NovelToon NovelToon
Pendekar Penguasa Sepuluh Ribu Semesta

Pendekar Penguasa Sepuluh Ribu Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Dikelilingi wanita cantik / Perperangan / Raja Tentara/Dewa Perang / Ahli Bela Diri Kuno / Kultivasi Modern
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mr.Employee

Sejak kecil, Anul hanya dikenal sebagai anak yatim piatu tanpa asal-usul yang hidup di sebuah desa kecil. Tubuhnya tak pernah terluka meski dihajar, senyumnya tetap hangat meski dirundung.

Namun, siapa sangka di balik kesederhanaannya tersimpan rahasia besar?
Darah yang mengalir di tubuhnya bukanlah darah manusia biasa. Takdir telah menuliskan namanya sebagai pewaris kekuatan yang mampu mengguncang langit dan bumi.

Dari anak yang diremehkan, Anul akan melangkah menuju jalan bela diri, mengalahkan musuh-musuh kuat, hingga akhirnya menaklukkan Sepuluh Ribu Semesta.

Perjalanan seorang yatim piatu menuju takdir yang tak bisa dihindari pun dimulai!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.Employee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembalinya sang Anak

Di tengah lapangan bela diri, Anul berdiri dengan tatapan tajam—menatap jauh ke arah Mak Ijah yang berdiri di atas podium batu.

“Mak Ijah, kenapa kau memegang pedang? Tubuhmu sering encok, tidak cocok untuk mengangkat pedang,” kata Anul dengan senyum nakal khasnya.

Mak Ijah terdiam sejenak, kemudian menarik napas panjang. Hatinya terasa berat. Dari lubuk hatinya yang terdalam, Ia benar-benar menyayangi anak itu.

Bukankah ia yang sudah merawat dan menjaganya sejak masih merah? Namun, ada sesuatu yang lebih besar dari kasih sayang itu: dendam lama yang mengikat hatinya.

Bagaimanapun, Anul bukanlah anak kandungnya.

Ia menatap wajah Anul—tulus, jujur, penuh kepercayaan. Hatinya bergetar dan pertentangan mulai berkecamuk di dalam jiwanya.

“Kau masih terlalu muda, kau tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Seharusnya kau diam saja, dan duduk dengan patuh.” jawab Mak Ijah dingin.

Anul menggeleng kecil. Dengan wajah serius ia berkata,

“Mak, aku bukan orang yang tidak tahu balas budi. Sedari kecil semua penduduk desa memang baik padaku, tapi hanya kau yang aku anggap seperti ibuku sendiri.”

Kata-kata itu membuat Mak Ijah terdiam, air mata mengalir deras di pipinya.

Jauh dalam lubuk hatinya, ia tetaplah seorang wanita dengan jiwa keibuan yang kuat. 

Tangannya gemetar, dan pedang pendek itu terlepas dari tangan rentanya, jatuh ke permukaan batu dengan suara nyaring.

Clang...

Setelah itu hening sejenak.

Dari belakang Anul, sebuah cahaya tipis meluncur dengan kecepatan yang luar biasa—sebuah jarum kecil, mengarah lurus ke dahi Mak Ijah. Cepat, tajam, mematikan.

Dengan refleks luar biasa, Anul mengangkat tangan kanannya.

Trang!

Jarum itu beradu dengan punggung telapak tangan kanannya, lalu terjatuh diam menghantam tanah. Di kejauhan, seorang lelaki tua terperangah. Pria tua itulah yang melempar jarum ke arah Mak Ijah.

Ia tidak percaya dengan apa yang iya lihat, jarum itu dilempar dengan seluruh kekuatan bela diri miliknya menggunakan jurus Jarum Penembus berlian.

Kecepatannya saja sudah sulit untuk bisa disadari sebelum jarum itu mencapai target. Sementara kekuatannya, bisa dengan mudah menembus sebuah baja setebal satu meter.

Namun bocah itu… tidak hanya berhasil menyadari pergerakan serangan yang ia lancarkan, tapi juga menghentikannya hanya dengan kulitnya yang tipis.

“Kakek Jaya, Kau sudah terlalu tua untuk main-main seperti ini,” kata Anul sambil membalikkan badan.

Anul menekuk kaki kanannya sedikit, lalu tubuhnya melesat. Dalam satu lompatan, ia sudah berada tepat di hadapan kakek tua itu yang sebelumnya berdiri sejauh seratus meter.

Kakek Jaya yang seorang pendekar bela diri veteran, secara spontan langsung mencabut goloknya.

Pemuda itu melayangkan sebuah tinju, seperti gunung yang jatuh menekan tubuh tua Kakek Jaya. Kakek Jaya lalu mengayunkan golok ditangannya, menahan kekuatan tinju itu.

Benturan terjadi—suara logam yang saling berbenturan menggelegar di udara.

Golok bergetar hebat. Dalam hitungan detik, senjata itu tak kuat menahan kekuatan dari tinju yang dilayangkan Anul—mulai retak.

Pria tua itu terpental jauh karena momentum dari sisa kekuatan benturan goloknya dan tinju milik Anul, tubuhnya terhempas hingga menabrak batu besar di pinggir lapangan.

Batu itu pecah, dan tubuh tua Kakek Jaya terkapar tak berdaya. Aliran kecil berwarna merah, menjalar di sudut bibirnya.

Dengan tumbangnya Kakek Jaya, Tiga orang sesepuh yang tersisa segera mengambil tindakan untuk mengepung posisi Anul.

Mereka menghunus senjata—dua pedang dan satu golok.

Tanpa basa-basi, mereka langsung menyerang bersamaan dari tiga arah. Menutup jalan Anul untuk menghindar.

Tiga senjata, tiga serangan, tiga arah, dan satu tujuan.

Menghadapi tiga serangan itu, Anul hanya diam tak bergeming. Ketiga senjata itu menyentuh tubuhnya.

Trak!

Senjata mereka patah dan hancur berantakan sesaat setelah menyentuh tubuh Anul.

Dalam diam, energi tak kasat mata menyebar, membuat ketiga tetua itu terhempas dan jatuh pingsan.

"Badai mental..." gumam Pak Ghandi yang melihat dari kejauhan.

Mak Ijah dan Kepala Desa—Pak Ghandi, menyaksikan semuanya dengan mata terbuka lebar.

Mereka melotot tidak percaya bahwa hanya dalam waktu singkat, semua tetua pengkhianat sudah tumbang.

Hanya Anul yang masih berdiri tegak.

Bahkan jika Pak Ghandi berada dalam kondisi puncaknya, ia tidak akan bisa menang melawan sembilan orang tetua itu tanpa pertarungan yang sengit.

Kekuatan para tetua pengkhianat itu, walaupun tidak sebanding dengan Pak Ghandi, namun sebenarnya juga tidak terlalu jauh.

“Anak ini… apa dia manusia? Atau siluman?” gumam Mak Ijah lirih, suaranya bercampur antara kagum dan takut.

Baru saja Anul hendak melangkah mendekati Mak Ijah, tiba-tiba udara di sekitar lapangan bergetar.

Dari arah tenggara, sosok seseorang muncul dari balik bayang-bayang pepohonan di lereng gunung. Dengan satu lompatan, ia menempuh jarak lebih dari satu kilometer dan mendarat tepat di depan Anul.

Sosok itu berusia sekitar tiga puluhan tahun, berpakaian sederhana berwarna kelabu. Kesederhanaannya itu justru memberikan aura kewibawaan yang mendalam.

Setiap langkahnya berat, memberikan tekanan yang membuat udara seakan menekan dada orang di sekitarnya—membuat mereka yang ada di dekatnya kesulitan untuk bernafas.

Tapi tentu saja, Anul sama sekali tidak terpengaruh dengan tekanan itu, ia masih bisa berdiri dan bernafas dengan santainya.

Plok... Plok... Plok...

Pria itu bertepuk tangan, senyum sederhana muncul di bibirnya.

“Tidak kusangka, di desa terpencil seperti ini ada seorang pemuda dengan bakat yang luar biasa. Jika kau menyerah sekarang, aku akan membawamu ke Departemen Militer milik Kerajaan Awan Petir. Di sana kau akan mendapat pelatihan dan sumber daya yang jauh lebih baik dari pada yang kau dapatkan di sini,” katanya dengan nada tenang tapi penuh tekanan.

Anul hanya diam, matanya menyipit, tidak menanggapi dengan sepatah kata pun.

Melihat respon dingin itu, pria tersebut berbalik, menatap Mak Ijah. Senyumnya berubah hangat dan ramah.

“Hehe… Ibu. Bagaimana kabarmu? Kudengar Ayah sudah beristirahat dengan tenang.”

Pria itu berjalan secara perlahan mendekati Mak Ijah.

Mak Ijah gemetar, air matanya mengalir deras. Menatap dalam kearah pria yang datang menghampirinya itu. Tangannya yang gemetar terangkat perlahan, suaranya lirih.

“Ramzi…”

Pria itu—Ramzi—memeluk Mak Ijah erat. Seakan dunia berhenti sesaat.

Melihat adegan yang seolah mengandung bawang di hadapannya itu, Anul hanya bisa diam tanpa ada pergerakan. Jauh di dalam hatinya ada sedikit rasa iri yang muncul — seandainya ia juga mempunyai seorang ibu.

Pertemuan ibu dan anak yang sudah lama tidak bertemu itu, memang sangat menyentuh. Tapi entah kenapa ia merasa ada sesuatu yang ganjil.

Ia sendiri tidak bisa menjelaskan sebenarnya apa yang salah itu. Perasaan itu muncul sendirinya murni dari nalurinya. Setelah beberapa siklus perombakan jiwa, kini sensitivitas spiritualnya sudah meningkat berkali-kali lipat.

Hal itu tentu juga meningkatkan kemampuannya untuk mendeteksi adanya ancaman dan bahaya. 

Dan saat ini, Anul merasakan adanya bahaya besar darang dari orang yang bernama Ramzi itu.

Tanpa berani mengendurkan kewaspadaannya sedikit pun, ia terus memperhatikan sepasang ibu dan anak itu secara seksama.

"Orang ini tidaklah sesederhana yang terlihat..." ucapnya dalam hati.

1
Muffin🌸
Ceritanya menarik, narasinya mudah dimengerti. Semangat berkarya authort. Aku tunggu anul sampai menguasai bumi dan langit 😊
☕︎⃝❥ Anul (PPSRS): makasih mbak muffin😄
total 1 replies
erika eka putri pradipta(ACDD)
woww keren sekali bisa terbelah batu nya setelah ranting kecil itu dimasukkan ke lubang itu
erika eka putri pradipta(ACDD)
pecah gak bg anul cincin nya?
Oksy_K
dipaksa dewasa dan menahan rasa sakit. semangat anullll
@dadan_kusuma89
Masih mendingan Anul ada yang suka, Bir! daripada Lu😁
@dadan_kusuma89
Ternyata benar dugaanku, sekarang Anul telah menjabat sebagai kepala desa baru
@dadan_kusuma89
Nggak bisa, Rum! Mana bisa biro disuruh makan pelan-pelan
@dadan_kusuma89
Awas lho, Biro! kamu jangan godain Arum ya!😁
@dadan_kusuma89
Dugaanku sepertinya kamu akan menjadi kepala desa yang baru, Nul!😁
CumaHalu
malah nangis, kog bisa berhari-hari pingsan masih bisa bangun. kalau orang normal sih udah meninggoy.
CumaHalu
Jadi tetep harus hati-hati ya Nul.
Khalisha
Kenapa banyak yang benci anul padahal kan dia udah banyak Bantu warga desa,
ηιтσ
najisnyo. jauh²/Puke/
ηιтσ
pemikiran anak² mah kdng udh di tanam sma kebencian dri orgtuanya. klo ortunya udh cap anak ini gk baik, anaknya jdi benci. walau sbnrnya konsep anul ini beda, lbh kyk jdi pembanding /Facepalm/
Ff Gilgamesh
memang susah memiliki dua wajah... repot menyembunyikan yang satu
👑Chaotic Devil Queen👑
Karena lu bukan MC 😭🤣
👑Chaotic Devil Queen👑
Heh! Lu itu gak diajak 😭👊
erika eka putri pradipta(ACDD)
jatuh hati kau nul
@dadan_kusuma89
Sepertinya Biro harus belajar dari Sammo hung ini😁
@dadan_kusuma89
Wah, energinya salah masuk jalur mungkin, Bir!😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!