NovelToon NovelToon
Gadisku Sayang Dimana Kamu

Gadisku Sayang Dimana Kamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:202
Nilai: 5
Nama Author: Rosida0161

Karena beda kasta maka Danudirja menitipkan bayi itu ke panti asuhan, pada Yunita putrinya dia berbohong mengatakan bayinya meninggal. Takdir membawa bayi itu pada ayah kandungnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Pernikahan

Yunita merasa apa yang diutarakan papanya benar. Tak perlu meratapi keadaan yang sudah lewat. Sudah waktunya untuk memberikan kebahagiaan untuk papanya yang selama ini berusaha total untuk membahagiakan dirinya sebagai anak tunggal.

Kepala Yunita mengangguk. Tanpa suara memang, tapi bagi Danudirja sudah cukup sebagai jawaban atau keinginannya.

Maka segera Danudirja menghubungi Erwin. Maka mereka sepakat bertemu sore itu juga.

"Yunita sudah setuju. Tapi ingat jangan kecewakan dia, menyia nyiakan Yunita sama saja dengan menusuk dadaku. Dan aku tak akan tinggal diam," suara Danudirja bernada menekan.

Erwin mengangguk, "Saya berjanji untuk membuat Yunita bahagia," janjinya di hadapan Danudirja, walau hati kecilnya menyimpan rahasia keinginan ayah angkatnya untuk menguasai harta calon mertuanya.

"Baiklah aku ingin tak perlu mengulur waktu secepatnya kamu bertemu Yuni, dan segera urus pernikahan kalian," 

"Baik, Pak,"

Pertemuan tanpa basa basi selesai.Jika Erwin pulang dengan rasa bahagia akan menikahi perempuan impiannya, sekaligus memberikan peluang pada ayah angkatnya untuk balas dendam. 

Danudirja pulang ke rumah dengan perasaan tak puas. Entah mengapa ada rasa kurang yakin pada Erwin di sudut batinnya.

"Kenapa aku kok masih merasa kurang yakin pada Erwin, ya ..." 

Semua memang serba singkat. Malam harinya Erwin dan Yunita bertemu di sebuah cafe.

Erwin yang mengundang Yunita. Dan Yunita datang walau sebenarnya dia merasa kurang bahagia pada pertemuannya itu.

Mereka duduk berhadapan. Dua cangkir kopi susu berada di hadapan mereka.

"Silahkan," ujar Erwin yang menawari cemilan tapi ditolak oleh Yunita.

"Ya," tangan lembut Yunita menyentuh gagang cangkir untuk menghirup kopi susu yang masih mengepul asap.

Erwin segera mengikuti Yunita. Untuk beberapa menit mereka berdua sibuk dengan isi cangkir yang seakan menyita waktu mereka. Sehingga seakan terlupa sesaat tujuan mereka bertemu.

Setelah cangkir berisi kopi susu tertinggal tak sampai setengah lagi, barulah mereka seperti disadarkan bahwa mereka memiliki tujuan untuk berbicara dari hati ke hati. 

"Yunita kita harus bicara sekarang tentang rencana pernikahan kita," dengan suara tenang serta tatap mata lurus ke wajah cantik walau sudah termasuk tak lagi muda.

"Ya," mau tak mau Yunita memang harus menyelesaikan rencana hubungan mereka ke depannya. Kalau bukan pernikahan apa lagi?

"Pak Danudirja menginginkan kita segera menikah," terdiam Erwin menunggu reaksi dari perempuan di depannya.

"Papa juga menyarankan begitu," menunduk Yunita tangannya menyentuh pegangan cangkir. Mumpung masih agak panas, maka dia menyesap sekali lagi sisa kopi susu di cangkir.

"Menurutmu?" Erwin merasa kok jadi seperti pembicaraan dua orang petugas pajak, pembicaraan seadanya. Tanya jawab dengan nada kaku.

Yunita mengangkat wajahnya dan menatap raut muka Erwin. Tentu saja lelaki di depannya merasa terkesima menerima tatapan seketika dari calon istri yang tak dikenalnya dengan familiar itu.Walau sudah lama kenal dan satu menejemen kantor, tapi mereka hanya sebatas say helo saja jika bertemu. Tiba tiba saja harus menghadapi pernikahan.

"Maaf jika kita jadi terkesan terburu buru," ujar Erwin menutupi groginya.

"Aku menganggap semua sudah suratan," tenang suara Yunita.

Erwin mengangguk setuju.

"Aku harus bicara jujur tentang diriku," akhirnya berhasil juga Yunita membuka tabir yang akan diutarakan. 

"Maksudmu?" Erwin agak bingung bukankah mereka sudah tahu tentang diri masing masing. Mereka sudah saling kenal begitu lama.

"Keadaanku yang sesungguhnya yang mungkin tak kamu ketahui,"

Erwin belum mengerti kemana arah ucapan Yunita.

"Rahasia kehidupanku, " menunduk Yunita, tapi sedetik kemudian menatap lurus ke mata Erwin.

Kali ini Erwin tak ingin menolak tatapan itu, bahkan tak terkesan terkejut seperti sebelumnya, justru dia merasa bahwa tatapan Yunita membuatnya nyaman.

"Apa perlu aku tahu?" Erwin menebak nebak tentang rahasia yang ingin diutarakan Yunita. Tentang apa ya?

"Jika kamu mengharapkan bahwa calon istri seorang gadis atau perawan bukan aku orangnya ..." dengan suara lancar Yunita telah membuka sebagian atau rahasia awal tentang dirinya.

Langsung saja terbayang sosok Risman di benak Erwin, sosok yang telah pula disingkirkannya. Mungkin saat ini sudah mati. 

"Aku belum bersuami secara resmi tapi jangan mengharapkan dirimu mendapatkan diriku yang pertama," menunduk Yunita.

Erwin mengangguk. Soal itu dia sudah tahu lama.

"Aku juga sempat melahirkan anak tapi anakku meninggal," lanjut Yunita.

Justru kali ini Erwin yang merasa tak enak. Karena sesungguhnya kejujuran pengakuan perempuan di depannya itu dia terlibat.

"Yunita aku bersama papamu yang memisahkanmu dengan bayimu," batin Erwin berpaling ke tempat lain. Rasanya dia tak berani menerima tatap mata penuh rasa sedih serta bimbang dari Yunita.

Sejenak suasana hening.

"Aku salut dan sangat menghargai kejujuran serta keberanianmu itu. Dan aku menerima dirimu apa adanya. Cinta tak memandang apa pun yang terjadi padamu," lega sudah mengeluarkan isi hati pada perempuan pujaannya itu.

Yunita menatap Erwin, menimbang nimbang benarkah keadaan dirinya yang sudah bukan perawan lagi tak menjadi beban pertimbangan pada lelaki itu?

Yunita berharap jangan sampai kekayaan orang tuanya telah menutup aib serta kekurangan yang ada pada dirinya.

Rupanya Erwin merasa jika Yunita mempersoalkan penerimaan dirinya atas keadaan perempuan itu. Maka cepat cepat dia menguraikan apa yang menjadi pemikirannya tak mempersoalkan tentang ketidak gadisan Yunita.

"Memang semua lelaki mungkin ingin jadi yang pertama, tapi itu bukan syarat mutlak untukku. Terlebih aku sudah mengikuti perjalanan kisahmu walau tak seluruhnya kutahu," bijaksana terdengar uraian yang disampaikan oleh Erwin. "Terima kasih atas kejujuranmu, kita akan memulai dari nol bersama sama, kita akan belajar untuk saling memiliki dan saling merasa nyaman dalam rumah tangga yang tanpa melalui proses pacaran," lanjutnya.

Kedengarannya memang sangat indah dan begitu nyaman memiliki pasangan yang menerima kita apa adanya, itu pemikiran yang sederhana dan secara gamblang menurut Yunita. Tapi, itulah nyata yang diberikan Erwin pada dirinya. 

"Ya terima kasih atas penerimaanmu, dan usiaku sudah tidak muda lagi, tawaranmu untuk belajar saling memiliki dalam rumah tangga tentu sebuah tantangan dan sebuah ajakan untuk belajar mencintai seseorang yang mulanya asing bagi kita, walau kenyataannya kita memang sering terlibat urusan pekerjaan," 

"Aku juga terima kasih karena telah mendapatkan kepercayaan dari hatimu untuk kita melangkah bersama dalam hidup kita ke depan, saling bergenggam tangan meniti kebersamaan dalam usia kita yang tak muda lagi, dan semoga kita akan menyambut hari tua bersama ..." 

"Aamiin ..." tersenyum Yunita. 

Senyum yang pertama sejak mereka duduk bersama untuk saling menjajaki isi hati. Senyum yang telah membuat Erwin memiliki cakrawala baru dalam sejarah kehidupannya untuk mencintai seorang wanita. 

"Boleh bertanya?" Yunita memotong angan yang tengah melambung pada benak dan perasaan Erwin. 

"Silahkan," tersenyum Erwin. 

"Apakah kau pernah jatuh cinta?" Yunita mengawasi Erwin. 

Terhenyak lelaki di hadapan Yunita karena tak menyangka perempuan itu akan bertanya demikian. 

"Apakah pertanyaanku terlalu pribadi?" Yunita melihat raut muka Erwin grogi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!