NovelToon NovelToon
Terima Kasih "Teman"?

Terima Kasih "Teman"?

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Persahabatan / Romansa
Popularitas:823
Nilai: 5
Nama Author: Bintang Arsyila

Shafa dan Juna. Dua manusia yang menamai hubungan mereka sebatas kata "teman".
Namun jauh di lubuk hati terdalam mereka, ada rasa lain yang tumbuh seiring berjalannya waktu dan segala macam ujian kehidupan.
cerita pertama aku..semoga kalian suka yah. see yaa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bintang Arsyila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

chapter 12

"besok mau ada rencana kemana?" tanya Faiz menghampiri Shafa yang saat itu sedang memakan bekalnya di sela sela waktu istirahat.

"eh?? Oh besok, mau nganter teman keluar kota" jawab Shafa setengah terkejut karena Faiz yang mendadak duduk didepannya.

"teman cowok yang tiap hari jemput?"

"iya.."

Faiz manggut manggut mendengar jawaban Shafa. Diliriknya bekal nasi sedang di makan Shafa, "bawa bekal dari rumah?" lanjutnya penasaran

"iya, tiap hari bawa dari rumah"

"kayanya enak" sambung Faiz masih melirik tempat nasi Shafa.

"enak, buatan ibu soalnya" senyum Shafa mengembang menjawab pertanyaan Faiz.

"gak mau nawarin?"

"hhmm??" bingung Shafa namun tak berapa lama Shafa menutup mulutnya karena mengerti maksud Faiz

"eh bos mau?" canggung Shafa dengan tangan yang memindahkan kotak bekalnya ke hadapan Faiz.

"hehehe gak usah. bercanda doang" jawab Faiz sedikit mengacak rambut Shafa.

Ini bukan kali pertama Faiz melakukan sentuhan fisik kepada Shafa, namun Shafa masih merasa belum nyaman diperlakukan seperti itu oleh Faiz. Buktinya dengan respon tubuh Shafa yang selalu berjengkit kaget ketika Faiz melakukan sentuhan fisik terhadapnya. mungkin karena perkenalannya dengan Faiz yang masih belum lama.

"yaudah lanjutin makannya. Gue ke atas lagi" pamit Faiz yang berdiri kemudian mengusap kembali sedikit rambut Shafa. Shafa masih merasakan kejut dengan ulah Faiz kepadanya, namun sebisa mungkin tidak menunjukkannya.

"usap usap rambut gue mulu, gimana kalo ketombe gue pada jatoh?" gumam Shafa menciumi rambutnya yang untung sudah dia keramasi tadi pagi sepulangnya dari pasar.

Seperti biasa, Juna akan menjemput Shafa. Bedanya, sekarang dia menjemputnya malam hari. Hampir pukul sebelas malam Shafa baru keluar dari cafe tempat ia bekerja. Juna yang saat itu mengendarai mobil, keluar dari dalam kendaraannya ketika melihat sosok yang ditunggunya. Shafa melambaikan tangan dan menghampirinya dengan sebotol capuccino di tangannya. Juna yang melihatnya, secara mendadak mengambil botol tersebut dan mengendusnya

"tumben bukan susu coklat? Gak sakit perutnya minum ini?" tanya Juna yang tahu kalau Shafa tidak bisa minum kopi sama sekali karena penyakit asam lambung yang dideritanya.

"agak ngantuk tadi waktu kerja..jadi coba nyicip dikit. tuh sisanya masih banyak" tunjuknya pada botol tersebut yang masih dipegang Juna. Dan benar saja, Shafa mungkin hanya mencicipinya sedikit karena isi di dalamnya masih banyak.

"jangan bandel" ucap Juna dengan jari tangannya yang menoyor sedikit kening Shafa.

"ishh iya" balas Shafa dengan cemberut dan mengusap ngusap keningnya.

Tak lama, Faiz ikut keluar dari dalam cafe dan menghampiri keduanya.

"udah datang jemputannya?" tanya Faiz yang saat ini sudah berada di hadapan Shafa.

"iya bos. Kita duluan ya" pamit Shafa agak menarik sedikit kaos yang dipakai Juna. Sedangkan Juna hanya sedikit menganggukkan kepalanya, sekedar menghormati bos dari temannya. Faiz memberikan senyum untuk keduanya sampai mobil yang dikendarai Shafa dan temannya menghilang, senyum tersebut tergantikan dengan wajah datar yang jarang diperlihatkannya di depan orang lain.

"kenapa?" tanya Juna yang sedikit curiga dengan gerak gerik temannya itu.

"apanya?" tanya balik Shafa

"tumben gak mau ngobrol dulu sama bosnya"

"udah malem, pengen cepat pulang. Besok kan kita mau jalan lagi" Shafa beralasan. Entahlah, baru baru ini ia merasa sedikit tidak nyaman jika berada di dekat Faiz. Shafa tak tahu apa alasannya, hanya merasa tidak nyaman saja.

"gue udah chat Nadia"

Shafa menoleh terkejut ke arah Juna yang sedang menyetir.

"terus gimana?" tanya Shafa antusias

"dia mau"

"beneran? Syukur deh kalau gitu"

Tepat pukul tujuh, Juna sudah kembali ke rumah Shafa. Ibu Shafa yang sedang menyapu di halaman teras mengajak Juna untuk mengobrol sejenak sembari menunggu Shafa yang sedang bersiap siap.

"kamu gak cape antar jemput Shafa terus?" tanya ibu Shafa

"nggak kok Bu. Belum ada kegiatan juga, jadi daripada diam di rumah terus. sekalian cari udara di luar" jawab Juna beralasan.

"cuma seminggu lagi kok Bu..Minggu depan dia udah gak bakal keliatan batang hidungnya lagi" sambar Shafa yang keluar dari pintu rumahnya dengan sesekali mengaca di jendela rumahnya. Hari ini ia memakai jeans yang dipadukan dengan blouse gaya Sabrina putih. Rambutnya ia ikat ponytail dan jangan lupa poni yang selalu menghiasi keningnya. Ia juga memakai sepatu Converse putih.

"ih ko kembaran kita?" Shafa terkejut karena Juna yang sekarang memakai jeans dan kaos putih juga sepatu putih Converse nya.

Juna hanya mengendikan bahunya santai, karena ia juga baru sadar kalau gaya berpakaiannya bisa mirip dengan Shafa.

"Minggu depan udah mulai kuliah?" lanjut ibu Shafa yang sudah tahu kalau Juna akan melanjutkan kuliahnya di luar kota.

"iya Bu." Juna tersenyum membalas pertanyaan ibu Shafa

"berangkat sekarang yuk, ntar kelamaan Nadia nunggu kita" sambung Shafa.

"pinjam Shafa nya ya Bu" pamit Juna menyalami tangan ibu Shafa.

"hati hati di jalan. jangan kemalaman ya pulangnya." ibu Shafa sudah tahu kalau Juna akan mengajak anaknya liburan keluar kota.

"aku berangkat Bu, dadah..." Shafa melambaikan tangannya pada ibu setelah ikut menyalaminya.

Waktu yang diperlukan untuk sampai ke rumah Nadia tidak lama, hanya sekitar lima belas menit mobil itu sudah berhenti di depan rumah Nadia. Bagaimana Juna bisa tahu rumah Nadia? Karena alamat lengkap yang diberikan ibunya dengan detail seperti warna rumah serta cat pagar yang ada di depannya.

Tak lama keluar gadis cantik yang memakai terusan berwarna hitam dengan rambut Curly nya berwarna coklat emas. Tak lupa high heel yang dipakainya, menambah kesan anggun ketika pertama kali melihat.

Juna bergegas keluar dari dalam mobil untuk menemui Nadia yang saat itu membawa koper berisi barang bawaannya untuk disimpan di kosan yang akan ia tinggali nanti.

Sedangkan Shafa, ia masih duduk di kursi penumpang depan karena sibuk membalas pesan dari David yang berencana akan pulang akhir bulan ini. Sebuah pesan menggembirakan yang harus ia balas saat itu juga.

"hai" sapa Juna

"hai juga" balas Nadia tersenyum malu. Pasalnya baru hari ini ia bisa berkenalan langsung dengan Juna. Sebelumnya ia hanya bisa bertukar pesan, itupun hanya malam kemarin.

"bawa barang buat di kosan?"

"iya. Mau langsung tinggal disana. Kamu juga langsung pindahan sekarang atau balik lagi kesini?"

"mau balik dulu. Sehari sebelum ngampus paling pindahnya"

Nadia menganggukan kepalanya. Juna bergegas membantu Nadia untuk memasukan koper ke bagasi mobilnya. Saat Nadia hendak membuka pintu depan penumpang, ia dikejutkan dengan Shafa yang juga hendak membuka pintu tersebut.

"eh...sorry?!!" kejut Shafa yang melihat Nadia di depan pintu mobil.

"kamu??" tanya Nadia menggantung, matanya melirik bergantian ke arah Juna dan Shafa

"hai..kenalin gua Shafa. Temannya Juna. Lo Nadia ya? Salam kenal" Shafa mengulurkan tangannya ke hadapan Nadia yang dibalas jabatan tangan keduanya.

"kamu ikut kita juga?" lanjut Nadia masih penasaran, pasalnya ia mengira akan jalan hanya berdua dengan Juna.

"iya..gapapa kan?"

"aku terserah Juna aja" jawabnya melirik Juna yang akan masuk ke dalam mobil.

Shafa bergegas keluar dari mobil dan berniat duduk di kursi belakang. Juna yang melihat itu sontak menghentikan gerakannya yang akan membuka pintu mobil.

"Lo mau kemana?" tanya Juna

"duduk di belakang" jawab Shafa

"ngapain pindah? Duduk sana lagi" titah Juna menunjuk tempat duduk yang sebelumnya diduduki Shafa dengan dagunya.

"gapapa gue dibelakang aja, biar Nadia yang di depan." cuek Shafa membuka pintu mobil belakang dan langsung duduk dengan nyaman didalamnya.

Juna menghembuskan nafasnya pelan, sedangkan Nadia terdiam menatap Juna.

"masuk Nad,," ucap Juna

Sepanjang perjalanan hanya di isi dengan obrolan ringan antara Shafa dengan Nadia. Juna hanya mendengarkan, sesekali menanggapi cerita keduanya dengan anggukan atau jawaban iya atau nggak.

Nadia yang saat itu menengok ke belakang untuk menanggapi cerita Shafa, matanya tidak sengaja melihat gelang yang dipakai Shafa. Ia pun melirik ke arah Juna yang juga memakai gelang sejenis. Bukan hanya cara berpakaian mereka yang sama, sampai pernak pernik pun sama. Nadia kemudian memberanikan diri bertanya karena rasa penasarannya yang sedari tadi ia rasakan.

"kalian beneran cuma temenan?"

Shafa tampak terkejut dengan pertanyaan Nadia pasalnya sedari tadi ia sudah menceritakan tentang dirinya juga Juna.

"ya beneran lah..ya kan Jun? Kita cuma teman?" tanya Shafa memastikan kebenaran ceritanya pada Juna. Namun jawaban yang ingin di dengar Shafa, hanya ditanggapi dengan angkatan bahu Juna juga sikap cueknya.

"si Juna mah.." Pukulan kecil ia hadiahi ke bahu Juna yang sedang menyetir.

"suer, gue cuma teman Juna." lanjut Shafa mengangkat telunjuk dan jari tengahnya

"iya gue percaya." balas Nadia dengan senyumnya.

sekitar hampir tiga jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di kosan yang akan dijadikan tempat tinggal Juna juga Nadia. Juna membantu mengeluarkan koper Nadia, dan ikut berjalan bersama Shafa di belakang Nadia yang sudah tahu letak kamarnya maupun kamar Juna.

"ini kamar aku, kalau kamu ada di lantai atas" ucap Nadia pada Juna sesampainya di depan kamar kos.

"gue bantu ke dalam" balas Juna

"eh gak usah..aku bisa sendiri. Kalian mau masuk dulu atau langsung liat kamarnya Juna?"

"gue langsung ke atas aja..yuk Shaf?!" ajak Juna pada Shafa, sebelum Shafa sempat menjawab ajakan Nadia.

"gue sama Juna dulu ya." pamit Shafa mengekori Juna ke lantai atas.

Juna dan Shafa melihat lihat isi kamar kos Juna..lumayan nyaman pikir keduanya.

"Nadia cantik juga"

"hmm" gumam Juna sambil masih melihat lihat toilet kamarnya juga area dapur.

"gak bakalan susah kayanya buat suka sama dia. " lanjut Shafa

Juna masih menggumam menanggapi ucapan Shafa.

"mau langsung keluar apa istirahat dulu" ucap Juna mengalihkan topik pembicaraan

Shafa sadar Juna tidak ingin membahas tentang Nadia, mungkin masih belum menerima tentang perjodohannya kelak.

"langsung aja yuk..takut kemalaman nanti pulangnya"

"eh Nadia mau di ajak juga gak?" tanya Shafa

"bisa cuma kita aja?" tawar Juna.

"terserah sih.."

Akhirnya mereka melanjutkan rencana awal untuk pergi jalan jalan menikmati keindahan kota. Mulai dari kuliner hingga tempat wisatawan berburu photo estetik.

"pinjam ponselnya dong Juna, punya gue kamera nya jelek hehehe" pinta Shafa

Juna tanpa keberatan menyerahkan ponselnya

"password?"

"010203" jawab Juna yang sedang memakan keripik yang dibelinya tadi di jalan.

"gampang banget password-nya, gak ada unik uniknya. Gimana kalo ada yang bobol nih ponsel?" ucap Shafa yang dengan cekatan memencet password yang di ucapkan Juna. Shafa sempat tertegun ketika layar ponsel itu terbuka, pasalnya fotonya bersama Juna ketika kelulusan kemarin yang menjadi wallpaper ponsel tersebut.

"gue gak punya foto yang ini" ucap Shafa menampilkan layar ponsel Juna ke hadapan Juna.

"itu yang di ambil dari ponsel Maya. waktu berangkat pagi tadi, chat an sama siapa?serius banget kayanya?"

"pagi? Oh David. akhir bulan katanya mau balik. Dia belum ngasih tau ke elo?"

Juna menggelengkan kepalanya tanda David belum memberitahu rencana kepulangannya.

"eh tapi akhir bulan ini, Maya juga ngadain acara tunangan kakaknya kan ya? Kebetulan banget..gue bisa minta ditemenin sama si David" sambung Shafa

"kenapa gak bareng gue aja?"

"kan nanti Lo udah tinggal disini, pasti juga sibuk kuliah. Mana sempat datang.." jelas Shafa mengingatkan Juna.

"bisa di atur" singkat Juna.

"yakin Lo..? inget lho, Lo tuh mahasiswa baru. jangan keseringan bolos jam kuliah."

"gampang" dengan cueknya Juna menjawab santai.

Shafa hanya mengendikan bahunya menanggapi kecuekan Juna, setelahnya ia lanjut melakukan sesi foto foto pada objek yang menurutnya menarik. Tak lupa juga ia ber-selfie dan memotret Juna yang asyik dengan keripiknya.

1
partini
ga usah nangis be strong move on jangan pernah terlihat menyedihkan di depan orang yg ada di hatimu kalau bisa pergi jauh dulu
satu lagi bertarung dengan masa lalu tuh berat karena hampir semua masa lalu pemenang nya
CantStopWontstop
Terhibur banget!
Rukawasfound
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
Anthea
Meleleh sudah air mata menunggu update terbaru, thor~
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!