NovelToon NovelToon
Pengganti Yang Mengisi Hati

Pengganti Yang Mengisi Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Tukar Pasangan
Popularitas:574
Nilai: 5
Nama Author: Vanesa Fidelika

Seharusnya hari itu jadi momen terindah bagi Tiny—gaun putih sudah terpakai, tamu sudah hadir, dan akad tinggal menunggu hitungan menit.
Tapi calon pengantin pria... justru menghilang tanpa kabar.

Di tengah keheningan yang mencekam, sang ayah mengusulkan sesuatu yang tak masuk akal: Xion—seseorang yang tak pernah Tiny bayangkan—diminta menggantikan posisi di pelaminan.

Akankah pernikahan darurat ini membawa luka yang lebih dalam, atau justru jalan takdir yang diam-diam mengisi hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanesa Fidelika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24: Diam Itu Berarti...

   Tiny langsung melirik, “Was-was apaan lagi?”

   Gery mengangkat tangannya, menunjuk Xion sambil menatap semua orang seolah akan mengungkap konspirasi nasional.

   “Lo liat deh… pendiem. Kalem. Nggak banyak ngomong…”

   Ia menoleh ke Rez, lalu ke Xion sendiri, seolah minta dukungan atas teori ngawurnya.

   “Takutnya sekali tembak, langsung tiga coy. Biasanya nih ya, yang kayak gini—yang pendiem-pendiem ini—panasnya justru di dalam!”

   Tiny langsung menatap Xion, campuran geli dan panik.

   Layla dan Alicia sudah mulai saling pandang, saling tahan tawa.

   Rez malah nyender santai sambil siap-siap makan popcorn imajiner.

   Gery lanjut. “Lo pikir Xion ini diem aja tiap hari? Nih orang kalau udah di kamar, pasti kayak… bom waktu!”

   Dia mencondongkan badan, suara diturunkan setengah bisik, “Beneran, lho! Yang pendiem tuh biasanya… kenceng. Gahar. Lo nggak liat aja!”

   Tiny langsung menutup wajah pakai bantal. “YA TUHAN, KAKAK IPAR GUEE. AMPUNILAH DOSA BELIAU!!”

   Gery tak berhenti.

   “Gue yakin banget Xion itu udah hafal posisi bahkan sebelum nikah. Soalnya, orang pinter tuh, otaknya jalan terus. Dosen pula. Belajar sendiri, riset sendiri—nyoba sendiri!”

   Dia ketawa ngakak.

   “Nggak heran kalau nanti anaknya langsung empat! DUA PASANG KEMBAR!”

   Alicia langsung menyikut pinggang Gery. “Udahan!”

   Layla Cuma bisa geleng-geleng. Rez ketawa tanpa suara, bahunya naik-turun.

   Dan akhirnya…

   Xion buka suara. Pelan. Datar. Tapi tepat sasaran.

   “Apa kamu pikir semua orang diem itu berarti dia nggak bisa ngapa-ngapain?”

   Gery terdiam.

   Xion melanjutkan, kali ini sedikit miring ke depan. “Justru karena aku diem, aku mikir dulu sebelum bertindak. Yang di sebut ‘bom waktu’ itu… sebenernya Cuma orang yang tahu kapan harus meledak.”

   Semua langsung terdiam.

   Tiny angkat kepala, matanya membulat. Rez pelan-pelan menoleh ke Gery.

   Tapi Xion belum selesai.

   “Nggak perlu banyak gaya, kalau hasilnya bisa maksimal.”

   Ia sandarkan tubuh ke sofa lagi, lalu menatap Gery, tenang. “Karena buat aku… ngomong itu satu hal. Tapi kalau bisa buktiin langsung, buat apa pamer duluan?”

   Gery bengong. Rez ketawa pelan. Alicia tepuk tangan pelan-pelan.

   Gery—yang bengongnya Cuma berlangsung lima detik—langsung bangkit dengan gaya orang yang kalah debat tapi masih gengsi tingkat dewa.

   Ia berdeham keras.

   Lalu berdiri sambil mengangkat kedua tangan ke atas, seolah memberi jalan. “Wah, wah, wah… mantap… mantap! Gila nih adik gue. Gila.”

   Semua masih setengah ketawa.

   Gery lanjut. “Yaudah deh ya, gue ngalah. Kasian. Yang kecil, yang baru, masa harus gue bantai terus.”

   Ia melirik ke Xion dengan gaya dramatis.

   “Gue kasih panggung dulu buat yang muda-muda. Yang baru jadi suami. Kan semangat-semangatnya tuh...”

   Rez nyeletuk, “Ini mah bukan ngalah. Ini cara halus bilang ‘gue udah habis bahan’.”

   Xion hanya senyum simpul. Kalem. Tetap duduk tegak seolah tak baru saja menyayat harga diri kakaknya pakai logika lembut.

   Tapi Gery pantang menyerah.

   Ia berjalan pelan ke arah Xion, menepuk-nepuk bahu adiknya itu.

   “Lo keren, bro. Tapi inget ya, walaupun lo pinter, diem, bisa nyusun argumen…”

   Gery menatap dalam, “…gue tetep abang lo. Jadi ya, gue yang paling senior dalam urusan ini.”

   Alicia langsung lempar bantal ke suaminya. “Udah ah, senior-senior! Kamu pikir ini koperasi?”

   Semua tertawa lagi.

   Gery yang baru saja dilempar bantal, tetap berdiri tegak—seperti pahlawan gagal perang yang masih merasa dirinya pemenang.

   Ia menoleh ke Alicia, lalu dengan gaya manis-manisan yang mendadak muncul, ia berkata manja, “Bukan, sayang…”

   Lalu tanpa aba-aba, langsung mendaratkan ciuman cepat di pipi istrinya.

   Alicia kaget, tapi senyum. “Apaan sih—ada yang liat, tau!”

   Rez, yang duduk tak jauh, langsung nyeletuk, “Bucin nggak tau tempat, njir…”

   Gery memutar badan, gaya jalan seperti model catwalk dadakan.

   “Syirik lo, Rez. Punya anak dua tapi nggak pernah peluk istri di depan umum. Nih gue kasih contoh.”

   Rez mengangkat alis. “Lo mau contoh, kasih di forum keluarga. Ini forum roasting.”

   Tiny udah tak tahan, ketawa sambil nutup mulut. “Forum apaan sih ini…”

   Xion masih tenang, sandaran di sofa, sesekali melirik Gery seperti melihat fenomena unik di laboratorium.

   Gery, merasa sudah tampil cukup, berkata, “Udah, gue haus. Mau ke dapur dulu.”

   Ia melenggang ke dapur dengan penuh gaya.

   Xion menatap punggung Gery yang menghilang ke dapur. Ia menghela napas pelan, lalu berkata datar tanpa menoleh, “Disangka udah punya anak bisa berubah…”

   Ia jeda sebentar, lalu menoleh sekilas ke Tiny, “…rupanya enggak. Masih sama aja. Ngacau.”

   Tiny ngakak. Rez langsung nyeletuk, “Anak dua, kelakuan kayak belum disunat.”

   Layla sampai batuk menahan tawa. Alicia sudah tak bisa berkata apa-apa, hanya merapikan sedikit poni-nya dengan tangan, pasrah jadi istri badut panggung.

   Xion lanjut pelan, masih dengan nada hemat emosi, “Aku udah bilang dari dulu. Bang Gery itu nggak berubah.”

   Ia mengangkat bahu, “Yang berubah Cuma jumlah tanggung jawab. Tapi kelakuannya tetap. Spesies langka.”

   Rez menimpali cepat, “Langka dan nyebelin. Tapi lucu sih. Aku akuin.”

   Tiba-tiba dari arah dapur terdengar suara Gery, “GUE DENGER, WEY!”

   Tiny langsung teriak, “Gak usah bales, lanjut minum aja!”

   Xion yang sudah hafal sifat Gery, berkata, “Udah, biarin. Ntar kalau ditanggepin malah panjang.”

   Rez mengangguk pelan. “Setuju. Makhluk kayak dia, kalau direspons, tambah berkembang.”

   Semua ngakak lagi.

°°°°

   Xion dan Tiny baru saja selesai makan malam.

   Seperti biasa, Xion yang masak. Bukan karena Tiny tak bisa, tapi karena Xion melarangnya turun ke dapur malam ini. Alasannya? “Kamu udah masak tadi siang. Sekarang gantian.” Katanya santai sambil membuka kulkas.

   Tiny sempat protes, tentu saja. Tapi akhirnya pasrah. Apalagi setelah ingat ekspresi keluarga tadi siang…

   Wajah mereka? Kecut. Bukan karena marah, tapi karena rasa makanan.

   Gery dan Rez bahkan langsung komentar tanpa penyaring.

   “Tiny, ini masakannya lo masak atau lo siksa?”

   “Kayak rasa sayur yang nyasar ke laut.”

   Alicia sempat mencoba menyelamatkan keadaan dengan memberi saran, “Nggak apa-apa, lho. Cuma perlu dikurangin dikit garamnya. Sama cabenya. Sama micinnya… dikit aja.”

   Layla tidak berkata apa-apa. Senyum manis saja. Xion juga diam, hanya mengambil air putih dan meneguknya perlahan… sangat perlahan.

   Tiny sendiri? Ia tahu. Tapi tetap bertahan dengan wajah tebal dan mental baja.

   Dan karena itulah, malam ini Xion memutuskan untuk mengambil alih dapur sepenuhnya.

   Sekarang, piring-piring sudah kosong. Meja bersih. Dapur rapi kembali. Tiny duduk di sofa, memeluk bantal. Matanya melirik Xion yang sedang menuang teh hangat ke dua cangkir.

   Xion meletakkan dua cangkir teh di meja. Uapnya tipis, naik perlahan. Aroma melati samar menyelinap ke udara.

   Tiny memiringkan kepala, menatap cangkirnya. “Kamu suka teh malam-malam gini?”

1
Arisu75
Alur yang menarik
Vanesa Fidelika: makasih kak..

btw, ada novel tentang Rez Layla dan Gery Alicia lho..

bisa cek di..
Senyum dibalik masa depan, Fizz*novel
Potret yang mengubah segalanya, wat*pad
total 1 replies
Aiko
Gak bisa dijelaskan dengan kata-kata betapa keren penulisan cerita ini, continue the good work!
Vanesa Fidelika: aa seneng banget..makasih udah mau mampir kak. hehe

btw ada kisah Rez Layla dan juga Gery Alicia kok. silakan mampir kalau ada waktu..

Senyum Dibalik Masa Depan👉Fi*zonovel
Potret Yang Mengubah Segalanya👉Wat*pad
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!