan geli sendiri.

Sementara itu, di depan toilet, Axel masih menunggunya, ia berdiri dengan tangan terlipat di dada, tubuh tinggi tegapnya membuat semua mata yang lewat otomatis tertuju padanya. Wajar saja, pria setampan itu berdiri di depan toilet wanita, jelas jadi pusat perhatian.

Axel mengerjap cepat, merasa tak nyaman dengan tatapan orang-orang. Lama sekali Kiara, batinnya gelisah, meski wajahnya berusaha tetap tenang.

Tak lama, Kiara keluar dari toilet.

“Huhh…” Axel menghela napas lega, “Sudah?” tanyanya datar.

Kiara mengangguk pelan, “Kelamaan ya?”

“Nggak, ayo,” jawab Axel, lalu meraih tangan Kiara dan menuntunnya kembali ke lokasi piknik.

****

Sampai di lokasi, Kiara disambut hangat oleh Widia. “Ara, kenapa dengan kakimu?” tanyanya cemas.

Kiara tersenyum, “Kecelakaan dikit tante, di sekolah.”

“Kok bisa sampai begini?”

“Hehe,” jawab Kiara tersenyum kikuk.

Widia berbalik menatap putranya. “Axel, kamu tidak menjaga Ara di sekolah?”

“Memangnya dia anak SD?” gumam Axel tanpa menoleh.

“Axel…”

Axel memutar bola matanya. “Ma, Aku dan Ara beda kelas. Axel nggak bisa terus ngawasin dia,” ucapnya sambil merapikan snack di atas tikar.

Adam yang duduk di hadapan Axel hanya terdiam, menatap pemuda itu dengan sorot mata tajam, bak singa yang siap menerkam mangsanya.

Axel melirik sekilas, lalu sadar kalau tatapan Adam tak lepas dari dirinya. Kenapa Om Adam terus menatapku begitu? batinnya gusar. Ia pun mengangguk canggung ke arah Adam.

“Ara nggak apa-apa tante, lagipula Axel juga sibuk sekarang. Dia gabung tim basket,” ujar Kiara menatap calon mertuanya itu.

Widia terbelalak, matanya berbinar “Benarkah? Axel main basket?” tanyanya seolah tak percaya.

Kiara mengangguk mantap. “Iya tante, Axel jago mainnya,” sahutnya penuh bangga pada pria idamannya itu.

Axel masih fokus dengan beberapa bungkus snack di depannya, tak merespon sedikitpun mendengar perbincangan Kiara dan Ibunya.

Sementara Adam terus mengamati putrinya yang diam-diam melirik Axel lalu tersipu, bahkan dengan berani memuji pemuda itu di depan orang tuanya. Rasa tidak suka jelas tergambar di sorot matanya.

Tidak, ini tidak beres, gadis itu… jangan bilang dia menyukai pemuda ini? pikirnya gelisah.

Desy yang sibuk membuka kotak bekal pun ikut menyela. “Benarkah? Wah, tante jadi pengen lihat saat kamu tanding basket.”

Adam terbelalak, matanya membulat mendengar ucapan istrinya. Bahkan istriku, ikut memuji anak ini? gumamnya jengkel dalam hati.

“Iya kan, Mama juga jadi pengen lihat,” imbuh Widia.

“Apa bagusnya main basket? Biasa aja,” gumam Adam pelan, tapi cukup terdengar jelas oleh semua telinga.

Desy menoleh, lalu menyenggol bahu suaminya dengan pelan. “Diam, jangan ikut campur,” bisiknya.

Axel mengangkat wajahnya sebentar, menyadari raut wajah Adam yang tampak tak senang mendengar semua orang memuji bakatnya. Ia memiringkan kepala heran, Ada yang aneh sama Om Adam. batinnya.

Adam hanya menyeringai, lalu membuang wajahnya kesal.

Hari itu berlalu dengan tawa dan bahagia, kecuali dua orang pria yang terlihat duduk dengan canggung sepanjang liburan.

Akhirnya liburan usai, mereka berkemas dan segera menuju mobil. Saat hendak naik ke mobil Adam tiba-tiba memanggil Axel.

“Axel, kamu duduk di depan,” ucapnya datar, lalu lekas masuk dan duduk di kursi pengemudi.

Axel mengangkat alisnya bingung, “Iya, Om,” jawabnya ragu-ragu.

“Kenapa tiba-tiba ingin duduk dengan Axel?” gumam Desy heran.

Axel lalu duduk dengan canggung di kursi penumpang depan, matanya terus bergerak melirik ke arah Adam. Sementara Kiara, Desy dan Widia di kursi belakang, mengamati gerak-gerik dua pria itu yang terus diam meski duduk bersebelahan.

“Bunda, ada apa Ayah sama Axel?” bisik Kiara di dekat Desy.

“Entahlah, bunda juga merasa ada yang aneh sama ayahmu,” sahut Desy pelan.

“Tante juga merasa ada ketegangan antara mereka,” imbuh Widia.

Kiara mengerutkan dahinya, matanya menyipit mencoba memahami situasinya.

“Bagaimana sekolahmu,?” tanya Adam tiba-tiba, memecah suasana yang tegang.

Axel reflek menoleh, kemudian mengangkat alisnya. “Ah, iya Om. Saya?” tanyanya menunjuk diri sendiri.

Adam menoleh sekilas, “Iya, berapa rata-rata nilaimu?”

“Emm, minggu kemarin Axel dapat nilai 100 untuk kelas biologi,” jawab Axel dengan hati-hati.

“Lumayan juga.”

“Makasih, Om.”

“Kalau matematika?”

“Kemarin dapat 90 poin, karena telat masuk kelas di potong 10 poin.”

“Kamu tidak disiplin, bagaimana dengan olahraga?”

Kiara menyela dari belakang, “Axel jago basket, taekwondo, lari juga dapat poin banyak kemarin, apa lagi ya…” ucapnya masih mengingat prestasi apa lagi yang diraih Axel. “Dia paling unggul di kelasnya bahkan mengalahkan Dika ketua kelas mereka.”

Adam melirik spion yang mengarah ke putrinya, “Ayah tidak bertanya padamu.”

“Aku tahu semua tentang Axel di sekolah, tanya aja ke Ara, kenapa ayah terus mencecar Axel dan membuatnya tak nyaman?” cetusnya membuat Adam tak berkutik.

Axel terkejut mendengar pernyataan Kiara, Dia tahu semuanya? Aku lebih unggul dari Dika? batinnya heran, kemudian memalingkan wajah menyembunyikan senyum tipisnya.

Adam hanya menghela napas.

“Ara benar, apa perlu kita ke rumah Axel untuk melihat semua medali prestasinya? Kamu juga tahu, semuanya berjejer di ruang tamu,” imbuh Desy dari belakang.

Widia hanya terkekeh, “Ayahmu seperti sedang seleksi menantu Ara,” ujarnya menahan tawa.

Axel dan Kiara sontak menoleh bersamaan,

“Hah?!” seru Kiara.

“Ma…” ujar Axel.

“Apa kamu ingin menjodohkan mereka?” tanya Desy menatap suaminya.

“Menjodohkan apanya, mereka masih sekolah,” sahut Adam penuh penegasan.

“Benar mbak Desy, jangan buru-buru,” timpal Widia.

Desy berbalik menatap Widia, “Bukan Wid, maksudku… kasihan Axel kalau harus menikah dengan Kiara.”

Kiara mengangkat alisnya, menoleh ke arah Desy. “Bunda…” sahutnya protes.

Desy tertawa kecil, “Iya, iya, Bunda bercanda.”

“Mbak Desy ini bisa aja,” ucap Widia juga tertawa.

Sementara Adam dan Axel, masih berlarut dalam ketegangan di kursi depan. Canggung dan rasa tak nyaman membuat Axel membeku di sana.

...****************...

Bersambung...

Mohon Dukungannya Teman-teman Sekalian...

Jangan Lupa Like, Vote dan Coment! Untuk Menyemangati Penulis.

Salam Hangat Dari Author, 🥰🥰

1
Anna
alahh modus ee si Axel ..
Anna
cerita nya fress, alur nya simple sukaa pollll ..
Yuu: makasih kakak sudah mampir🥰🥰
total 1 replies
Fausta Vova
thor, bisa ga yah up tiap hari???
🤣
ak pasti menunggunya thor
Fausta Vova
jangan ribet-ribet thor
otakku baru bangun nih
Yuu: Terimakasih sudah mampir, 🥰
total 1 replies
Duane
Gila, endingnya bikin terharu.
Yuu: Terimakasih ka. nantikan update selanjutnya ya🥰
total 1 replies
Maris
Plot yang rumit tapi berhasil diungkap dengan cerdas.
Yuu: Terimakasih 🥰🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!