NovelToon NovelToon
Gadis Tengil Anak Konglomerat

Gadis Tengil Anak Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Nikahmuda / Diam-Diam Cinta / Idola sekolah
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rosseroo

Seorang gadis remaja yang kini duduk di bangku menengah atas. Ia bernama Rona Rosalie putri bungsu dari Aris Ronaldy seorang presdir di sebuah perusahaan ternama. Rona memiliki seorang kakak lelaki yang kini sedang mengenyam pendidikan S1 nya di Singapore. Dia adalah anak piatu, ibunya bernama Rosalie telah meninggal saat melahirkan dirinya.

Rona terkenal karena kecantikan dan kepintarannya, namun ia juga gadis yang nakal. Karena kenakalan nya, sang ayah sering mendapatkan surat peringatan dari sekolah sang putri. Kenakalan Rona, dikarenakan ia sering merasa kesepian dan kurang figur seorang ibu, hanya ada neneknya yang selalu menemaninya.

Rona hanya memiliki tiga orang teman, dan satu sahabat lelaki somplak bernama Samudra, dan biasa di panggil Sam. Mereka berdua sering bertengkar, namun mudah untuk akur kembali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosseroo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perjodohan?

Setelah acara pertunangan kak Raymond minggu lalu, kedua keluarga pun telah sepakat menetapkan tanggal pernikahan untuk keduanya, tepat dua bulan kemudian setelah acara pertunangan. Terkesan sat set memang, karena ada satu anak lagi yang harus di urus oleh pak Aris sebagai ayah.

Dan, beberapa minggu terakhir, suasana rumah Rona semakin ramai. Orangtua Samudra kerap berkunjung, disambut hangat oleh Pak Aris. Obrolan antar-orang tua itu sering kali berakhir dengan gelak tawa, seolah mereka menyimpan rencana besar yang tak ingin diucapkan terang-terangan.

Rona memperhatikan dari tangga, lalu mendengus kecil. Yang aneh baginya bukan hanya kunjungan yang terlalu sering, tapi juga sikap Samudra. Dulu, cowok itu hampir selalu mencari celah untuk berdebat dengannya. Sekarang, kata-katanya jadi lembut, bahkan kadang menyelipkan gombalan.

Suatu sore di teras, Samudra datang dengan senyum tipis, menghampiri Rona.

“Kamu tahu nggak, Na,” katanya sambil menyodorkan botol minum dingin. "Apaa!" jawabannya ketus. “Kalau kamu diem aja kayak gitu, manisnya keliatan banget. Nggak usah marah-marah terus juga tetep bikin aku pusing sih… tapi pusingnya bikin manis.”

Rona terbelalak, hampir tersedak jus jeruknya.

“Hah! Loe sebenarnya tuh sakit apa Sam? Biasanya tuh mulut dipake buat ngajak ribut. Akhir-akhir ini, kenapa loe tiba-tiba jadi tukang gombal. Jangan-jangan kepalanya kebentur ring basket? Atau loe emang ketempelan jin mana gitu? Hussh rukyah sonoh!”

Samudra hanya terkekeh, matanya menatap lembut. “Boleh deh, kalau bikin kamu penasaran. Anggap aja aku lagi latihan ngomong manis biar nggak bikin kamu kabur.”

Rona buru-buru berdiri, pipinya memanas. “Ngaco. Gue nggak punya waktu buat denger omongan nggak jelas.” Ia bergegas masuk, meski di balik wajahnya ia tak bisa menepis rasa janggal bercampur degup cepat yang muncul tanpa permisi.

Malam harinya, di kamar Raymond, Rona melampiaskan rasa bingungnya.

“Kak, aku ngerasa aneh banget. Samudra berubah. Biasanya bikin aku pengen banting sepatu ke kepalanya, sekarang malah… romantis. Kayak bukan dia.”

Raymond menutup laptopnya, menatap adiknya dengan senyum penuh arti. “Mungkin karena dia udah sadar, dek. Kamu bukan cuma teman ributnya. Dari dulu, kamu itu… calon masa depannya.”

Rona membeku. “Apa maksudnya?”

Raymond menghela napas, lalu menepuk kepala adiknya. “Sebenarnya kamu memang sudah dijodohkan sama Samudra sejak kecil. Ayah sama orangtua Samudra sudah sepakat lama. Awalnya kayak pernikahan politik, iya. Tapi kalian kan udah deket sejak kecil. Dia berubah karena serius sama itu.”

Mata Rona melebar. “Kak… kamu tahu, tapi nggak pernah bilang?”

Raymond tersenyum miris. “Aku nggak mau kamu ngerasa terpaksa. Tapi sekarang kayaknya dia benar-benar mau berusaha biar kamu bisa lihat dia bukan cuma cowok nyebelin. Dia mau jadi orang yang bisa kamu andalkan.”

Rona terdiam, hatinya berkecamuk. Antara marah karena tidak diberi tahu, bingung karena perubahan Samudra, dan perasaan samar yang ia sendiri enggan akui.

Malam itu, Rona tidak bisa tidur. Kata-kata Raymond masih bergema di kepalanya: “Kamu memang dijodohkan dengan Samudra…”

Hatinya campur aduk—bingung, kesal, tapi juga penasaran. Akhirnya ia nekat mengirim pesan singkat ke Samudra.

Rona: “Besok ketemu di lapangan. Gue mau ngomong.”

Samudra: “Oke, calon istri.”

Rona: “Jangan mulai!!!”

Keesokan harinya, di lapangan basket yang sepi, Rona sudah berdiri dengan tangan terlipat. Samudra datang sambil nyengir, membawa bola basket.

“Kenapa mukanya kayak mau sidang pengadilan? Aku salah apa lagi?” tanyanya santai.

Rona mendelik. “Loe tau kan kenapa gue manggil loe ke sini. Jadi bener… dari dulu gue dijodohin sama loe?”

Samudra berhenti memantulkan bola, menatapnya serius. “Iya. Kamu baru tahu, ya?”

“Ya ampun, Sam! Gue merasa dibohongi. Semua orang tau kecuali gue! Loe sadar nggak rasanya kayak apa?” Rona hampir berteriak.

Samudra menahan tawa, tapi sudut bibirnya terangkat. “Rasanya kayak… diperlakukan spesial? Karena dari kecil aku udah ‘ditakdirkan’ buat jagain kamu?”

Rona melotot. “Itu gombalan atau pembelaan?”

Samudra mendekat selangkah, suaranya lebih lembut. “Serius, Na. Aku dulu mungkin nyebelin, tapi sekarang aku ngerti. Kalau aku nggak berubah, gimana aku bisa jadi orang yang pantas buat kamu?”

Rona terdiam, jantungnya berdetak cepat—tapi gengsinya lebih tinggi. Ia buru-buru mengalihkan pandangan. “Jangan pikir gue bakal gampang luluh gara-gara gombalan receh kayak gitu.”

Samudra terkekeh, lalu melempar bola basket ke arah Rona. Rona refleks menangkapnya.

“Kalau gombalanku receh, berarti aku harus latihan lagi biar kamu makin kepo sama aku,” katanya dengan nada main-main.

Rona menggeram sambil memantulkan bola keras-keras. “Dasar player! Jangan kira gue akan terima begitu aja, Samudra. Kalau memang serius… buktikan dengan tindakan, bukan cuma kata-kata.”

Samudra menatapnya dengan senyum tipis, kali ini tanpa bercanda. “Deal. Anggap aja ini tantangan. Aku bakal bikin kamu percaya, Na.”

Di balik wajah ketusnya, Rona sebenarnya merasakan sesuatu yang berbeda—hangat, tapi juga menakutkan karena ia tak terbiasa.

"Hiissh ngeselin!"

"Ngangenin Na.."

Sejak konfrontasi di lapangan itu, Rona merasa ada yang berbeda. Bukan hanya dari sikap Samudra, tapi juga dari cara dunia di sekitarnya seolah ikut berubah.

Pagi itu di sekolah, Rona datang agak terlambat. Biasanya ia malas ke kantin saat istirahat karena antrean panjang. Tapi hari ini, begitu ia duduk di kelas, Samudra tiba-tiba muncul membawa roti dan susu kotak.

“Ngapain?” tanya Rona curiga.

“Ngasih sarapan buat orang yang doyan telat bangun,” jawab Samudra santai. “Nggak usah bilang makasih, cukup jangan lempar aku pake sepatu.”

Rona mendengus, tapi mengambil roti itu juga. “Jangan kira gue luluh.”

Samudra hanya tersenyum. “Aku nggak buru-buru. Kamu bakal lihat sendiri.”

Beberapa hari kemudian, di lapangan basket, Rona terjatuh saat latihan. Kakinya keseleo ringan. Sebelum ia sempat bangkit, Samudra sudah ada di sampingnya, menahan dengan kedua tangan.

“Awas, jangan dipaksa. Duduk dulu,” katanya tenang, lalu jongkok untuk memeriksa pergelangan kaki Rona.

Rona merona, wajahnya kaku. “Gue bisa sendiri, Sam.”

“Bisa, tapi nggak harus. Biar aku aja.” Samudra melepas jaketnya, melapisi kursi panjang, lalu membantu Rona duduk. Ia bahkan pergi sebentar ke UKS, kembali dengan obat gosok. Semua dilakukan tanpa banyak bicara, tanpa pamer.

Untuk pertama kalinya, Rona melihat sisi Samudra yang berbeda—bukan cowok tukang ribut, tapi seseorang yang benar-benar perhatian.

Malamnya, di rumah, Rona bercerita pada Raymond.

“Kak, aku bingung. Dia beneran berubah. Rasanya kayak… dia bukan Samudra yang aku kenal dulu.”

Raymond tersenyum kecil, tidak kaget. “Mungkin dia memang selalu kayak gitu. Bedanya, sekarang dia punya alasan buat nunjukin.”

“Alasan?” Rona mengernyit.

“Ya. Kamu.”

Rona tercekat, lalu langsung memeluk bantal sofa. “Ih, Kak! Jangan ngomong aneh-aneh.” Tapi wajahnya panas sendiri, dan Raymond hanya tertawa kecil.

***

Siang itu, kantin sekolah penuh sesak dengan suara tawa dan aroma gorengan. Rona duduk di meja pojok bersama tiga sahabat dekatnya: Rita, Cika, dan Mely. Ketiganya sudah terbiasa mendengar curhatan Rona yang sering meledak-ledak, tapi kali ini wajah Rona terlihat lebih serius—meski pipinya merah muda seperti habis kepanasan.

“Sumpah, dia tuh aneh akhir-akhir ini,” Rona membuka obrolan sambil menusuk bakso goreng dengan garpu. “Biasanya tiap ketemu ngajak ribut, sekarang tiba-tiba jadi sok manis. Ngasih sarapan lah, ngurusin aku jatuh di lapangan lah, sampai ngomong-ngomong gombal yang bikin aku mual.”

Rita langsung ngakak. “Astaga, Na. Itu mah bukan mual, itu deg-degan. Jangan-jangan kamu bentar lagi klepek-klepek.”

“Alah, jangan ngaco, Ta!” Rona merengut, meneguk es teh dengan cepat.

Cika ikut menimpali sambil menyeringai. “Eh tapi bener lho, Samudra sekarang kayak beda banget. Kalau bukan karena sesuatu yang serius, cowok nggak bakal segitu effort-nya. Palingan dia… ya, jatuh hati sama elo.”

Rona langsung tersedak. “Hah?! Kalian semua pada gila, ya?!”

Saat Rona panik menyangkal, Mely yang sedari tadi diam hanya tersenyum tipis. “Sebenarnya… gue udah tau dari dulu.”

Rita dan Cika menoleh bersamaan. “Tau apaan, Mel?”

Mely menatap Rona lembut. “Samudra memang udah suka sama elo sejak lama Na, dari tatapan matanya aja beda kaya dalem banget kalo lihat elo. Dari dulu dia nggak pernah benar-benar iseng. Dia ribut sama elo itu… cuma caranya biar bisa deket terus. Elo aja yang nggak peka.”

Rona membeku. Garpu di tangannya berhenti menusuk bakso. “Ap—apa maksudnya? Jadi… semua ribut-ribut itu cuma alasan dia biar ada interaksi sama gue?!”

Mely mengangguk pelan. “Iya. Dia bukan tipe cowok yang gampang nunjukin perasaan, jadi ya gitu… pura-pura nyebelin, dan cerewet bawel padahal cuma pengen diperhatiin sama elo.”

Rita menepuk meja keras-keras sambil tertawa. “Waduh, klasik banget! Cowok nyebelin dan bawel ternyata cinta diam-diam. Na, kencangkan sabuk pengaman, elo kayaknya tokoh utama drama remaja deh.”

Cika menambahkan sambil terkekeh. “Fix, kalau loe masih nggak sadar setelah semua bukti ini, berarti bukan dia yang ngeselin, tapi loe yang kebangetan lemot.”

Rona menutup wajah dengan kedua tangan. “Ya ampun… jangan bikin gue tambah pusing. Gue bener-bener nggak ngerti harus gimana.”

Mely menepuk bahunya pelan. “Nggak usah buru-buru. Cukup lihat tindakannya, Na. Dia udah berusaha. Sekarang tinggal elo yang pelan-pelan buka mata.”

Rona diam, hatinya tak tenang. Untuk pertama kalinya, ia merasa semua perubahan Samudra bukan sekadar aneh—tapi berbahaya bagi pertahanan hatinya sendiri.

1
Nurika Hikmawati
wkwkwk... aku ngakak sih di part ini
Nurika Hikmawati
prikitiw... kiw kiw
Nurika Hikmawati
ya ampun... kamu ditembak sam Ron. panah asmara sdh meluncur 😍
Nurika Hikmawati
knp dicegah sih sam... erina udh keterlaluan. harusnya biarin aja
Nurika Hikmawati
ini udh parah sih. knp harus bawa2 ibunya rona yg almarhum. perlu dibejek mulutnya
Nurika Hikmawati
kalau begini kamu memang mau pgn cari masalah sm rona aja kan?
Drezzlle
ogeb Rona, Dia itu sayang Ama lu
Peka dikit
Drezzlle
Nah bagus Rona hajar aja
Drezzlle
ih mulutnya, dengki banget sih
Dewi Ink
wah parah, dipasang kamera , gila tu bocah steve/Curse/
Dewi Ink
betuul, kan Meraka udah mulai dewasa biar nanti pas waktunya gak kaget 🤣🤣
Dewi Ink
rona anaknya sanguin ya, ga malu ngaku sama neneknya.. yawis atuh sama2 sukaa si😍
mama Al
wah ada Risma

terimakasih sudah di promosikan
mama Al
suiiit suuiit ada yang jadian
mama Al
samudra; aku tulus rona
mama Al
jangan gitu Erina, kamu layak dapat yang lebih dari dua pria itu.
Mutia Kim🍑
Wah bahaya si Steve malah naruh CCTV di boneka itu
Rosse Roo: emang, rada2 si diaaa🤧
total 1 replies
Mutia Kim🍑
Omoo omooo ternyata sudah lama dijodohkan🤭
Mutia Kim🍑
Cie yg mengakui juga perasaannya, langgeng terus ya kalian/Kiss/
🌹Widianingsih,💐♥️
Sabar Sam, kamu harus berjuang menundukkan hati dan egonya yang keras kepala....nanti lama-lama juga Rona akan luluh dan menerima mu.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!