NovelToon NovelToon
Istri Jenderal Yang Mencuri Hatinya

Istri Jenderal Yang Mencuri Hatinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Romansa Fantasi / Cinta Seiring Waktu / Era Kolonial / Mengubah Takdir / Cewek Gendut
Popularitas:949.4k
Nilai: 4.9
Nama Author: ICHA Lauren

Aku membuka mata di sebuah ranjang berkelambu mewah, dikelilingi aroma parfum bunga yang asing.
Cermin di depanku memantulkan sosok wanita bertubuh besar, dengan tatapan garang dan senyum sinis—sosok yang di dunia ini dikenal sebagai Nyonya Jenderal, istri resmi lelaki berkuasa di tanah jajahan.

Sayangnya, dia juga adalah wanita yang paling dibenci semua orang. Suaminya tak pernah menatapnya dengan cinta. Anak kembarnya menghindar setiap kali dia mendekat. Para pelayan gemetar bila dipanggil.

Menurut cerita di novel yang pernah kubaca, hidup wanita ini berakhir tragis: ditinggalkan, dikhianati, dan mati sendirian.
Tapi aku… tidak akan membiarkan itu terjadi.

Aku akan mengubah tubuh gendut ini menjadi langsing dan memesona.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gagal Dipermalukan

Ruangan seketika hening setelah sindiran Nateya kepada Amara. Elias, yang merasa situasi akan semakin runyam, segera bertindak cepat. Ia menarik kursi di samping Julian, lalu dengan nada tegas menegur,

“Sudahlah, Seruni. Tidak perlu repot menyuruh Amara. Aku bisa duduk di sini, dan aku bisa mengambil makanan sendiri tanpa bantuan siapa pun.”

Nateya menoleh sekilas, senyumnya tipis dan penuh makna. “Baiklah, kalau begitu, terserah Jenderal saja,” balasnya dengan nada datar.

Dengan tenang, Nateya mulai mengambilkan makanan untuk Anelis dan Julian: nasi liwet, sedikit lodeh, lalu beberapa potong sate kambing yang sudah dipotong kecil agar mudah dimakan. Tangannya terampil, seakan sudah terbiasa melayani anak kecil.

Melihat momen itu, Amara segera mencari celah. Ia bangkit dari kursinya dengan langkah gemulai.

Dengan wajah manis yang dibuat-buat, ia mengambil sendok saji dan mulai menyendokkan lauk-pauk ke piring Nateya.

“Kak Seruni, cepatlah makan,” tutur Amara selembut mungkin, tetapi cukup keras agar seluruh ruangan mendengar.

“Biar aku saja yang membantu Anelis dan Julian. Biasanha Kak Seruni gampang naik darah kalau lapar. Semua makanan sudah disiapkan Mama khusus untuk Kak Seruni supaya lebih tenang.”

Beberapa tamu melirik, ada yang tersenyum samar, ada pula yang berbisik pelan. Cornelia tampak menahan senyum puas, jelas menganggap Amara berhasil menyindir.

Namun, Nateya hanya melirik piring itu, lalu dengan gerakan anggun menggesernya menjauh. Senyumnya tidak hilang, meski sorot matanya tajam menusuk.

“Ah, sejak kapan adikku yang manis ini begitu perhatian?” sindirnya halus.

"Sayangnya, perhatianmu bisa berdampak buruk bagi kesehatanku, Amara. Sebagai adik yang baik seharusnya kau tahu, kalau aku tidak boleh makan terlalu banyak, apalagi makanan manis.”

Ia berhenti sejenak, menatap Amara dari ujung kepala hingga kaki, lalu menambahkan dengan suara dingin.

“Semua makanan ini bisa membuatku sakit bahkan memperpendek usia. Dokter sendiri yang mengatakannya. Apa kau dan Tante Cornelia lupa, atau pura-pura tidak tahu?”

Suasana meja makan sontak menegang. Para tamu yang mendengar menahan napas, beberapa bahkan menundukkan kepala pura-pura sibuk dengan piring mereka.

Amara langsung pucat, tangannya bergetar. “Jangan salah paham, Kak… aku tidak bermaksud begitu.” katanya tergagap.

“Cukup!” suara berat Jenderal Adrian memotong tajam. Matanya menatap Amara dengan sorot penuh wibawa.

“Amara, duduklah kembali di kursimu. Tidak ada gunanya ribut soal hal sepele di meja makan. Aku ingin makan dengan tenang.”

“B-but, Papa….”

Amara mencoba membela diri, tetapi tatapan tajam sang ayah membuatnya tak bisa berkata lebih. Dengan kesal ia kembali duduk, meski dalam hati membara ingin membalas Seruni.

Cornelia menatap anak tirinya dengan geram, sementara Elias hanya bisa menarik napas panjang, mencoba menahan ledakan yang ia tahu bisa muncul kapan saja.

Nateya tersenyum samar, lalu ia mulai memilih makanan yang tidak berlemak. Ia hanya mengambil sepotong kroket daging, sedikit gudeg telur, dan potongan buah untuk pencuci mulut

Gerakannya sederhana, tetapi justru membuat beberapa kerabat terheran. Biasanya, Seruni dikenal rakus, tetapi kini i menahan diri, dan sama sekali tak tergoda dengan hidangan berlimpah.

Amara melirik ibunya dengan gelisah. Sorot matanya seperti memberi isyarat : Sekarang giliran Mama.

Cornelia yang sedari tadi menunggu, tersenyum licik. Ia segera berdiri dari kursinya dan menepuk kedua tangannya.

“Hadirin sekalian,” ucap Cornelia dengan suara nyaring beraksen Belanda. “Sebagai puncak acara malam ini, izinkan saya menyampaikan rasa syukur atas kesembuhan suami saya, Jenderal Adrian. Untuk itu, kami akan menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua tamu yang telah hadir.”

Perempuan paruh baya itu berhenti sejenak, senyumnya melebar. “Dan kali ini, kata sambutan akan diberikan oleh putri pertama kami, Seruni, dalam bahasa Belanda dan Inggris."

Seketika ruangan riuh dengan bisik-bisik. Semua mata tertuju pada Nateya. Ada yang tampak penasaran, ada pula yang menahan tawa kecil, seolah sudah membayangkan Seruni akan menjadi bahan tontonan memalukan.

Elias langsung menegang. Ia tahu betul Seruni tidak pernah bisa tampil di depan banyak orang tanpa gemetar. Apalagi, bahasa Inggrisnya, jangankan lancar, mengucapkan satu kalimat lengkap pun terbata-bata.

Tak ingin sang istri menjadi bahan cemooh, Elias bangkit cepat. Ia melangkah maju dan berkata kepada mertuanya.

“Papa, bolehkah saya saja yang mewakili Seruni? Kebetulan Seruni belum selesai makan, jadi—”

Belum sempat ia menutup kalimatnya, Nateya sudah berdiri. Gaun malamnya berkilau diterpa lampu kristal, wajahnya tegak tanpa ragu.

“Tidak perlu, Elias,” katanya lantang. “Aku sudah selesai. Aku akan memberikan sambutan sekarang.”

Ruangan seketika hening. Semua orang menatapnya.

Elias menahan napas, sementara Amara dan Cornelia saling melempar senyum penuh keyakinan bahwa Seruni akan mempermalukan dirinya sendiri.

Di luar dugaan, Nateya berjalan ke tengah ruangan dengan mantap. Tatapannya lurus, penuh wibawa.

Ia menunduk hormat kepada sang ayah, lalu mengangkat wajahnya, menyapu seluruh ruangandengan pandangan penuh percaya diri.

Dengan suara mantap dan intonasi jelas, ia mulai berbicara dalam bahasa Belanda.

Kerabat-kerabat Belanda saling berpandangan, terkejut. Mereka mengangguk-angguk, kagum mendengar kefasihan Nateya.

Nateya pun berhenti sejenak, menghela napas untuk mengambil jeda.

Amara yang duduk di kursinya mulai tersenyum miring. Sebentar lagi Seruni akan kehabisan kata-kata, ia pasti tak bisa berbahasa Inggris.

Namun, detik berikutnya, seluruh ruangan membeku ketika Nateya dengan mulus berganti bahasa Inggris. Ucapannya jelas, tegas, penuh kharisma.

“Ladies and gentlemen, tonight we are not only celebrating my father’s recovery, but also the strength of unity in our family. In hardship we learn patience, in sickness we learn gratitude, and in every trial, we learn love.”

Para tamu terdiam, beberapa bahkan bertepuk tangan kecil dengan takjub.

Elias terpaku di tempatnya, matanya melebar melihat penampilan Seruni. Begitu pula dengan Jenderal Adrian yang mengangguk bangga

Berbeda dengan reaksi semua orang, Cornelia dan Amara justru menegang di kursi. Wajah mereka memucat, jelas tak menyangka Seruni bisa tampil sedemikian lancar dan percaya diri.

1
Erna Fkpg
selamat berbahagia untuk aldric akhirnya diterima juga lamarannya untuk seruni semoga lancar sampai hari pernikahan
Mamae Daffa
kenapaa ak yg sneng yaa😁😁
Dyana
happy ending y kk author.. 🙏...
adik tiriny nateya klo pun dtag utk bls dendam.. please jgn sampe brakibat fatal.... bisr lh nateya bahagia kk.. jauh2 mnyebrag k Novell, kn kasihan klo sad endinv🤭
Dewiendahsetiowati
apakah Amara sudah tau tentang kematian Elias
Yani Cuhayanih
pas acara pernikahan undang ya aldrich ..kita kan best friend forever di dunia novel..thor tolong tulis namaku di surat undangan dengan huruf bhs Indonesia saja..kalo bhs belanda aku gk ngerti tak kira itu undangan pertempuran perang ketiga..janganlah buat aku pusing ,karena nungguin othor up saja sudah membuat ku puyeng karena lama menungu 🤭
snowwhite risca: Maaf y Kak kalau lama, othornya lg pengen liburan he3. Undangan Spesial Resepsi Pernikahan Aldrich-Seruni : Noni Yani Cuhayanih- Tamu Kehormatan 😍
total 1 replies
Hary Nengsih
akhirnya langsung gaspol
Nda
luar biasa,novel mu keren thor..
Amaya Fania
oh iya emang harus dicerai waktu udah jadi cantik biar makin sakit hati. lagaknya elias udah kaya cowok paling cakep sedunia aja
Andi Fitriani
hatiku berdebar menunggu kata selanjutx🤭
Yani Cuhayanih
Seruni maukah kau menikah denganku 😍 begitulah kira2 ucapan aldrich saat di restoran 🤭
chataleya
mungkin seruni mau dilamar 🤭🤭🤭 aku deg-degan thor... 🙈🙈🙈
Kusmawati Hartono
menyala pelakor 😝😝😝
pinpin
Kasian kalo Elias meninggal 😭
kalea rizuky
q demen sama orang yg blg penjajah karena kenyataan nya emank penjajah bkin sengsara
Yani Cuhayanih
kuharap acara pdkt seruni dan aldrich tdk bertele tele..keburu tahun baru..hd akhir tahun status seruni berubah jadi nyonya Aldrich
Mamae Daffa
😭😭😭sumpah Thor aku nangis kejer pas Elias di makamkan kasian ngerasain Julian dan anelis..pas adegan Julian ingin jadi seperti Elias ya Allah 😭😭
Mamae Daffa
aku nangis kasian lihat Elias knp bukan Amara aja yg mati Thor😭😭😭
Hary Nengsih
kapan nateya balik k raganya
Arin
Baguslah.... Tak sia-sia Nateya bertukar jiwa dengan Seruni. Dan membalik semua kesialan Seruni jadi keberuntungan dalam hidup nya
Semoga keberuntungan juga kepada Nateya bisa kembali kedunia nyata dan bersatu dengan kembaran Aldric 😁😁😁
Susanty
serakah gaa sih Thor kalo minta banyak. 1 aja kurang, apalagi menunggu 🤭🤣🤣

Selamat jalan Elis semoga tenang di keabadian 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!