NovelToon NovelToon
Kekasih Cadangan

Kekasih Cadangan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: ScorpioGirls

Aleena seorang gadis muda yang ceria dan penuh warna. Dia memiliki kepribadian yang positif dan selalu mencoba melihat sisi baik dari setiap situasi. Namun, hidupnya berubah drastis setelah ibunya meninggal. Ayahnya, yang seharusnya menjadi sandaran dan sumber kekuatan, menikah lagi dengan wanita lain, membuat Aleena merasa kehilangan, kesepian, dan tidak dihargai.

Pertemuan dengan Axel membawa perubahan besar dalam hidup Aleena. Axel adalah seorang pria yang tampaknya bisa mengerti dan memahami Aleena, membuatnya merasa nyaman dan bahagia. Namun, di balik hubungan yang semakin dekat, Aleena menemukan kenyataan pahit bahwa Axel sudah menikah. Ini membuat Aleena harus menghadapi konflik batin dan memilih antara mengikuti hatinya atau menghadapi kenyataan yang tidak diinginkan.

Yuk simak kisah mereka....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ScorpioGirls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kenyataan Pahit

Detik demi detik berlalu, hubungan Aleena dan Axel semakin dekat. Mereka selalu menginap bersama, dan Axel jarang pulang ke rumah. Bahkan, terkadang Aleena mengunjungi Axel di kantornya. Seperti siang ini, Aleena sedang menyempatkan diri mengunjungi Axel sebelum masuk kerja di cafe.

Aleena melangkah santai dan ringan menuju ruang kerja Axel, membawa makan siang untuknya. Dia berharap bisa memberikan kejutan yang menyenangkan dan membuat hari Axel lebih baik. Dengan senyum di wajahnya, Aleena menuju ruang kerja Axel, siap untuk menyerahkan makanan yang dibawanya. Namun, langkah Aleena terhenti saat mendengar samar-samar percakapan orang dari dalam ruangan. Tapi, dia yakin dan tahu betul, jika suara itu milik Axel sang pujaan hati. Apalagi pintu ruangan memang tidak tertutup rapat.

Sedangkan di ruang kerja ada Axel dan Clara sedang makan siang bersama.

"Xel, Aku tahu kamu sibuk, tapi apa salahnya pulang ke rumah?" ujar Clara dengan nada sedih.

"Iya, aku tahu. Aku pasti pulang," jawab Axel, tapi nada suaranya tidak meyakinkan.

Clara kemudian mengeluarkan unek-uneknya, "Aku ini istri sah kamu. Tapi, aku merasa kamu hanya menjadikanku istri bayangan yang tidak berguna."

Deg!

Aleena terkejut, hatinya seperti dihantam badai, pecahan-pecahan keindahan yang pernah dibangun runtuh seketika. Kenyataan pahit tentang Axel yang sudah memiliki istri menghantamnya seperti gelombang tsunami, meninggalkan jejak kesedihan dan kekecewaan yang mendalam. Aleena merasa seperti terjebak dalam labirin keputusasaan, tidak tahu jalan keluar dari rasa sakit yang menusuk hatinya. Kepercayaan yang pernah dia berikan kepada Axel kini terasa seperti ilusi, sebuah kebohongan yang menghancurkan segala harapan.

Aleena berlari menjauh dari ruang kerja Axel, perasaan sakit, kecewa, dan bersalah memenuhi hatinya. Dia tidak tahu kemana harus pergi, tapi dia tahu dia harus pergi dari tempat itu.

_

_

_

Sedangkan diruangan Axel, Marcel yang tiba-tiba masuk ke ruangan memotong pembicaraan Clara, membuat suasana menjadi tegang.

"Gawat, Bos!" serunya, membuat Axel menoleh dengan penasaran.

"Aleena tadi kesini. Tapi, sudah pergi, sepertinya mendengar sesuatu," bisik Marcel, membuat Axel langsung bereaksi. Dengan wajah cemas, Axel meninggalkan ruangan dan berlari menuju lift untuk mengejar Aleena.

Sementara itu, Clara terlihat bingung dan penasaran. "Ada apa?" tanyanya kepada Marcel.

Marcel hanya menjawab singkat, "Tidak apa-apa," mencoba menenangkan Clara tanpa mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, Clara bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

Axel berlari menuju lift dan menekan tombol untuk menuju lantai dasar, berharap bisa mengejar Aleena. Namun, ketika lift akhirnya tiba, dia tidak melihat Aleena di mana-mana. Axel mencari-cari di sekitar lobby, tapi Aleena sudah tidak terlihat. Dia merasa frustrasi dan cemas, tidak tahu apa yang Aleena dengar atau bagaimana reaksi Aleena setelah mendengar percakapan dengan Clara. Axel berharap bisa berbicara dengan Aleena dan menjelaskan situasi sebelum semuanya menjadi lebih rumit.

Axel mengumpat dengan keras, "Sial!" sambil mengacak-acak rambutnya dengan frustrasi. Tindakan ini menarik perhatian para karyawannya, mereka semua merasa simpati terhadap bos mereka. Meskipun mereka penasaran tentang apa yang terjadi, mereka hanya bisa bertanya-tanya dalam hati, tidak berani mengganggu Axel yang sedang kesal. Axel sendiri terlihat sangat terganggu, seolah-olah ada sesuatu yang sangat penting yang hilang dari pandangannya.

Sedangkan Aleena kini naik taksi online dan menuju ke cafe tempatnya bekerja, berusaha untuk menenangkan diri dan menghadapi kenyataan. Di dalam taksi, dia terdiam, hanya suara deru mesin mobil yang terdengar. Aleena meratapi nasibnya, dia merasa baru saja terjaga dari mimpi indahnya. Kini kembali menerima kenyataan pahit; bahwa dia telah dibuang oleh keluarganya dan kemudian bertemu dengan sosok seorang laki-laki yang tampaknya menyayanginya, tapi ternyata semua itu hanya semu. Namun, Aleena kini tidak lagi meneteskan air mata, dia sudah kebal akan segala badai yang datang menghantam.

Saat tiba di cafe, Aleena memilih duduk di halaman belakang di bawah pohon mangga besar, tempat yang sunyi dan teduh. Di bawah naungan daun-daun hijau Aleena berharap bisa melupakan sejenak kenyataan hidup yang rumit dan menemukan ketenangan dalam kesendiriannya.

Disaat Aleena sedang menikmati momen kesendiriannya di bawah pohon mangga besar, tiba-tiba Revan duduk di sampingnya dan menyerahkan jus jeruk kepadanya. "Untukmu," kata Revan dengan senyum lembut.

Aleena menerima jus jeruknya tanpa menoleh dan mengucapkan terima kasih. "Terima kasih, Revan," katanya sambil menerima jus jeruk tersebut.

Aleena tidak perlu menoleh untuk tahu siapa yang ada di sampingnya, karena dia sudah bisa menebak dari aura yang familiar.

"Kamu suka duduk di sini?" tanya Revan dengan suara lembut.

"Hanya di sini aku bisa merasakan kenyamanan dan kedamaian," jawab Aleena sambil menikmati jus jeruk yang diberikan.

Revan tersenyum kecil mendengar jawaban Aleena. "Teruslah di sini, aku akan menemanimu," katanya dengan nada yang hangat.

Aleena akhirnya menoleh, senyum manis menghiasi wajahnya. "Hingga tua bersama?" Aleena menanggapi dengan candaan.

Revan membalas senyum Aleena. "Hidup bersama dan bahagia," timpalnya, membuat Aleena tertawa ringan.

"Ternyata, Seorang Revan, pangeran kampus yang terkenal dingin, bisa bercanda juga," kata Aleena, menggoda Revan.

Revan membalas dengan senyum sinis. "Ternyata, Seorang Ratu Kampus yang terkenal introvert bisa tertawa juga," katanya, mengacu pada sifat Aleena yang jarang menunjukkan sisi ceria di depan umum.

Aleena tertawa lebih keras, merasa gembira karena momen spesial ini. "Revan," katanya, menatap Revan dengan mata yang berbinar.

Revan membalas tatapan Aleena, merasa bahagia karena bisa membuat orang yang disayanginya tersenyum. "Aleena," timpal Revan. 'Aku akan selalu ada untukmu,' lanjut Revan dalam hati.

Obrolan mereka pun berlanjut dengan hangat, dan Revan mengajak Aleena makan siang di luar. Tanpa ragu, Aleena menyetujuinya, karena dia sudah merasa sangat nyaman bersama Revan. Ada sesuatu di dalam dirinya yang merasa cocok dan pas dengan kehadiran Revan. Mungkin, kata hati Aleena, inilah seseorang yang memang ditakdirkan untuknya, tapi dia juga tidak berani berharap terlalu banyak, takut kenyataan tidak sesuai dengan harapan.

Mereka berdua tiba di restoran yang dipilih Revan, sebuah tempat yang cozy dan memiliki suasana yang santai. Aleena menikmati makanan yang dipesan, sementara Revan terus menggoda dan bercanda dengannya. Aleena tertawa dan balas menggoda Revan, membuat suasana semakin hangat dan akrab.

Tiba-tiba, Aleena melihat sosok yang familiar di seberang restoran. Axel sedang duduk dengan seorang pria yang tampaknya adalah kliennya. Aleena sedikit terkejut, karena tidak menyangka akan bertemu dengan Axel di sini.

Revan menyadari perubahan ekspresi Aleena dan bertanya, "Ada apa?"

Aleena menoleh kembali ke Revan dan tersenyum. "Tidak apa-apa," katanya, tidak ingin mengganggu suasana yang sudah nyaman.

Revan tersenyum dan melanjutkan obrolan dengan Aleena, sambil diam-diam memperhatikan bahwa Aleena masih memperhatikan Axel dari jauh. Revan sebenarnya sudah menyadari siapa yang sedang Aleena perhatikan, tapi dia memilih untuk pura-pura tidak tahu. Dia ingin Aleena segera melupakan Axel dan memfokuskan perhatiannya pada dirinya. Dengan senyum yang lembut, Revan mencoba mengalihkan perhatian Aleena dengan cerita-cerita lucu dan obrolan yang menyenangkan, berharap Aleena akan semakin dekat dengannya.

Setelah lama mengobrol, Aleena meminta izin ke toilet, dan Revan menawarkan untuk mengantarnya. Namun, Aleena menolak dengan senyum lembut.

Saat di dalam toilet, Aleena mencuci muka di depan wastafel, mencoba menenangkan diri. Tapi, saat dia melihat Axel kembali, rasa frustasi dan sakit hati muncul kembali. Aleena mengusap dada, mencoba menguatkan diri. "Fokus Aleena. Dia hanya lelaki bajingan," katanya pada dirinya sendiri.

Setelah merasa nyaman kembali, Aleena keluar dari toilet. Tiba-tiba, Axel menarik lengannya dan memojokkannya di sudut ruangan. "Kak Axel," ujar Aleena, terkejut dan kesal.

"Aleena, biar aku jelaskan..." ujar Axel memulai.

"Tidak ada lagi yang perlu dijelaskan!" potong Aleena dengan keras."

"Al....!"

Axel mencoba menenangkan Aleena, tapi dia semakin kesal. "Semua sudah jelas. Aku tidak perlu lagi omong kosongmu!" marah Aleena.

Tapi Axel tidak menyerah, dia memeluk Aleena dari belakang, membuat Aleena merasa terjebak. "Aleena, dengarkan aku kali ini... Aku merindukanmu," bisiknya dengan nada lembut.

"Aleena...!" tiba-tiba, teriakan Revan memecah keheningan.

Aleena ingin melepaskan diri dari pelukan Axel, tapi Axel semakin erat memeluknya.

"Aleena, jangan pergi! Aku tidak bisa kehilangan kamu!" Axel membisikkan kata-kata yang membuat hati Aleena terlena, tapi juga membuatnya semakin kesal.

Revan semakin dekat, dan Aleena bisa merasakan kehadirannya. "Aleena!" Teriakannya semakin keras, membuat situasi semakin tegang. Aleena merasa terjepit di antara dua perasaan yang berbeda, dan dia tidak ingin Revan melihat Axel sedang memeluknya.

1
iqbal nasution
oke
§𝆺𝅥⃝©_𝐕ɪᴏʟᴇᴛ27💜: Terima kasih, Kak, sudah mampir.🤩
total 1 replies
Merica Bubuk
Hadir thor...
Gaskeun 🔥🔥
🎧✏📖: semangat
§𝆺𝅥⃝©_𝐕ɪᴏʟᴇᴛ27💜: Makasih, Kak...
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!