NovelToon NovelToon
ANA - Terlanjur Salah Pilih

ANA - Terlanjur Salah Pilih

Status: tamat
Genre:Slice of Life / Cerai / Keluarga / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Selingkuh / Konflik etika / Tamat
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Frans Lizzie

DISCLAIMER : Ini bukan kisah tentang sweet romance tetapi DARK ROMANCE...
Jadi bersiap-siap menjadi tegang dan gemas

Berawal dari kisah cinta semanis madu, pasangan Aris-Ana menikah. Dengan berjalannya waktu kisah manis cinta mereka berubah menjadi semakin pahit dan mencekam.

Ana dibuat hancur berkeping-keping karena pernikahannya. Semakin hari semakin mencekam dan tidak masuk akal.

Apakah yang harus Ana lakukan? Bertahan dia akan hancur. Berpisah ibu dan anaknya lah yang hancur. Adakah pilihan lain baginya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Frans Lizzie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 - Ingin ke Tanjung Pinang

Suitttt…suit…

Yudi bersiul keras-keras. Lalu Yudi mulai berjoget-joget berkeliling seperti orang gila. 

“Jackpot…jackpot. Aku menang! Aku menang! Ayo traktir aku.”    

Aniek, istrinya langsung mengacungkan kedua jempolnya sambil berjingkrak-jingkrak.    

Ling Xie membelalakkan matanya dengan kedua tangan menutup mulutnya. “Woahhh!! Wahhh!! Wahhh!!”     

Yuni ikut-ikutan meloncat-loncat girang. “Hore, hore, hore. Jadian..jadian. Uhuy!”     

Tiur bertepuk tangan, “Ulang tahunku membawa berkah, kan.”     

Aris tertawa geli melihat kegilaan mereka. “Ah kalian ini.. sinting semua.”     

Sedangkan muka Ana memerah malu.  Menjadi pusat kehebohan seperti ini benar-benar membuatnya malu. Rasanya seperti ingin melarikan diri sejauh mungkin kemudian menyembunyikan kepalanya sampai keadaan kembali tenang.     

Ling Xie yang berhati paling peka di antara orang-orang sales bisa merasakan ketidak nyamanan Ana.     

“Ayo, ayo, kita minum air jahenya,” ajak Ling Xie sengaja mengalihkan perhatian. Dia  merasa kasihan melihat wajah Ana sudah memerah.   

“Aris, kowe kudu syukuran lho.. bareng anak sales…”     

Ling Xie menepuk tangan Yudi, dengan gerakan kepala menuju Ana sebagai bahasa isyarat, Ling Xie memberitahu ke semua orang kalau Ana mulai merasa tak nyaman.    

Paham dengan isyarat Ling Xie, Yudi pun langsung mengubah arah pembicaraan.     

“Mas, Mbak, Boru, Uni dan Cece, mari, mari,  kita nikmati jagung bakarnya dulu. Ayo silahkan, dipilih dipilih … Jagung bakar sudah siap disantap. Jagung yang warna merah rasanya pedas manis. Jagung yang berwarna coklat kekuningan rasanya asin gurih,” seru Yudi keras-keras.  

Aris mendekati Ana yang sedang duduk berdua dengan Ling Xie. Keduanya duduk agak menjauh dari teman-teman se departemen yang selalu riuh dan heboh itu.     

“Ana, mau jagung yang rasa apa? Biar aku ambilkan,” tanya Aris penuh perhatian.      

Ana agak terperangah. Dia selalu tersentak dengan perhatian Aris kepadanya. “Oh, eh, yang pedas, Mas. Terima kasih.”    

“Pedas? Oke.” 

Baru saja Aris mau menawarkan jasa jemput jagung bakarnya kepada Ling Xie, gadis Tionghoa itu sudah berdiri.       

“Aku mau ambil sendiri saja, mau aku kantong-in beberapa. Karena mau kubawa pulang.” Ling Xie berkata kepada Ana. “Ana tunggu saja di sini. Habis bungkus jagung, aku balik sini lagi. Mau minum jahe dulu sambil tunggu koko aku jemput.”     

Ana berdiri untuk mengisi gelas-gelas stainless steel dengan air jahe. “Guys… ini air jahenya ambil di sini ya.”   

Tak lama kemudian Ling Xie kembali sambil menenteng tas plastik kresek yang dilapisi kertas minyak coklat, berisi beberapa jagung bakar di dalamnya.              

Aris juga kembali dengan membawa 2 jagung bakar pedas manis dan satu jagung bakar asin.    

“Aku bawakan juga yang jagung asin,” kata Aris. “Biar Ana merasakan dua-duanya.”    

“Terima kasih, Mas.” Ana berusaha bersikap sewajar mungkin untuk menutupi perasaan gugupnya. Dia sungguh tidak terbiasa diperlakukan seperti ratu.”

“Ling Xie, Mas Aris….ini air jahenya. Semoga sudah tak terlalu panas.”    

Beberapa saat kemudian Tiur, Yuni, Aniek dan Yudi juga ikut duduk bergabung mengelilingi meja untuk menikmati jagung dan air jahenya.     

“Ehmm, jagung pedas manisnya ini benar-benar enak lho,” puji Yuni.     

“Air jahenya juga enak banget. Beda rasanya dari air jahe di warung-warung,” puji Aris juga. “Pakai kayu manis dan cengkeh ya.”     

“Iya, kok bisa tau. Wah, hebat kamu Aris,” kata Tiur takjub. “Bisa tau bahan apa aja yang masuk ke wedang jaheku, hanya dengan meminum-nya saja. Jangan-jangan kamu koki yang menyamar jadi engineering ya.”     

Aris tersenyum. “Ah, ada-ada aja Boru nih.”     

“Ana…, aku boleh nanya nggak,” tanya Yuni hati-hati. 

Yuni melirik ke arah Ling Xie. Dia agak segan karena dia tahu Ling Xie kurang bisa diajak ngerumpi. “Soal kamu sama Aris….”     

Yuni berhenti bicara saat melihat wajah Ling Xie yang mulai berubah. “Ihhh Ling Xie, jangan serem-serem lah wajah kau itu ke aku,” rengek Yuni sambil menggoyang-goyangkan bahunya. “Ana, bagi ceritamu dengan Aris dong. Beneran ini kalian jadian? Ayolah, cerita-cerita dong. Kita ini semua kan orang luar lho.”     

Ana menatap semua orang sambil tersenyum malu. “Aih, kalian ini heboh kali lah. Padahal aku dan Mas Aris juga baru dua kali  jalan bareng lho. Itu juga karena aku lagi butuh bantuan banget. Iya kan Mas?”   

Aris mengedipkan matanya sambil tersenyum. “Kapan pun Ana butuh, aku siap bantu. Tinggal telpon atau message. Okay?”   

Terlihat Aniek berbisik sesuatu kepada Yudi, suaminya. 

Yudi serius mendengarkan lalu memberi tanggapan, sayangnya bukan dengan suara bisik-bisik. “Iyo, saiki seh durung. Ning aku yakin Aris karo Ana bakalan dadi.”     

Aniek mencubit paha Yudi keras-keras.    

“Adoh!” seru Yudi kaget. “Ngopo..”     

Aniek segera mendekatkan bibirnya ke telinga Yudi. Ia berbisik-bisik lagi. Yudi balas berbisik ke arah telinga Aniek. Begitu berulang kali.     

Tiur mencibir ke arah pasangan suami-istri itu. 

“Kalian ini pamer kemesraan di sini, di depan kami para jomblowati. Mau adegan intim suami istri di rumah ajalah.”    

Yudi dan Aniek saling bertatap-tatapan. Entah apa isi bisik-bisik antar suami istri itu.     

Akhirnya Aniek mencoba berbicara, “Gini Ana, aku sama Mas Yudi tadi ngomongin soal keinginan kamu buat explore Batam. Tapi kamu kan belum punya kawan dekat yang bisa nemenin kamu. Jadi aku tadi usul ke Mas Yudi, gimana kalau team sales ini bareng-bareng jalan nemenin Ana jalan-jalan. Sabtu Minggu, mungkin? Biar persaudaraan kita makin erat gitu.”     

Mereka saling pandang. Saling mencari persetujuan satu sama lain.    

Ling Xie bereaksi terlebih dahulu. 

“Dua bulan ini mungkin aku tak bisa keluar lebih dua jaman selama weekend. Banyak keluarga dari Taiwan dan Singapore datang. Kurang etis gitu ada keluarga jauh datang malah ditinggal pergi. Jadi aku nggak bisa janji.”      

Ling Xie menatap Ana. “Sorry ya Ana.”     

“Tidak apa-apa Ling Xie. Aku tadi cuma cerita saja karena ditanya oleh Mbak Aniek. Jangan malah jadi beban seolah-olah aku ingin ditemani jalan-jalan. Jangan kuatir, aku tidak terburu-buru kok. Hanya karena aku pendatang baru di Batam ini, jadi aku tertarik ingin tahu lebih banyak tentang Batam.”    

“Hal yang menarik tentang Batam ya..,” sahut Yuni dengan antusias. 

“Harus lihat jembatan Barelang sih, beserta pantai-pantainya yang masih asli. Ada camp Vietnam juga di sana.’    

Aniek menambahkan, “Tadi Ana tertarik pergi ke Pulau Putri ya, karena harus menyeberang memakai kapal kecil.”    

“Iya,” jawab Ana antusias. “Aku belum pernah naik perahu kecil. Bahkan boleh dibilang aku belum pernah naik kapal sama sekali. Seumur-umur hanya kendaraan darat dan udara saja yang pernah kunaiki.”    

“Kalau gitu Ana harus ke Singapore, naik kapal Ferry,” sela Aniek antusias.     

“Oh, aku belum punya paspor,” kata Ana. “Tunggu ada waktu untuk urus paspornya dulu.”

“Ke Tanjungpinang juga bisa naik ferry. Naik lewat pelabuhan Punggur. Tak perlu punya paspor,” celetuk Aris.     

“Oohhh, kalau Tanjungpinang… Aku sudah ada rencana Jumat depan mau ke sana bareng Hendra,” sambung Ana.    

“Dengan Hendra?” Aris terlihat kaget. “Ana janjian dengan Hendra? Dengan siapa lagi perginya?”     

Tiur dan lainnya menunggu jawaban Ana.   

Tapi… suara dering hp mengusik suasana yang sedang seru itu.    

“Halo…,” jawab Ling Xie. Kepalanya mencari sebuah mobil berwarna silver yang berhenti agak jauh dari rumah Tiur. 

“Guyss, aku udah dijemput nih. Uhhmmm, padahal lagi seru nih.” Ling Xie berpura-pura kesal dengan mengerucutkan bibirnya. Wajahnya jadi terlihat imut dan lucu.   

Dia beranjak sambil mengambil tasnya. “Senin kalian ceritain kelanjutannya ke aku ya. Byeee… aku balik dulu.”   

“Thank you so much, Ling Xie,” seru Tiur.    

“Take care.”     

“Bye.”   

Ling Xie pergi menjauh bersama mobil silver yang menjemputnya.

Usai berdadah-dadah pada Ling Cie, Ana melangkah menghampiri ceret untuk menuangkan air jahe lagi ke gelasnya yang sudah kosong.    

Baru saja Ana mengalirkan air jahe ke kerongkongannya, Yuni sudah kembali mendesak. “Ana, itu tadi pertanyaannya belum terjawab lho. Kapan Ana janjian sama Hendra? Dan sama siapa saja Ana berangkat?”   

“Aku mengajak Dita sih. Tapi katanya dia tak bisa tukar jadwal. Ya sudah pergi sama Hendra saja. Dia sudah atur jadwalnya untuk ambil extra off. Jumat sales kerja cuma setengah hari kan. Jadi aku dan Hendra usahakan bisa kejar ferry jam 4.” Ana meminum air jahenya lagi. Di tangan kirinya, ia masih menghabiskan jagung bakar rasa asinnya.    

Ana merasakan jika teman-temannya jadi diam. Karena itu ia bertanya, “Kok kalian pada diam sih? Udah kekenyangan ya?”   

Aris berdeham beberapa kali untuk membersihkan kerongkongan. “Aku akan usahakan agar bisa menemanimu pas ke Tanjungpinang. Aku atur anak buahku dulu.”     

Ana jadi girang. “Beneran bisa? Oh, kukira Mas Aris sibuk sekali.”  

Aris tersenyum, “Bisa diatur. Aku akan temani Ana.”     

Ana bertepuk tangan kecil. “Asyik!!”    

Tiur berdiri sambil melakukan peregangan di pinggangnya. “Guys, mulai bersih-bersih yuk. Udah malam ini. Biar kita cepet bisa istirahat.”    

“Ayooo!!!”

Dan mereka pun mulai bersih-bersih.

1
strawberry 27
yahhh,,,,kok tamat, selalu di tunggu malah tamat/Cry//Cry/
strawberry 27
Ana tidak usah khawatir soal baby Keenan, pasti terurus dgn baik, soal Aris & Sulis daripada punya pikiran aneh² klo mrk begini begitu , lebih baik Ana fokus kerja , spy dpt uang yg banyak dan bisa bikin kos² an buat mami nya Ana
strawberry 27
Ana yg sabar ya ,,,,, baby Keenan masih kecil, kalau sudah agak besar pasti tau kalau Ana mama nya Keenan
strawberry 27
Rio kaget mgkn krn Ana nikah di kua
Frans Lizzie
terima kasih doanya
strawberry 27
cepat sembuh baby Keenan, jangan bikin mama Ana takut ya
strawberry 27
Waduh, kalau Ana nelpon Aris, sudah dapat di pastikan Aris marah² ni , orang seperti Aris yg royal sama orang lain tapi sama istrinya sendiri super pelit, pasti Ana akan kena marah ni, sebaiknya Ana atasi sendiri soal baby Keenan, berharap baby Keenan baik² saja, harusnya Ana tidak bilang kalau sisa sufor di buang, biar bgmn pun si Sulis pasti akan ngadu ke Aris gini gitu, lha wong Sulis suka / cinta ke Aris, & SDH pasti Sulis akan senang melihat Ana di marah i Aris
strawberry 27
seandainya harus pisah, Aris tentu tidak mau baby Keenan ikut Ana, dilema buat Ana, berat memang, ya seperti nya Ana harus merelakan baby Keenan dengan Aris, dan Ana lanjut bekerja spy bisa makan , mencukupi kebutuhan Ana juga Sherly mama Ana, karena si Aris ini royal hanya kpd teman² nya bukan kpd istri nya, karena niat awal si Aris hanya menaklukkan hati Ana, setelah Ana tekuk lutut ya sudah selesai, Aris kembali ke setelah pabrik yg mau menang dan enaknya sendiri, suka main perempuan dan masih banyak lagi, kini tinggallah Ana yg menyesal, Ana sebaiknya bangkit, jangan pernah menyerah, toh Ana kpn pun masih bisa ketemu baby Keenan
Frans Lizzie: Keren komentar Kakak👍
total 1 replies
strawberry 27
Wah ternyata si Sulis selain bantu momong baby Keenan , pingin merebut ayah Keenan juga rupanya , pertanyaannya apa Ana masih mencintai Aris, tentu kadar cinta Ana ke Aris tinggal,,,mgkn 60 persen saja, Ana harus siap² pisah nich ,,,
Frans Lizzie
Terima kasih pendapatnya, Kakak😍
strawberry 27
Ana sebaiknya tidak usah cerita ke Aris klo turun jabatan, gue yakin Aris tidak akan perduli, mau Ana turun jabatan atau nggak, Aris hanya perduli diri nya sendiri dan keluarga nya, sedangkan Ana tetap Aris anggap orang lain / orang luar meski sudah sah jadi istri Aris, dan mau apa yg Ana lakukan selalu salah ,gak ada bener nya di mata Aris, yg sabar ya Ana, mending cerai saja dari Aris , sebelum terlambat, KLO perlu cari kejar Mario
strawberry 27
kewajiban suami blum di laksanakan ngasih nafkah istri / ngasih uang , tapi istri nya harus ngasih nafkah batin ke suami nya, rugi donk
Frans Lizzie: 🤭 terima kasih supportnya kakak
total 1 replies
strawberry 27
Yudi kepingin Ana jadi langsing lagi e malah di kasih donat wkwkwk
strawberry 27: GPP juga sich, donat e enak🤭🤭🤣🤣
total 2 replies
strawberry 27
Ana beruntung punya kk ipar spt mbak Yati yg baik hati , biasanya kk ipar perempuan rata² pd jht
strawberry 27
seharusnya Ana jujur saja soal Aris tidak ngasih nafkah setahunan ini ke mbak Yati, bukan mau mempermalukan atau merendah kan Aris tapi kenyataan seperti itu, soal nanti mbak Yati menyanggah membela Aris adik nya begini begitu urusan blakang, yg penting Ana sudah jujur katakan apa ada nya ke mbak Yati
strawberry 27
Aris mulai kelihatan sifat asli nya, yg sabar ya Ana
Frans Lizzie
sendirian lagi. Makanya para lansia harus jaga kondisi agar tetap fit dan lincah di masa tua💪
strawberry 27
Jadi penasaran kisah selanjutnya Ana & Aris bgmn, mama Sherly pulang ke Jogja nya bgmn ya sendiri an lagi atau ada teman nya
strawberry 27
Mario orang baik, knp Ana ngga sama Mario saja
strawberry 27: sebetulnya masih ada waktu, hanya pihak Aris pasti marah besar, dan misal itu terjadi, Ana jadi tau bgmn sifat Aris yg sesungguhnya sebelum menikah, sebetulnya tanda dari Dita pun tidak Ana abaikan
total 2 replies
strawberry 27
lanjut author,seru nich
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!