NovelToon NovelToon
Bayangan Si Cupu Tampan

Bayangan Si Cupu Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Taufik

Di balik kacamata tebal, kemeja kusut, dan sepatu bolongnya, Raka Arya Pratama terlihat seperti mahasiswa paling cupu di kampus. Ia dijauhi, dibully, bahkan jadi bahan lelucon setiap hari di Universitas Nasional Jakarta. Tidak ada yang mau berteman dengannya. Tidak ada yang peduli pada dirinya.

Tapi tak ada yang tahu, Raka bukanlah mahasiswa biasa.

Di balik penampilan lusuh itu tersembunyi wajah tampan, otak jenius, dan identitas rahasia: anggota Unit Operasi Khusus Cyber Nusantara,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menunjukkan kehebatan

Situasi makin menegang.

Suara anak-anak yang menangis menyayat telinga, terdengar jelas di antara langkah sepatu bot dan teriakan kasar para perampok. Seorang ibu mencoba menenangkan anaknya yang terus meraung sambil menutup mata. Seorang pria tua berusaha melindungi cucunya dengan tubuhnya sendiri.

Cheviolla berdiri di tengah ruangan, napasnya tak teratur. Matanya menatap ke sekeliling, mencoba mencari celah, tapi otaknya terasa buntu. Ini bukan skenario yang bisa ia kendalikan dengan argumen atau gertakan.

Dia terjebak.

Di sampingnya, Raka masih menunduk, menempel seperti lem pada lengannya. Lengan itu masih dirangkul erat, seperti bocah SD yang takut disuntik. Tapi—mata cowok itu kadang melirik ke sekeliling, dan senyum tipis di sudut bibirnya tak pernah hilang.

“Heh,” desis Cheviolla pelan, mencoba menarik lengannya, “bisa gak sih berhenti pegang-pegang?”

Tapi Raka hanya memeluk lebih erat, bahkan bergumam pelan, “Tapi... tapi aku takut... nanti kamu disandera terus aku sendirian... hiks.”

Cheviolla mendesis kesal. Kenapa cowok ini malah manja di saat seperti ini?!

Namun sebelum ia bisa mengomel lebih jauh—

Seorang perampok, wajahnya setengah tertutup syal, berjalan mendekat sambil menurunkan senjatanya sedikit. Matanya menatap Cheviolla... tidak seperti pada yang lain.

Bukan waspada. Bukan sekadar ancaman. Tapi... penuh niat.

“Yang itu,” katanya pada kawannya sambil menunjuk. “Kita butuh sandera yang berharga. Cantik, kayak gini pasti diprioritaskan polisi.”

Semua mata langsung menoleh.

Cheviolla menegang. “Apa maksudmu?” desisnya dengan mata menyipit.

Perampok itu mencibir. “Gak usah sok berani, Nona. Lo ikut gue.”

Tangannya terulur, hendak menarik pergelangan tangan Cheviolla.

“JANGAN SENTUH DIA!”

Sebuah suara melengking kencang, membuat semua kepala menoleh.

Itu suara Raka.

Dengan suara nyaring, dia berdiri di depan Cheviolla, seolah hendak melindunginya, meski tubuhnya gemetar. Bahkan kacamata plesternya hampir jatuh.

Tangannya terentang lebar, seperti tameng hidup—tapi dengan ekspresi... cupu yang tetap dipertahankan.

“Jangan ambil dia, ambil aku aja! Aku... aku anak ketua RT!” teriaknya nyaring, sambil menunduk takut-takut.

Perampok itu tertegun sejenak, lalu tertawa keras.

“Hah? Lu pikir polisi bakal peduli sama anak ketua RT, hah? Minggir!”

Suara perampok itu menggertak keras, senjatanya sudah diarahkan tepat ke kepala Raka. Namun pemuda culun berkacamata plester itu hanya berdiri diam, seolah tak sadar akan ancaman di depannya.

Namun tak seorang pun menyadari…

Tatapan mata di balik kacamata pecah itu telah berubah.

Raka menunduk sedikit, lalu bergumam dengan suara lirih,

“...sedikit lagi... ayo, mendekat sedikit lagi...”

Perampok itu, merasa di atas angin, tertawa meremehkan dan melangkah setengah maju, berniat mendorong atau memukul Raka supaya minggir. Tapi—itu justru yang ditunggu.

BRAK!

Dalam sepersekian detik, Raka mengayunkan kakinya ke atas dengan kecepatan kilat. Sepakan tajam menghantam tangan si perampok dari bawah, membuat pistol itu terlempar ke udara sebelum si perampok sempat menyadarinya.

Belum sempat semua orang bereaksi, tangan Raka yang satu lagi telah bergerak ke samping—mengambil dua buah piring kecil dari meja terdekat, yang sebelumnya ia ambil diam-diam sambil berpura-pura gemetar.

Sreeet!

SRAK! SRAK!

Kedua piring melesat seperti cakram logam, menghantam kepala dua perampok lainnya yang mencoba menodong pengunjung. Tanpa suara teriakan, hanya “duk!”, keduanya jatuh pingsan, kepala mereka tertunduk di antara meja yang berserakan.

Semua orang di dalam kafe membeku.

Termasuk Cheviolla.

Matanya melebar, menatap piring-piring yang pecah di lantai dan tubuh dua perampok yang tak sadarkan diri.

Dan Raka... berdiri dengan tenang, bahkan sempat membetulkan posisi kacamatanya yang miring.

Senyum di sudut bibirnya pun lebih jelas dari sebelumnya.

Namun saat mata Cheviolla menatapnya tajam, Raka buru-buru menjatuhkan tubuhnya ke lantai sambil memegangi lutut.

“Aduh! Aduh! Kakiku... kok bisa keram sekarang sih...!”

Dengan suara cempreng dan raut wajah panik, ia kembali menjadi sosok cupu yang menggelikan, membuat siapa pun akan berpikir tadi hanyalah keberuntungan semata.

Cheviolla masih membeku.

Tadi itu... bukan ‘keberuntungan’.

Itu refleks. Itu pengalaman. Itu akurasi... dan itu bukan milik cowok cupu pemalu berkacamata plester.

“...Lu... siapa... sebenernya...”

1
Suyono Suratman
mantap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!