Ayushita Dewi, gadis berusia dua puluh dua tahun tapi memiliki tubuh yang cukup oversize. 109kg dengan tinggi badan 168cm. Kehidupannya awalnya cuek saja dengan kondisi tubuhnya yang besar itu, tapi dengan pertemuan kliennya membuat jas lengkap bernama Dewangga Aldiansyah yang cerewet itu membuat Ayushita jengah dan memutuskan untuk diet.
"Cewek kok oversize."
"Jangan usik kehidupanku yang nyaman ini, mau oversize atau ngga, bodo amat!"
Tak di sangka perselisihan masalah tubuh Ayushita itu membuat Dewa lebih dekat dan akrab dengan gadis itu. Apalagi dia melihat perselingkuhan tunangan Dewangga tunangannya membuat Ayushita dan laki-laki itu semakin dekat dan menimbulkan benih-benih cinta.
Apakah mereka akan berlanjut dengan cinta? Atau selamanya akan jadi Tom and Jerry?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Merajuk
Pandangannya fokus pada lembaran kertas di mejanya, tangannya memegang erat pensil 2B yang selalu menemaninya dalam mengapresiasikan pikiran dan idenya. Dahinya berkerut karena sketsa yang di buatnya di rasa ada yang kurang.
"Hmm, ini kurang apa ya?" gumamnya masih serius menatap sketsanya.
Tangannya kembali bergerak cepat dan lincah di atas kertas, sebuah sketsa baju tercipta dengan indah di sana. Beberapa lembar sudah dia ciptakan sketsa-sketsa baju, tinggal dia tugaskan anak buahnya membuat baju yang sesuai dengan gambar yang di buatnya.
"Selesai, semuanya sudah di buat tinggal cari beberapa bahan kain yang sesuai dengan model yang kubuat," ucapnya menatap bangga pada goresan pensilnya.
Tok tok tok.
Pintu di ketuk dari luar, langsung terbuka terlihat Dinda masuk dengan membawa laptop di tangannya. Gadis itu tersenyum senang ingin melaporkan sesuatu pada bosnya Ayushita.
"Mbak, ada kabar gembira. Sampel di katalog online shop kita ternyata ada yang memesan dan itu cukup lumayan banyak," kata Dinda duduk di depan Ayushita.
"Oh ya? Berapa?" tanya Ayushita.
Dinda pun memperlihatkan laptopnya pada Ayushita, menjelaskan laporan padanya. Ayushita mengangguk puas dengan kinerja asistennya.
"Oke, langsung buat dalam dua hari ya. Karena kan ada stok di gudang, tinggal beberapa lagi di buat dengan cepat, satu hari selesaikan?" tanya Ayushita.
"Bisa kalau tiga orang yang mengerjakannya, tapi Tina sedang sakit jadi tidak bisa cepat satu hari selesai," jawab Dinda.
"Ya nanti di bantu sama aku malam ini,," kata Ayushita.
"Oke mbak, tapi nanti kerja di hitung lembur kan?"
"Iyalah, kan sampai malam di kerjai semuanya. Siapkan saja makan malam buat mereka yang lembur, dan nanti sekalian beritahu akan sering-sering lembur untuk menerima pesanan online," ucap Ayushita lagi.
"Oke mbak."
Setelah memberi laporan pada Ayushita, Dinda pun keluar dari ruangannya. Di depan pintu dia terkejut Dewa ingin masuk ke dalam ruangan Ayushita.
"Mbak Ayu ada di dalam pak Dewa," ucap Dinda.
Dewa hanya mengangguk saja, kedua tangannya di masukkan ke dalam kantong celananya. Dia masuk ke dalam ruangan, Ayushita melihat laki-laki itu langsung berdiri melangkah menuju lemari khusus menyimpan jas dan baju klien yang memesan padanya.
"Siang ini tadinya akan saya kirim ke kantor anda jasnya, pak Dewa. Tapi anda datang lebih dulu," ucap Ayushita kembali duduk di kursinya.
"Kirim saja ke kantor tidak apa-apa," kata Dewa.
"Anda datang kesini tidak berniat mengambil jasnya?" tanya Ayushita.
"Tidak."
Ayushita menatap kliennya, merasa aneh kenapa laki-laki yang telah putus dengan calon tunangannya itu datang tanpa alasan.
"Jadi, anda kesini mau apa?" tanya Ayushita.
"Hanya mampir saja," jawab dewa langsung duduk tanpa di suruh.
"Apa anda tidak ada pekerjaan di kantor?" tanya Ayushita lagi.
"Banyak."
"Lalu, kenapa datang kesini?"
Dewa menarik napas panjang, menatap gadis yang juga menatapnya dengan penuh selidik.
"Kupikir kamu sudah tahu tentang perselingkuhan Sintya sebelumnya," ucap Dewa masih menatap Ayushita.
"Aku tidak kenal calon tunangan anda, tapi aku tahu dia kali dia melakukan itu. Bermesraan dengan laki-laki yang berbeda, dulu lebih muda dan waktu di kafe itu lebih dewasa seperti anda," ucap Ayushita.
"Hmm, saat naif sekali ya. Aku yang tampan dan kaya ternyata hanya di manfaatkan saja," ucap Dewa membuat mata Ayushita menyipit.
Ada kalimat narsis dari laki-laki yang sedang patah hati tersebut, dia tersenyum kecil mendengar ucapan Dewa. Tidak menanggapi ucapan konyol tersebut.
Ayushita melirik jam di tangannya, pukul dua belas. Waktunya istirahat dan makan siang, dia ingin pergi tapi Dewa masih betah duduk di ruangannya.
"Apa anda ingin menceritakan sesuatu?" tanya Ayushita.
"Tidak."
"Lalu, anda masih di sini mau apa?" tanya Ayushita lagi.
Dewa diam, dia bingung sebenarnya mau apa datang ke butik Ayushita itu. Dia pun bangkit dari duduknya, melihat sekeliling dengan kebingungannya sendiri.
"Aku mau buat jas lagi," kata Dewa akhirnya.
"Jas lagi?" tanya Ayushita heran.
"Ya, aku butuh jas lagi untuk kerjaku," jawab dewa membuat Ayushita semakin heran.
Namun demikian, dia pun segera mengambil buku katalog model jas laki-laki dan membukanya.
"Silakan anda pilih model jas yang mana yang mau di buat," ucap Ayushita.
"Bukannya di ukur dulu?" tanya Dewa.
"Catatan ukuran jas anda sudah ada di buku, tinggal warna dan model jas yang anda inginkan," jawab Ayushita.
"Oh, kupikir saya harus di ukur lagi."
"Di ukur lagi kecuali badan anda mengecil secara mendadak atau tambah besar."
"Coba ukur lagi, akhir-akhir ini aku tidak napsu makan. Mungkin ukuran bajuku berubah," kata Dewa.
"Tidak mungkin dalam tiga hari badan anda menyusut banyak, badan anda sama saja sejak pengukuran pertama," kata Ayushita lagi melihat Dewa.
"Tidak. Aku merasa lebih ringan, cobalah di ukur sekali lagi. mungkin menyusut beberapa senti meter."
"Walau pun berat badan anda turun, tapi tidak mengubah banyak ukuran baju. Masih tetap sama."
"Ck, coba saja. Kenapa kamu yang rewel? Aku yang merasakan tubuhku semakin mengecil," ucap Dewa lagi kekeh.
Ayushita berdecak kesal, menatap laki-laki yang kekeh ingin di ukur lagi badannya. Mau tidak mau dia pun mengukur ulang badan kliennya itu. Mengambil meteran dan catatan pengukuran badan kliennya.
Dia maju mendekati Dewangga, bersiap mengukur panjang badan, tangan serta bagian dada laki-laki itu. Menarik napas panjang karena dia merasa sedikit aneh dengan Dewa kali ini, sedikit grogi. Begitu juga dengan Dewa yang sedikit aneh terlalu dekat dengan Ayushita yang berbadan besar.
"Sudah sudah, tidak usah di ukur lagi. Mungkin benar ukuranku tetap sama," ucap Dewa berbalik dan duduk kembali.
Ayushita terdiam, dia kesal dengan sikap aneh kliennya itu. Tapi dia pun duduk lagi sambil menggerutu kecil.
"Dasar anak kecil!"
"Apa kamu bilang?"
"Anak kecil. Aneh!"
Dewa menatap kesal pada Ayushita, tapi kemudian dia berdiri lalu berbalik untuk keluar dari ruangan itu. Ayushita semakin melongo melihat dewa seperti merajuk itu.
"Heh, merajuk?"
_
_
******