Aylin Buana pergi ke klub malam untuk pertama kalinya karena ajakan dari sahabatnya setelah dia melihat tunangannya berciuman dengan seorang wanita di ruang kerja. Di meja bar ada seorang pria botak yang tertarik akan kecantikannya Aylin dan memasukkan obat ke minumannya Aylin. Namun, ada seorang pria ganteng yang berhasil menyelamatkan Aylin dari niat busuk pria botak hidung belang itu. Keesokan harinya Aylin membuka mata dan menemukan dirinya tidur di atas lengan kokoh dan dirinya memakai jubah mandi lalu dia bersitatap dengan senyuman seorang cowok ganteng. Aylin awalnya benci dengan cowok ganteng itu tapi kemudian menjalin kasih dengan cowok ganteng itu. Sayangnya pada akhirnya mereka berpisah karena ego masing-masing. Lalu Aylin dinikahkan dengan cowok pilihan mamanya. Aylin memiliki suami yang sempurna. Namun, Aylin tidak bahagia. Aylin selalu merindukan mantannya, si cowok ganteng itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Boleh?
Gionatan dan Aylin menoleh secara bersamaan ke Langit dan wajah mereka berdua mendadak bingung. Mereka kemudian tersenyum lebar lalu berkata, "Hai" Secara bersamaan.
Aylin langsung melangkah ke Langit sambil bertanya dengan degup jantung yang masih berdebar-debar tidak karuan, "Ada apa, Sayang? Langit mau apa, hmm?"
"Langit manggil doktel Gio yang datang, kok, Mama?"
Gionatan mengerjap kaget lalu buru-buru mendekat ke ranjangnya Langit. Dia duduk di tepi ranjang dan tidak sengaja lututnya menyenggol lutut Aylin.
Aylin dan Gionatan saling pandang dengan debaran jantung yang semakin tidak karuan.
Tersenggol tidak sengaja saja rasanya masih sama seperti dulu. Rasanya seperti kena setrum dan perut melilit aneh. Batin Aylin.
Gionatan menarik ke atas sudut bibir kanannya di depan Aylin lalu pria tampan itu bergegas menoleh ke Langit, "Dokter Gionatan di sini, jagoan. Langit masih sakit?"
Langit tersenyum lebar lalu menggelengkan kepala dan berkata, "Langit sudah nggak sakit. Emm, Langit mau menunjukkan sesuatu sama Doktel Gio"
Gionatan hanya bisa menurut saat tangan mungilnya Langit menarik tangannya ke pintu model sliding yang cukup besar dan Aylin berdiri lalu memutar badan dengan pelan mengikuti arah laju lari kaki kecilnya Langit.
Langit membuka pintu sliding itu dan berkata dengan suara nyaring, "Taraaaaa!!!" Senyum lebar bocah tampan itu kemudian nular ke Gionatan.
"Wah! Banyak sekali mainannya?" Gionatan melebarkan mata dan ternganga dengan wajah berseri-seri.
"Doktel Gio suka?" Tanya Langit seolah dia bertanya ke teman sebayanya.
"Suka" Gionatan menatap wajah Langit yang penuh senyum dengan sorot mata berbinar penuh semangat.
"Ayo kita main"
"Ayo!" Gionatan mengikuti langkah mungilnya Langit dengan langkah lebarnya yang penuh semangat.
Aylin menghela napas panjang melihat dua bocah di depannya. Lalu, dia menoleh ke pintu saat pintu kamarnya Langit dibuka dari arah luar.
"Maaf saya langsung masuk karena tidak ada sahutan pas saya ketuk pintu beberapa kali tadi" Perawat yang disewa oleh Theo sudah datang.
"Ah, saya yang minta maaf karena tidak dengar pas Anda mengetuk pintu tadi"
Perempuan dengan seragam perawat berwarna biru itu mengulurkan tangan ke Aylin, "Saya perawat yang disewa untuk merawat Tuan muda Langit Buana Herlambang. Nama saya Dewi"
Aylin menyambut uluran tangan itu. "Ah, iya. Saya mamanya Langit. Nama saya Aylin"
"Wah! Mamanya, ya, saya kira Anda kakaknya Langit karena Anda masih sangat muda dan imut sekali"
"Terima kasih" Aylin tersenyum malu.
"Tuan muda di mana? Saya ditugaskan merawat Tuan muda sampai sembuh total karena biasanya orang yang habis operasi usus buntu butuh medikasi di luka bekas jahitannya"
"Langit ada di sini" Aylin mengarahkan tangannya ke ruang bermainnya Langit yang sangat besar"
Perawat tersebut melangkah lebar ke arah uluran tangannya Aylin lalu perawat tersebut tersenyum lebar, "Wah! Tuan muda sedang bermain bersama papanya, ya? Mirip banget sama Papanya, ya?"
Deg! Aylin tersentak kaget.
"Anda bilang apa tadi?" Aylin bertanya ke perawat tersebut dengan wajah yang terlihat kaget berbalut panik.
"Tuan muda mirip sekali dengan papanya" Jawab perawat tersebut dengan wajah bingung.
"Di.....dia bukan papanya Langit. Emm, saya permisi sebentar" Aylin bergegas keluar dari dalam kamarnya Langit sambil memukul-mukul pelan dadanya.
Bola mata perawat tersebut mengikuti arah perginya Aylin lalu dia bergegas mengarahkan pandangannya ke dua cowok yang tengah asyik bermain mobil-mobilan.
Perawat itu mengerutkan kening dan bergumam lirih, "Bukan papanya? Tapi, kok, mirip?"
Aylin menghentikan langkahnya di teras belakang lalu menghempaskan pantatnya di bangku teras belakang dan masih menepuk-nepuk pelan dadanya yang terasa sangat sesak.
Angan Aylin kemudian melayang ke masa lalu.
Di ulangtahunnya Gionatan, setelah dia dan dirinya berpacaran selama sebelas bulan, Aylin mengijinkan Gionatan berkumpul bersama teman-temannya di klub malamnya Bagas.
"Boleh minum beralkohol? Aku udah lama nggak minum minuman beralkohol" Gionatan menangkup dua tangan di depan dada dan mengerjapkan mata dua kali di depan Aylin.
"Boleh. Tapi janji cuma pas di ultah kamu ini aja. Di ultah kamu yang selanjutnya dan selanjutnya dan selanjutnya lagi, nggak boleh"
Ucap Aylin dengan senyum geli sambil mengusap gemas puncak kepalanya Gionatan.
"Terima kasih, Sayangku" Gionatan mencium pipi Aylin.
Aylin cemberut dan Gionatan langsung berkata, "Kata kamu di hari ultahku ini aku boleh lakukan apa saja sesuka aku. Mencium kamu tanpa ijin dulu boleh, dong"
Aylin hanya bisa cemberut dan menghela napas panjang.
Gionatan mengusap gemas rambut Aylin lalu dia berkata, "Tapi aku nggak akan ngerokok karena kamu alergi sama asap rokok"
Aylin langsung tersenyum lebar dan hatinya berdebar senang. Perhatian sekecil itu dari Gionatan selalu bisa membuat hati Aylin berdebar senang.
Gionatan pulang dalam keadaan mabuk. Aylin yang tidak mabuk bisa mengantarkan Gionatan sampai ke rumahnya dengan bantuannya Bagas dan Tamara.
Setelah pintu tertutup rapat dan Bagas juga Tamara pergi dari rumahnya Gionatan, Gionatan memeluk erat tubuh rampingnya Aylin dan berbisik di telinganya Aylin, "Aku udah lama banget pengen berciuman sama kamu, Ay. Ini ultah aku, boleh, kan, aku ajak kamu berciuman"
Aylin yang sebenarnya juga ingin sekali berciuman denah. Gionatan sejak mereka jadian, akhirnya berbisik di telinga Gionatan, "Tapi, kamu mabuk. Nanti kamu lupa kalau kita sudah berciuman"
Gionatan langsung menegakkan badannya dan mengerjap, "Aku akan mengingatnya. Karena aku berciuman dengan Aylin Buana. Perempuan yang paling aku cintai di dunia ini setelah Mamaku"
Aylin terkekeh geli melihat tingkah lucu dan pipi Gionatan yang merah parah karena mabuk.
Aylin lalu memeluk Gionatan saat tubuh pacar tampannya itu hampir limbung.
Gionatan menjatuhkan dagunya di pundak Aylin lalu mencium lehernya Aylin sambil berbisik, "Boleh aku ajak kamu berciuman?"
Ciuman Gionatan di lehernya dan hembusan hangat napasnya Gionatan di lehernya, membuat Aylin mengerang lirih.
Gionatan semakin menggila dan memberikan gigitan kecil di belakang telinganya Aylin sambil berbisik, "Boleh, Ay?" Jantung Gionatan berdegup sangat kencang.
"Boleh" Bisik Aylin dengan degup jantung tidak karuan.
"Kamu di sini ternyata" suara Gionatan menyentak Aylin dari lamunannya.
Gionatan duduk di sebelahnya Aylin dan Aylin refleks menggeser pantatnya menjauh dari Gionatan.
Gionatan menoleh ke Aylin, "Aku nggak punya penyakit menular"
"Aku sudah menikah" Sahut Aylin datar.
"Aku butuh penjelasan kamu soal igauan kamu. Kalau kamu tidak mau kasih penjelasan, aku akan terus mengejar kamu sampai kamu mau kasih aku penjelasan"
Aylin sontak berdiri dan berkata tanpa menoleh ke Gionatan, "Lupakan soal itu. Itu hanya igauan nggak penting"
Gionatan ikut berdiri dan menyentuh lengan Aylin, "Aku tidak bisa lupa"
"Urus saja perempuan itu"
"Aku tidak menikah dengan perempuan yang kamu maksud itu. Aku bahkan tidak berhubungan lagi dengannya sejak aku balik ke sini dan kamu hilang. Kamu pergi ke luar negeri tanpa pamit"
Aylin menarik lengannya lalu berkata ke Gionatan, "Lupakan Gio! Lupakan aku! Kita tidak berjodoh dan....."
"Maafkan kebodohanku di masa lalu, Ay"
"Aku sudah maafkan dan lupakan aku! Aku sudah menikah" Aylin bergegas berbalik badan lalu berlari kencang meninggalkan Gionatan.
Gionatan menatap punggung Aylin yang menjauh dan hanya bisa meraup kasar wajah tampannya dengan helaan napas panjang.
☕️ dulu buat ka author