"Hai Om, ganteng banget sih. mana lucu, gemesin lagi."
"Odel. a-ah, maaf tuan. teman saya tipsy."
Niccole Odelia jatuh cinta pada pandangan pertama pada seseorang pria dewasa yang ditemuinya di bar. meski mabuk, dia masih menginggat dengan baik pria tampan itu.
Edgar Lysander, seorang pengusaha yang tampan dan kaya. dia tertarik pada Odelia yang terus menggodanya. namun dibalik sikap romantisnya, ada sesuatu yang dia sembunyikan dari Odelia.
Akankah cinta mereka semulus perkiraan Odelia? atau Odelia akan kecewa dan meninggalkan Edgar saat mengetahui fakta yang disembunyikan Edgar?
ikuti terus kisah cinta mereka. jangan lupa follow akun Atuhor.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addryuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 12
"Udah siap semua?" tanya Cessa.
Odelia dan Zara mengangguk, saat ini mereka tengah berkumpul dikamar Odelia untuk memulai rencana yang tadi sudah disusun oleh Cessa. Lengkap dengan ponsel ditangan mereka masing-masing, mereka tengah menunggu waktu yang tepat untuk melakukan rencana mereka.
Tepat saat pukul lima sore, Cessa memulai aksinya. Dia mulai menelpon nomor Theodore sedangkan Zara dan Odelia mengirim pesan dengan isi yang sama. Saat sambungan telepon terputus, mereka secara bersamaan bergantian untuk menelpon dan mengirim pesan.
Odelia tertawa sendiri saat menjalankan rencana konyol Cessa ini. Dia tak menyangka sahabatnya akan memiliki ide seperti ini.
"Kebayang nggak gimana mukanya om Theo pas kita teror begini?" tanya Odelia.
"Udah pasti depresi berat sih menurut gue." jawab Cessa sambil tertawa.
"Jangan ketawa terus anjir, gue takut salah pencet nih." gerutu Zara.
Mereka meneror nomor Theodore selama satu jam tanpa henti. Saat Odelia melakukan jatahnya untuk menelpon Theodore, tiba-tiba panggilannya diangkat.
"Diangkat guys."
"OKE GUE KIRIMIN SEKARANG."
"Matiin Del." ucap Cessa.
Odelia lekas mematikan sambungan teleponnya, dia menatap kedua sahabatnya dengan senyum mansinya.
"Yeyyy, berhasil." seru Odelia kesenangan.
"Akhirnya perjuangan kita selama sejam berhasil juga." ucap Cessa.
Zara langsung merebahkan tubuhnya ke ranjang empuk Odelia, dia merasa jarinya keriting karena lelah menyalin pesan.
Ting.
Ponsel Odelia berdenting, dia berjingkrak-jingkrak saat melihat pesan nomor kontak bertuliskan 'Bos Edgar'.
"Anjir. Beneran dikirim dong." ucap Odelia sambil memeluk ponselnya.
ceklek.
Pintu kamar Odelia terbuka, Tesa masuk sambil membawa cemilan dan minuman dingin untuk Odelia dan kedua sahabatnya.
"Nih makan cemilan dulu."
"Makasih tante Tesa."
"Sama-sama Cess. Itu kenapa Zara tiduran?"
"Zara capek tan, habis menjalankan misi yang amat menguras tenaga." jawab Zara.
Tessa tersenyum kecil kemudian keluar dari kamar putrinya.
Odelia dan Cessa memakan kue bikinan mama Odelia, sedangkan Zara sibuk tiduran sambil memainkan ponselnya.
"Makan dulu Ra, isi tenaga." ucap Cessa.
"Sial, Diana udah spam chat gue nyuruh pulang." ucap Zara.
Odelia tertawa kecil. "Nyokap lo anjir, kualat lo nanti."
Zara bangun daru tidurannya kenudian memakan kue itu dengan rakus dan minum jus jeruknya. Melihat sahabatnya yang seperti orang kesurupan membuat Cessa melongo.
"Pelan-pelan ege, keselek baru tau rasa lo."
"Gue cabut dulu Del, nyokap gue udah cerewet nih."
"Eh, tungguin gue Ra."
"Del kita balik ya." ucap Cessa sambil mengambil tasnya.
Odelia mengangguk. "Hati-hati kalian. Makasih ya udah bantuin gue."
"Sama-sama." ucap Zara dan Cessa bersamaan.
Setelah kedua sahabatnya pergi, Odelia membersihkan sisa makanan itu lalu membawanya ke dapur. Dia melihat mamanya sedang membuat menu untuk makan malam nanti.
"Temennya udah pulang Del?"
"Udah mah."
"Sana mandi dulu, anak gadis udah jam segini belum mandi."
Odelia mendengus pelan. "Iya ya."
Odelia kembali ke kamarnya lalu masuk ke kamar mandi. Sekitar lima belas menit kemudian dia keluar dengan wajah yang sudah segar. Odelia mengambil kaos oblong dengan celana training.
"Jam segini om Edgar lagi ngapain ya?"
Odelia berbaring tengkurap di kasurnya kemudian melihat kontak Edgar yang dikirim Theodore tadi. Dia menyimpan nomor itu lalu mengirimkannya pesan.
Me : Selamat malam, apa benar ini nomor Tuan Edgar?
Odelia tertawa cekikikan membaca pesan yang dia kirimkan ke Edgar.
Ting.
Om Duda : Siapa?
Odelia membelakan matanya saat pesannya dibalas.
"Astaga, mimpi apa gue. Arrgghh."
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Odelia berpose lalu berfoto seimut mungkin kemudian dia kirimkan ke Edgar.
Me : (send picture) Om Edgar jahat banget, masa Odel dikasih nomor supirnya sih.
Odelia menunggu pesannya dibalas selama beberapa menit. Namun pesan yang dia kirimkan tak kunjung dibuka.
"Huft." Odelia menghembuskan nafas pelan.
"Kok nggak dibales sih, apa karena tahu ini nomor gue makanya sengaja nggak dibales?" gumam Odelia.
Tok.
Tok.
"Non, dipanggil tuan untuk makan malam." ucap bik Ratna dari luar.
Karena kamarnya yang kedap suara, Odelia bangun dari tidurnya lalu membuka pintu kamarnya.
"Iya, bentar lagi Odel turun."
Bik Ratna mengangguk kemudian turun lebih dulu, Odelia menutup pintu kamarnya kemudian mengikuti asisten rumah tangganya pergi ke ruang makan.
Di apartemen, Edgar tengah berkutat dengan laptopnya. Dia sedang mengerjakan pekerjaan kantor sambil menikmati secangkir kopi.
Ting.
Dia melirik ponselnya saat kembali mendapat pesan dari nomor tak dikenal. Edgar mengerutkan keningnya saat nomor itu mengirim foto. Dia tersenyum smrik saat membaca keterangan foto itu.
"Rupanya gadis cilik itu sudah tahu?" gumam Edgar.
Tak membalas pesan itu, Edgar kembali melanjutkan mengerjakan pekerjaanya. Hingga pukul sepuluh malam, Edgar meregangkan otot-otot tangannya yang terasa kaku.
Dia mengambil ponselnya yang tak lagi mendapat pesan dari gadis SMA itu. Edgar merebahkan tubuhnya ke ranjang lalu mengecek pesan dari orang suruhannya. Dia mengenggam erat ponselnya saat melihat beberapa foto kiriman orang suruhannya.
"B4jingan. Alysa sungguh kelewatan." geram Edgar.
Keputusannya untuk menceraikan sudah benar, dia akan segera mendaftarkan perceraiannya ke pengadilan.
Edgar kembali menatap pesan dari gadis SMA yang belum dia buka, karena penasaran dengan foto apa yang gadis itu kirim Edgar memutuskan membuka fotonya. Dia tersenyum melihat foto imut milik gadis itu.
"Kenapa dia mengemaskan sekali?" gumam Edgar.
Dia hanya membukanya saja tanpa niat membalanya, biarlah gadis itu semakin penasaran dengannya. Sepertinya bermain-main dengan gadis labil itu lumayan menyenangkan. Sejenak dia bahkan melupakan statusnya yang masih beristri.
●
●
"Odelia."
Odelia menoleh saat namanya dipanggil, dia tersenyum melihat Aston mendekat ke arahnya.
"Hai."
"Lo sendirian?"
Odelia mengangguk. "Iya, mumpung senggang."
"Boleh duduk?"
"Boleh, duduk aja."
Aston duduk didepan Odelia, mereka tengah berada disebuah cafe tak jauh dari perumahan Odelia. Entah mengapa Aston bisa sampai disini, padahal jarak rumahnya dan Aston lumayan jauh.
"Kemana dua sahabat lo? Bisanya lo sama mereka."
"Gue sengaja nggak ngabarin sih."
Aston mengangguk. "Del, besok weekend kita nonton yuk."
Odelia tersenyum canggung, sebenarnya dia sudah kerap menolak ajakan Aston pergi. Namun kali ini rasanya dia tak enak untuk menolaknya lagi.
"Emm boleh."
Aston tersenyum senang. "Besok gue jemput Del."
Odelia mengangguk. "Boleh, nanti gue share loc alamat rumah gue."
Mereka pun mengobrol berdua hingga waktu menjelang sore, Odelia pamit lebih dulu untuk pulang.
Sampai di rumahnya, Odelia masuk ke dalam kamarnya. Dia keluar menuju balkon kamarnya lalu berdiri sambil menyandarkan tubuhnya ke pembatas balkon.
Odelia mengeluarkan ponselnya dari saku celanannya, dia menatap room chatnya dengan Edgar.
"Kok dia nggak bales chat gue sih? Mana udah dibuka lagi."
Odelia mengetikan pesan untuk Edgar.
Me : Om, ke bar yang waktu itu yuk?
Odelia menatap pesannya yang sudah terkirim, dia juga mengirimkan pesan pada sahabatnya untuk ke bar.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Edgar menatap pesan dari nomor baru.
"Dasar gadis nakal." ucapnya lalu tersenyum miring.