Ratih Tidak Percaya Kalau Pernikahannya Dan Akmal Akan Berakhir Hancur, Lima Tahun Bukanlah Waktu Yang Singkat, Namun Saat Ratih Telah Melahirkan Putri Pertama Mereka Yang Sudah Lama Mereka Dambakan, Namun kenyataan Pahit Menimpa Ratih, Akmal Berselingkuh Dengan Teman Dekat Ratih Seorang Janda Beranak Dua.
"Lihat Saja Mas, Akan Ku Balas Pengkhianatanmu." Ratih Gelapa Mata, Ia Bersekutu Dengan Seorang Dukun, Dan Merencanakan Pembalasan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SANTET 12
Ratih Menyusuri Hutan Sengaja Tampa Alas Kaki, Beberapa Hewan Nampak Melihat Gerak-Gerik Ratih Dari Atas Pohon. Suara Burung Hutan Berkicau Didalam Pekatanya Malam, Peluh Bening Menetes Di Pelipis, Ratih Sudah Sampai Di Gubuk Bambu Ki Jambu Arsa, Ia Langsung Mematikan Obor Yang Ada Ditangan Nya.
"Ki... Ki Jambu Arsa..." Ratih Masuk Kedalam Rumah Ki Jambu Arsa, Namun Didalam Nampak Sepi, Cahaya Di Dalam Gubuk Ki Jambu Arsa, Yang Terlalu Temaram, Membuat Ratih Susah Melihat Dengan Jelas.
"Kemana Perginya Ki Jambu Arsa?" Ratih Bergumam, Mengigit Bibir Bawahnya Dalam-Dalam.
"Kau Mencari Ku?" Suara Seorang Pemuda, Sangat Muda Terdengar Dari Balik Seket Bilik Dalam Gubuk.
Ratih Berjingkrak, Ia Mundur Satu Langkah, Nafasnya Tak beraturan, Matanya Fokus Pada Suara Yang Ada Di Balik Bilik. "Siapa Disana?... Kemana Ki Jambu Arsa, Siapa Kamu?" Ratih Ragu, Namun Ia Lebih Takut Jika Dukun Kepercayaan Nya Hilang Begitu Saja.
"Aku Ki Jambu Arsa..." Suaranya Berbeda, Sangat Berbeda, Seorang Pemuda Tampan, Seperti Usia Dua puluh Delapan Tahu, Keluar Dari Balik Bilik Memperlihatkan Tubuh Yang Berbeda.
"Buka Kau Bukan Ki Jambu Arsa,... Siapa Kau Katakan Kemana Ki Jambu Arsa?" Ratih Kembali Mengucek Matanya, Ia Takut Salah Lihat Dan Salah Dengar, Karena Berjalan Terlalu Jauh Kedalam Hutan, Membuat Pandangannya Rabun, Dan Pendengarannya Kurang Jelas. "Aku Ngak Mungkin Budek... Aku Juga Ngak Mungkin Buta..." Ratih Kembali Memastikan.
Pria Muda Itu Berjalan Lebih Dekat Ke Arah Ratih Dengan Senyuman Yang Nyaris Sulit Diartikan.
"Ritual Mu Memakan Ari-Ari Bayi Malam Itu, Membuatku Kembali Awet Muda, Sudah Lama Aku Mendambakan Ini Selama Ratusan Tahun, Namun Tidak Ada Seorangpun Yang Berani Datang Pada Ku, Tapi Kesetiaan Mu Mampu Melakukan Semua Ritual Yang Kuberi Menjadikan Aku Seperti Ini, Meskipun Pergantian Wujudku Hanya Berlaku Beberapa Hari Tapi Setidaknya Membuat Ku Senang." Ki Jambu Arsa Tertawa, Giginya Yang Kemarin Lusa Itu Nyaris Hilang Karena Termakan Usia, Kini Sudah Ada, Seperti Gigi Pemuda Pada Umumnya.
Ratih Menelan Ludah, Mengusap Tengkuknya, Tidak Percaya Ki Jambu Arsa Ternyata Begitu Sakti. "Jadi ini Benar-Benar Kau Ki?... " Ratih Masih Memastikan Keraguannya.
"Kau Tidak Percaya?... Kau Ratih Yang Terluka Karena Suamimu Berselingkuh Dengan Seorang Wanita Yang Bernama Arimbi Kan? Lalu Kau Dibuang oleh Suamimu Ke Hutan, Dan Kau Bangkit Untuk Balas Dendam, Aku Yang Memberimu Santet Pitung Dino... " Ki Jambu Arsa, Mengingatkan Ratih Dengan Semua Ucapannya. "Bagimana Kau Masih Tidak Percaya Dengan Ku? Kalau Aku Adalah Ki Jambu Arsa?"
Ratih Kembali Menelan Ludah, Semua Yang Dikatakan Pemuda Itu Benar, Ratih Menarik Nafas Panjang Kali ini Ia Sudah Yakin Kalau Ki Jambu Arsa, Bisa Berubah Wujud Menjadi Laki-Laki Muda.
"Baik Duduklah, Apa Yang Membuat Kau Datang Lagi Kemari?" Ki Jambu Arsa Meminta Ratih Duduk Di Tikar Pandan.
Ratih Duduk Bersimpuh, Mengikuti Intruksi Yang Diberikan Ki Jambu Arsa. " Kedatangan Saya Kesini, Saya Mau Menanyakan Soal Ari-Ari Bayi Yang Saya Makan Ki?... Jika Ari-Ari Bayi Yang Saya Makan Mampu Merubah Ki Jambu Arsa, Jadi Kembali Muda Meskipun Untuk Beberapa Saat." Ratih Menunduk, Sebenarnya Ia Sedikit Menahan Tawa, Karena Ki Jambu Arsa Yang Sudah Renta Bisa Kembali Muda. "Bagimana Jika Saya Berhenti Memakan Ari-Ari Bayi Pada Malam Satu Suro, Karena Ari-Ari Bayi Yang Saya Makan, Dan Tidak Langsung Sebenarnya Bayi Itu Menjadi Tumbal Kan Ki?" Ratih Mencari Kejujuran Pada Wajah Sang Dukun.
Ki Jambu Arsa Menarik Nafas Dalam, Ia Kembali Menaruh Dupa Dan Kayu Cendana Kedalam Kendi, Di Atas Kedi ia Menaruh Keris Pusakanya. "Kau Mau Syarat Yang Lain?" Ki Jambu Arsa, Menatap Ratih Dari Atas Sampai Kebawah,
Ratih Kikuk "Iya Ki... Karena Saya Tidak Tega Jika Bayi-Bayi Tak- Berdosa Saya Jadikan Tumbal."
"Bisa Saja Jika Kau Mau Syara Yang Lain, Tapi Semua Yang Kau Punya Dalam Dirimu Akan Hilang, Mungkin Pelanggan Mu Tidak Akan Puas Seperti Biasanya, Dan Uang Yang Kau Dapat Akan Lebih Sedikit." Ki Jambu Arsa Tertawa Lirih, Seolah Menertawakan Keraguan Ratih. "Bagimana Kau Siap?... Dan Kesaktian Santet Yang Kuberikan Padamu Akan Hilang, Karena Hatimu Terlalu Baik Ratih." Ki Jambu Arsa Tersenyum Simpul.
Ratih Menatap Ke Langit-Langit Yang Gelap, Fikirannya Menerawang Jauh. Tentu Saja Ia Tidak Siap Jika Harus Kembali Susah.
"Kenapa Kau Harus Bingung, Malam Satu Suro, Hanya Ada Satu Tahun Sekali, Ini Sangat Menguntungkan Bagimu Dan Bagiku Juga Ratih."
Ratih Mengigit Bibirnya Dalam-Dalam, Sementara Ki Jambu Arsa Terus Memperhatikan Setiap Lekuk Tubuh Ratih, Saat Duduk Dengan Anggun. "Kau Ingin Menambah Energi Aura Mu Ratih?" Ki Jambu Arsa Mulai Menghasut Ratih, Agar Semua Yang Ia Inginkan Tercapai.
"Mau Ki..." Ratih Langsung Tertarik Dengan Ajakan Ki Jambu Arsa.
"Malam Ini Kita Kesendang, Saat Malam Suro Ketiga, Di Percaya Jika Berendam Disana, Wanita Akan Awet Muda, Dan Akan Terlihat Selalu Mempesona, Bukanya Kau Butuh Semua ini Untuk Kepentingan Mu," Ki Jambu Arsa Berbisik Lirih, Namun Hatinya Sambil Berucap Mantra Mantra Yang Membuat Ratih Semakin Terperdaya.
"Baik ki..."
Ratih Menurut, Malam Ini Saat Sedang Terang Bulan, Ki Jambu Arsa Dan Ratih Berjalan Menuju Sendang, Tidak Ada Fikiran Aneh-Aneh Yang Ratih Bayangkan, Ia Hanya Berfikir Segera Sampai Dan Berendam Disana, Aura Kecantikannya Bertambah, Semua Pelangannya Akan Bertambah Tunduk Padanya.
"Ki Sudah Sampai..." Ratih Ragu-ragu, Kembali Menatap Ki Jambu Arsa, Kali Ini Bukan lagi Wajah Keriput Yang Ia Lihat, Melainkan Pria Muda Yang Ia Kenal Tetap Aki-Aki Yang Membantunya Memberikan Ilmu Santet.
"Masuklah Cepat, Bulan Di Atas Sana, Sedang Terang Terangnya." Ki Jambu Arsa Tersenyum Simpul, Saat Ratih Mulai Masuk Kedalam Air Ia Kembali Membaca Mantra.
"Ndodokake Pengasihan Ingi Awak Ku, Ndodokake Ing Meripatku Ndodokake Ing Sanubariku.... " Ki Jambu Arsa Merapal Mantra Jawa Kuno, Ia Meniup Telapak Tangannya. Melempar Angin Ke Arah Tempat Ratih Berendam.
Ratih Muncul Dari Dalam Air, Matanya Mencari Ki Jambu Arsa, Penuh Hasrat Yang Membara. "Jambu Arsa... " Ratih Memangil Nama Ki Jambu Arsa, Di Balik Pekatnya Malam. Cara Ratih Memangil Sudah Seperti Pasangan Kekasih, Tidak Lagi Mengunakan Kata Ki... Melainkan Jambu Arsa.
Ki Jambu Arsa Muncul, Dengan Raut Wajah Berbinar, Kulit Tubuhnya Yang Asalnya Keriput Kini Berubah Gagah Muda, Kulitnya Berwarna Kunig Langsat, Saat Terkena Cahaya Bulan Yang Menyinari Air Sendang.
"Jambu Arsa... " Ratih Beranjak Dari Air, Mendekati Ki Jambu Arsa, Yang Sedang Berdiri Mematung Di Dekat Pohon Pakis.
"Ratih... " Suara Ki Jambu Arsa, Mengundag Hasrat.
Ratih Tidak Sadar Berjalan Ke Arah Ki Jambu Arsa, Ratih Lupa Segalanya, Menyentuh Lembut Dada Ki Jambu Arsa Yang Bidang, Mengajak Ki Jambu Arsa Bercengkrama Di Bawah Pohon Pakis Yang Daunya Menutup Seperti Pintu Besar "Sebentar Lagi Ratih... Sebentar Lagi Semua Yang Aku Harapan Akan Tercapai Berkat Mu!" Gumam Ki Jambu Arsa Tersenyum Licik, Di Balik Memanfaatkan Ratih Akal Tuanya Telah Merencanakan Sesuatu.