Arya Satria (30), seorang pecundang yang hidup dalam penyesalan, mendapati dirinya didorong jatuh dari atap oleh anggota sindikat kriminal brutal bernama Naga Hitam (NH). Saat kematian di depan mata, ia justru "melompat waktu" kembali ke tubuh remajanya, 12 tahun yang lalu. Arya kembali ke titik waktu genting: enam bulan sebelum Maya, cinta pertamanya, tewas dalam insiden kebakaran yang ternyata adalah pembunuhan terencana NH. Demi mengubah takdir tragis itu, Arya harus berjuang sebagai Reinkarnasi Berandalan. Ia harus menggunakan pengetahuan dewasanya untuk naik ke puncak geng SMA lokal, Garis Depan, menghadapi pertarungan brutal, pengkhianatan dari dalam, dan memutus rantai kekuasaan Naga Hitam di masa lalu. Ini adalah kesempatan kedua Arya. Mampukah ia, sang pengecut di masa depan, menjadi pahlawan di masa lalu, dan menyelamatkan Maya sebelum detik terakhirnya tiba?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon andremnm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 11. saluran naga...
Arya dan Maya merangkak melalui saluran pembuangan yang gelap, sempit, dan berbau busuk di bawah Kota Cakra Manggala. Air selutut bercampur lumpur, kotoran, dan tikus kecil.
Maya: (Berbisik, menangis menahan jijik) "Aku tidak tahan! Ini tempat terburuk!"
Arya: (Membantunya, suaranya pelan dan serius) "Ini tempat teraman. Bargas tidak akan mau kotor. Dan tempat ini mengarah ke markas lamaku. Kita harus sampai ke sana."
Maya: "Markas lama? Kau punya markas?!"
Arya: "Di masa depan, iya. Tempat itu adalah bunker yang ditinggalkan di bawah dermaga pelabuhan. Kita harus melepaskan diri dari Naga Hitam untuk selamanya."
Mereka merangkak selama sepuluh menit yang terasa seperti selamanya. Tiba-tiba, Arya berhenti.
Arya: "Dengar."
Di atas mereka, terdengar suara mesin yang menderu-deru.
Maya: "Itu mobil! Mereka pasti mengepung di atas!"
Arya: "Tidak. Itu suara dump truck. Kita sudah dekat dengan area konstruksi lama. Kita harus berhati-hati. Saluran ini bercabang ke vertikal."
Mereka mencapai lubang vertikal yang ditutup jeruji besi. Cahaya samar dari lubang di permukaan menembus ke bawah.
Arya: "Ini adalah jalurnya. Kita akan keluar di terowongan pipa pembuangan di bawah dermaga. Kita harus memanjat jeruji ini."
Maya: "Bagaimana dengan kakimu?! Kau tidak akan bisa memanjat!"
Arya: "Aku harus. Maya, kau panjat dulu. Setelah kau keluar, tarik aku."
Maya: "Baik."
Maya mulai memanjat jeruji besi itu, lumpur dan kotoran membuat cengkeramannya licin. Tepat saat ia mencapai puncak, mereka mendengar suara langkah kaki dan tembakan senjata di kejauhan.
DOR! DOR! DOR!
Arya: "Itu tembakan! Bargas menemukan Dion! Maya, Cepat!"
Suara tembakan dari terowongan utama berulang kali menggema, memecah kesunyian saluran air di bawah Kota Cakra Manggala. Maya sudah mencapai puncak lubang vertikal.
Maya: (Berteriak, suaranya dipenuhi panik) "Arya! Bargas menangkap Dion! Aku mendengarnya!"
Arya: (Berteriak kembali, mencengkeram jeruji besi, wajahnya pucat) "Jangan pedulikan Dion! Fokus pada dirimu! Keluar dari sana dan tarik aku!"
Maya: "Aku tidak bisa! Dia temanmu! Kita tidak bisa meninggalkannya!"
Arya: "Kita harus, Maya! Ingat rencananya! Jika kita tertangkap, Daftar Hitam akan hilang selamanya! Naga Hitam akan memenangkan segalanya!"
Arya tahu. Suara tembakan itu adalah konsekuensi dari keputusannya. Ia telah menggunakan Dion sebagai umpan. Hati nurani Arya Satria yang berusia 30 tahun berteriak menentang tindakan kejam ini, tetapi naluri bertahan hidup remaja itu dan tujuan dari masa depan harus menang.
Maya: (Menangis, namun memaksakan diri) "Baiklah! Tapi kau harus janji! Kau harus kembali untuknya!"
Maya menghela napas, mengumpulkan kekuatan, dan mulai menarik Arya dari atas.
Sementara itu, di bawah, Arya memanjat dengan susah payah. Kakinya yang terluka menolak untuk menahan berat badannya. Ia terpaksa menggunakan hanya lengan dan perutnya untuk memanjat jeruji besi yang licin.
SRAK!
Cengkeramannya terlepas. Ia jatuh selutut di air kotor.
Arya: (Menggeram kesakitan) "Sialan!"
Maya: "Arya! Aku tidak bisa menarikmu sendirian! Kau harus berusaha!"
Arya memejamkan mata. Ia memikirkan Komandan Jaya, tentang api yang membakar gudang, tentang kematian Maya yang pernah ia saksikan. Keputusasaan memberinya dorongan baru.
Arya: (Berteriak pada dirinya sendiri) "Aku tidak akan gagal lagi!"
Ia mencengkeram jeruji besi itu lagi, mengabaikan rasa sakit di lengannya, dan memaksa tubuhnya ke atas.
Tepat saat ia mencapai titik tertinggi, suara ledakan kecil terdengar dari terowongan utama. Bargas telah menggunakan granat kejut atau gas air mata untuk melumpuhkan Dion.
Maya: "Aku yakin mereka menangkap Dion!"
Arya: (Akhirnya mencapai puncak, berbaring kelelahan) "Tugas Dion selesai. Sekarang, tugas kita dimulai. Kita harus bergerak sebelum Naga Hitam menemukan jalur ini."
Mereka berdua merangkak keluar dari lubang vertikal, memasuki terowongan horizontal yang lebih besar: Pipa Pembuangan Utama yang mengarah ke bawah dermaga.
Arya: "Pipa ini gelap, tapi udaranya bersih. Dan ada ruang untuk berdiri. Sekarang, kita harus lari secepat yang kita bisa."
Mereka mulai berlari tertatih-tatih di dalam pipa pembuangan raksasa itu, menuju tepi Kota Cakra Manggala yang gelap dan penuh rahasia.
Pipa pembuangan itu menanjak landai ke bawah, mengarahkan Arya dan Maya menuju dermaga lama yang sepi. Setelah sepuluh menit berlari dalam kegelapan yang terasa dingin dan basah, pipa itu berakhir pada dinding beton.
Maya: (Terengah-engah, bersandar di dinding) "Jalan buntu? Kita terjebak lagi?"
Arya: (Mengambil napas dalam-dalam, menenangkan diri) "Tidak. Ini jalannya. Ini pintu masuk."
Arya mulai meraba-raba dinding beton di sampingnya. Jari-jarinya menemukan celah kecil di antara dua lempengan beton. Ia menekan celah itu dengan cara tertentu.
KLAK! KREK!
Sebuah pintu rahasia yang terbuat dari baja tebal, ditutupi semen, bergeser perlahan ke samping, mengeluarkan suara berderit.
Di baliknya, ada kegelapan total dan bau logam tua—Bunker B-12, tempat persembunyian Arya di masa depan.
Maya: (Terkejut) "Apa ini? Tempat persembunyian yang kau maksud?"
Arya: "Di masa depan, tempat ini adalah markasku saat melawan Komandan Jaya. Tidak ada yang tahu tempat ini. Masuk, Maya. Kita aman di sini untuk sementara."
Mereka berdua masuk ke dalam kegelapan. Arya menutup pintu baja itu dari dalam, lalu mengunci tuas kuno.
Di dalam, Arya menyalakan lilin lama yang ia tahu tersimpan di ceruk rahasia. Cahaya redup menyinari ruangan beton yang kotor dan lembap, penuh debu dan peralatan tua yang berkarat.
Arya: "Di sini kita akan merencanakan langkah selanjutnya. Kita punya Daftar Hitam asli yang aman dengan Dion. Kita punya uang tunai. Dan kita punya waktu sebelum Komandan Jaya mengetahui keberadaan kita."
Tiba-tiba, ponsel Dion yang dibawa Arya berdering. Nama yang tertera di layar adalah: DION.
Arya dan Maya saling pandang, terkejut.
Arya: "Dion? Tapi Bargas—"
Arya mengangkat telepon.
Arya: (Berbisik, tegang) "Halo? Dion?"
Suara di seberang: (Suara parau, penuh amarah) "Bargas di sini, bocah. Kau membuat pilihan yang salah. Temanmu tidak sekuat dirimu. Sekarang, beritahu aku di mana Daftar Hitam yang asli, atau kau akan mendengar jeritannya."