NovelToon NovelToon
TIGA AYAH SATU IBU

TIGA AYAH SATU IBU

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Hamil di luar nikah / Cinta Seiring Waktu / Kaya Raya
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Jihan Hadid, seorang EO profesional, menjadi korban kesalahan identitas di rumah sakit yang membuatnya disuntik spermatozoa dari tiga pria berbeda—Adrian, David, dan Yusuf—CEO berkuasa sekaligus mafia. Tiga bulan kemudian, Jihan pingsan saat bekerja dan diketahui tengah mengandung kembar dari tiga ayah berbeda. David dan Yusuf siap bertanggung jawab, namun Adrian menolak mentah-mentah dan memaksa Jihan untuk menggugurkan kandungannya. Di tengah intrik, tekanan, dan ancaman, Jihan harus memperjuangkan hidupnya dan ketiga anak yang ia kandung.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Setelah mereka berdua dari kamar Adrian, David mengetuk pintu kamar Jihan.

Tok.... tok.... tok.....

"Jihan, apa aku boleh masuk?" tanya David.

David menunggu jawaban dari Jihan yang bisanya langsung mengijinkannya untuk masuk.

David kembali mengetuk pintu dan masih tidak ada jawaban.

Yusuf yang melihatnya langsung menghampirinya.

"Ada apa?" tanya Yusuf.

"Dari tadi aku mengetuk pintu, tapi tidak ada jawaban dari Jihan." jawab David.

David dan Yusuf akhirnya nekat membuka pintu dan mereka melihat Jihan yang sedang menghadap ke arah tembok.

Mereka berdua menghampiri Jihan yang mereka kira sedang tidur nyenyak.

"Jihan...." panggil David.

David melihat bercak merah di selimut yang digunakan oleh Jihan.

Ia langsung membuat selimut Jihan dan betapa terkejutnya ketika melihat darah di tempat tidur Jihan.

"JIHAN! KAMU KENAPA, JIHAN!!"

David melihat luka tembak yang ada di perut Jihan.

Adrian yang mendengar teriakan David langsung bangkit dari tempat tidur.

David langsung membopong tubuh Jihan yang terkulai lemas.

"Ada apa dengan, Jihan? Dia kenapa?" tanya Adrian.

David menangis dan mereka bertiga langsung membawa Jihan ke rumah sakit.

Adrian duduk di kursi belakang, memeluk tubuh Jihan yang semakin dingin.

Darah terus merembes dari luka di perutnya. Wajah Jihan pucat, napasnya tersengal-sengal dan matanya mulai menutup perlahan.

"Jangan tidur, Jihan. Aku mohon tetap buka matamu," bisik Adrian dengan suara parau.

David yang menyetir, menginjak gas hingga pedal nyaris menyentuh lantai.

Yusuf di sampingnya terus menelepon rumah sakit.

"Kami dalam perjalanan! Pasien perempuan, luka tembak di perut! Siapkan ruang operasi! Tolong cepat!”

Tak berselang lama David menghentikan mobilnya di depan ruang UGD.

Perawat yang sudah menunggu merdeka mereka langsung meminta Adrian menaruh tubuh Jihan ke atas ranjang dorong.

"D-dia sedang hamil, tolong selamatkan dia." ucap Adrian.

Perawat langsung mendorong brankar dan membawanya ke ruang operasi.

"Siapa yang melakukannya? Bagaimana kita bisa kecolongan?" tanya Adrian dengan wajah penuh emosi.

Yusuf masih melacak rekaman cctv yang terhubung lewat ponselnya.

"Bukankah ini Ares, anak buah Leonardo?" Yusuf memperlihatkan ponselnya kepada Adrian dan David.

Adrian melihat bagaimana Ares membius dan menembakkan perut Jihan.

"Sial!! Kita kecolongan dan mereka menginginkan anak kita mati." ucap Adrian.

David mengamuk dan melayangkan pukulannya ke dinding rumah sakit.

Sementara itu di ruang operasi disaat dokter sedang mengeluarkan dua peluru di perut Jihan.

Dua peluru... satu bersarang dekat liver. Harus dikeluarkan sekarang!”

“Tekanan darah turun drastis, Dok!” teriak perawat.

“Siapkan defibrillator!”

“Satu, dua, tiga. CLEAR!”

Dokter mencoba kembali untuk melakukan kejut jantung dan berharap Jihan bisa kembali hidup.

Di alam bawah sadarnya Jihan sedang berada di taman yang begitu indah.

Ia melihat banyak sekali kupu-kupu disana dan warnanya sangat indah sekali.

"Mama Jihan, Mama Jihan." panggil mereka bertiga.

Jihan melihat dua anak lelaki dan satu anak perempuan kembar.

"Kalian siapa?" tanya Jihan.

"Kami bertiga anak Mama Jihan dan kami mengajak Mama untuk kembali ke dunia." jawab mereka bertiga.

Mereka bertiga menggandeng tangan Jihan dan mendorongnya jatuh ke sebuah cahaya yang terang.

"Detak jantung kembali normal," ucap perawat.

Dokter langsung bernafas lega dan kembali melakukan operasi.

Di depan ruang operasi, mereka bertiga mondar-mandir seperti setrika.

"Kenapa lama sekali? Apa yang terjadi di dalam sana? gumam Adrian, David dan Yusuf.

Adrian menatap pintu ruang operasi yang masih belum saja dibuka.

Sampai beberapa menit kemudian dokter keluar dan memanggil mereka bertiga.

"Bagaimana keadaan Jihan, dok?" tanya Adrian.

"Pasien masih kritis dan harus kami observasi selama 24 jam." jawab dokter.

Dokter Jihan mengatakan kalau tadi Jihan sempat kehilangan detak jantungnya dalam beberapa detik.

"Tapi anak kami baik-baik saja kan?" tanya Yusuf.

"Semuanya baik-baik saja dan tinggal menunggu kabar baik dari pasien."

Setelah itu dokter kembali masuk ke ruang operasi.

Tak berselang lama perawat memindahkan Jihan ke ruang ICU.

Mereka bertiga melihat Jihan yang pucat dengan banyak alat medis yang menempel di tubuhnya.

"Mereka harus membayar apa yang sudah mereka lakukan kepada Jihan." ucap Adrian.

David menganggukkan kepalanya dan mengatakan kalau Ziiya sudah mencari keberadaan Ares, Leonardo dan Maria.

"Sekarang yang harus kita pikirkan adalah kesembuhan Jihan." ucap Yusuf sambil mengusap air matanya.

Adrian dan David mengangguk kecil sambil melihat Jihan yang masih di ruang ICU.

Mereka bertiga tidak mengalihkan pandangannya sama sekali.

Detik di jam dinding berjalan terus sampai langit berubah menjadi gelap.

Mereka masih setia menunggu Jihan yang masih di ruang ICU.

Mesin monitor detak jantung berdetak stabil. Lalu... kelopak mata Jihan perlahan terbuka.

Matanya menatap langit-langit putih yang asing. Bau antiseptik, suara mesin, dan rasa sakit samar di perut membuatnya bingung.

"Ah..." desahnya lirih.

Perawat yang berada di sisi ranjang terkejut lalu bergegas keluar.

“Dokter, pasien sudah sadar!” ucap perawat.

Beberapa detik kemudian, dokter masuk bersama dua perawat lainnya.

Dokter langsung masuk dan memeriksa keadaan Jihan yang baru sadar.

“A-aku, di mana?” tanya Jihan dengan suara lirih.

“Anda di rumah sakit, Nona. Anda terkena luka tembak dan masih dalam masa pemulihan.” jawab dokter.

“Rumah sakit...? Tapi seharusnya aku sekarang harus ada dikantor”

"Siapa nama anda?" tanya dokter.

“Jihan Hadid."

“Baik, sekarang saya mohon anda tetap tenang dan saya akan memanggil orang-orang terdekat Anda.”

Dokter keluar dan memanggil Adrian, David dan Yusuf.

Adrian, David, dan Yusuf masuk ke dalam ruang ICU dengan wajah panik.

“Jihan, akhirnya kamu sadar.n” ucap Adrian sambil menahan tangisnya.

Jihan mengernyitkan keningnya saat melihat mereka bertiga.

“Jihan, kamu nggak apa-apa?” tanya David.

“Kalian siapa? Kenapa kalian di sini?” tanya Jihan yang tidak mengenal mereka bertiga.

Mereka saling pandang dan terkejut melihat Jihan yang tidak mengenal mereka.

“Sayang, aku Adrian. Aku calon suamimu." Adrian menggenggam tangan Jihan.

Jihan kembali menggelengkan kepalanya dan mengatakan kalau ia tidak mengenal mereka.

“Calon suami? Aku tidak kenal kalian, maaf…”

Dokter mengajak mereka bertiga ke luar dari ruang ICU.

Mereka bertiga mengikuti dokter keluar dari ruang ICU dengan langkah berat.

Wajah Adrian memucat, matanya kosong seperti kehilangan arah.

David dan Yusuf hanya bisa diam, mencoba menahan emosi yang mengaduk-aduk dada mereka.

Di luar, dokter menatap mereka dengan ekspresi serius.

“Kami menduga pasien mengalami gejala post-traumatic amnesia. Itu bisa terjadi setelah trauma hebat atau cedera yang mengancam nyawa.”

“Jadi, dia benar-benar nggak ingat kami?” tanya David, suara parau.

“Untuk sementara, iya. Tapi ini bisa bersifat sementara maupun permanen, tergantung dari respons otaknya dalam beberapa hari ke depan.”

“Tidak, dia nggak boleh lupa semuanya. Tidak sekarang. Tidak setelah semua yang sudah kami lalui.” ucap Adrian sambil mengacak-acak rambutnya.

“Saran saya, jangan paksa dia mengingat apa pun. Biarkan memorinya pulih secara alami. Tekanan justru bisa memperparah keadaannya.”

Yusuf mengangguk, meski wajahnya masih tegang.

“Berarti kita harus mulai dari awal dengan dia…”

“Iya. Bersikaplah sabar, tenang, dan jangan membicarakan trauma atau kejadian penembakan.

Kami akan terus memantau kondisi mentalnya, terutama karena dia sedang hamil. Stres bisa membahayakan janin.”

Adrian menatap ke jendela ruang ICU, tempat Jihan berbaring, matanya kosong dan kebingungan.

“Jihan, tunggu aku. Aku akan buat kamu jatuh cinta lagi. Bahkan kalau harus mulai dari nol.”

"Kita pastikan agar Ares dan Leonardo membayar semua ini.”

“Tapi yang paling utama adalah kesembuhan Jihan.” ucap Yusuf.

1
kalea rizuky
jangan ngaco deh dalam islam g boleh poliandri/Shame//Drowsy/
my name is pho: dalam hal mendesak boleh kak
saya sudah tanya ke pak penghulu langsung 😭
nikahnya di luar negeri
total 1 replies
kalea rizuky
kok bisa di perkosa
kalea rizuky
emang boleh dalam islam poliandri
kalea rizuky
jd inget novel sebelah yg nikah ma paman angkatnya yg kembar /Curse/ nganu aja gantian astaga
kalea rizuky
ngidam mu nyusain
kalea rizuky
berasa bersuami 3/Curse//Curse/
my name is pho: senangnya dalam hati
kalau bersuami tiga
total 1 replies
Rohana Omar
sedap2 baca cuma 1 bab yg di upnya.. buat aq tertanya2 apa kisah selanjutnya....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!