NovelToon NovelToon
Mengandung Benih Tuan Muda

Mengandung Benih Tuan Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Menikah Karena Anak
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: rafizqi

Seorang wanita miskin bernama Kirana secara tidak sengaja mengandung anak dari Tuan Muda Alvaro, pria tampan, dingin, dan pewaris keluarga konglomerat yang kejam dan sudah memiliki tunangan.

Peristiwa itu terjadi saat Kirana dipaksa menggantikan posisi anak majikannya dalam sebuah pesta elite yang berujung tragedi. Kirana pun dibuang, dihina, dan dianggap wanita murahan.

Namun, takdir berkata lain. Saat Alvaro mengetahui Kirana mengandung anaknya. Keduanya pun menikah di atas kertas surat perjanjian.

Apa yang akan terjadi kepada Kirana selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rafizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 – Makan malam

Suara pintu diketuk dari luar. Kirana bangun dari tidurnya, membuka pintu kamarnya.

Krekkkk.

Kirana diam. Kirana dan Alvaro saling menatap beberapa saat.

"Kenapa tidak keluar dari kamar? Apa kamu sakit?" Tanya Alvaro.

"Tidak" jawab Kirana singkat.

"Lalu kenapa mengurung diri?" Sanggah Alvaro cepat yang merasa tidak puas dengan jawaban Kirana.

"Kenapa?" Kirana menatap Alvaro.

"Bukankah ini yang kamu lakukan? dulu..... aku dikurung tanpa kejelasan. Aku tidak dibiarkan keluar walaupun aku ingin keluar dari kamar ini." lanjut Kirana. Alvaro hanya diam.

"Sekarang, setelah aku tidak protes dan berdiam diri di kamar, seperti yang kamu inginkan itu, kenapa sekarang bertanya?" ucap Kirana lagi. masih dengan nada kesal.

"Aku tidak bertanya tentang kamu...Kirana.... Aku bertanya karena aku tidak mau anakku sampai kenapa-kenapa" Ujar Alvaro nyelekit. Menyadarkan Kirana bahwa bukan dia yang penting disini.

Kirana diam. Ada kilasan kecewa dari sorot matanya.

"Sayang......... " Clarissa tiba-tiba datang dan segera menyeru.

"Aku mencarimu kemana-mana. Ternyata kamu disini" ucapnya lagi, manja.

"Apa terjadi sesuatu kepada Kirana?" Tanya Clarissa pura-pura peduli.

"Tidak ada." jawab Alvaro dengan matanya yang masih menatap dingin kearah Kirana.

"Makan malam sudah siap. Sebaiknya kita makan malam segera, sebelum makanannya dingin" ujar Clarissa lagi.

"Sebaiknya kamu juga ikut makan malam ke bawah Kirana. Karena hari ini keluarga ku akan datang dan makan malam bersama." ucap Alvaro.

Kirana tak menjawab. Namun tak bisa menolak untuk tidak makan bersama di ruang bawah.

Alvaro dan Clarissa melangkah pergi dari sana.

Sementara, Kirana masih diam. menghela nafas. lalu menyusul kemudian.....

Saat Kirana menuruni anak tangga. Diruang keluarga. Sepasang mata menatapnya dari bawah.

Kirana terkejut. Langkahnya terhenti dan air matanya menetes begitu saja.

Dia..... Laki-laki yang selama ini Kirana cinta. Laki-laki yang selalu menemani dan mendukung nya kini berdiri di depan matanya.

Kedua mata mereka saling bertemu. Ada rindu, sedih dan kekecewaan yang mendalam yang tersembunyi dibalik sorot tatapannya.

Ingin sekali rasanya mereka saling memeluk, sekedar melepas rindu. Namun,,,,,, sesuatu menghalangi mereka begitu keras hingga sulit untuk menembus dinding itu.

"Bram....... " lirih Kirana terkejut.

"Kirana...... Ternyata kandungan mu sudah besar" batin Bram. Yang kini juga menatap Kirana.

Setelah sekian lama. Bram akhirnya memberanikan diri untuk datang ke rumah kakaknya bersama kedua orang tuanya.

"Apa kabar, Kirana"

Kirana terkejut. Kali ini Bram yang memulai pembicaraan dengannya. Seolah rasa sakit di masalalu sudah tidak bearti lagi.

Apa ini hanya sekedar formalitas, karena dia adalah kakak iparnya, atau..... ada sesuatu yang lain? Bram nampak tidak membenci nya sama sekali.

"A... A-aku baik, Bram. Bagaimana dengamu?"

"Aku baik. Aku juga sudah menyelesaikan pendidikan ku di luar negeri. Sekarang aku sudah mulai bekerja. Bersama kak Al. dan di kantornya" jawab Bram tersenyum.

Kirana masih tak mengerti. Kenapa Bram nampak berbeda. Kenapa dia tidak marah? Setelah hari itu, ketika dia datang ke pernikahan nya dan ternyata pengantin laki-laki itu adalah kakaknya sendiri.

"Apa kalian saling mengenal?" tanya Clarissa di tengah-tengah mereka.

"Dia...... Dia...." Kirana nampak ragu.

"Kami teman satu sekolah. Waktu di SMA" Jawab Bram, mencairkan kecanggungan yang Kirana rasakan.

"Kapan kalian akan membawa kami makan malam?" kini nyonya Lili membuka suara dengan nada yang kesal karena sudah lama menunggu.

"Maafkan kami tante. Kita seharusnya tidak menunggu terlalu lama. Tapi..... karena dia terlalu lama turun, harus membuat tante menunggu. Sekali lagi maafkan Kirana ya Tante" ujar Clarissa mencari muka dengan menyindir Kirana yang terlalu lama turun dari kamar.

Bram menatap Clarissa tak suka. Sementara Alvaro hanya diam dan tak ada niat ingin membela. Dia tau bahwa Kirana sedang hamil besar, tidak mungkin baginya untuk berjalan dan bergerak terlalu cepat seperti orang sehat pada umumnya.

Semua orang pun menuju ruang makan. Disana tersedia banyak sekali hidangan mewah. Para nampak pelayan berbaris mengelilingi meja makan.

Clarissa buru-buru duduk disamping Alvaro mendahului Kirana.

"Kirana. kamu disamping ku aja ya" ucapnya tanpa rasa malu.

"Aku baru tau kalau ada orang yang tidak tau malu seperti kamu, Clarissa" Bram langsung bersuara dengan nada kesal.

Kirana menatap Bram terharu. Dia tau Bram sedang membelanya saat ini.

Sedangkan Clarissa terlihat kesal kepada Bram, "Bram. aku ini calon kakak iparmu, tentu saja aku akan duduk disamping kakakmu" jawab Clarissa.

"Cih. Kamu mau jadi orang kedua?"

"Cukup!" Kini Pak Herman mulai jengah dengan pertengkaran ini.

"Kenapa kalian sangat berisik?" Pak Herman terlihat marah.

"Dia itu tamu. Tapi berlaga seperti nyonya di rumah ini"

"Cukup, Bram!" Bentak Alvaro. Kini keduanya saling menatap tajam.

"Bram. Aku tidak apa-apa. Kalian jangan bertengkar hanya karena masalah seperti ini" sanggah Kirana menghentikan Bram. Lalu duduk di meja makan dengan tenang.

Kini di meja makan dipenuhi ketegangan. Semua orang nampak diam dan makan dengan tenang. Tanpa suara, bahkan tanpa obrolan singkat. Seolah keharmonisan itu sudah lama mati di dalam keluarga itu.

Ruang makan keluarga Wilantara malam itu terasa mencekam meski tampak megah. Kristal lampu gantung berkilauan, hidangan mewah berjejer rapi di atas meja panjang. Bram duduk kaku di samping Alvaro, menahan diri agar tidak menunjukkan kegelisahan yang sejak tadi membakar dadanya.

Di seberangnya, Kirana menunduk. Senyum ramahnya hanya sekadar formalitas, matanya terlihat redup, jelas sekali ia bukanlah wanita yang bahagia.

Bram memperhatikan setiap detail: kulit Kirana pucat, jemari kurusnya menggenggam sendok terlalu erat, seakan menahan sesuatu. Jelas Bram mengerti bahwa Kirana tidak baik-baik saja disana.

Namun Alvaro dengan santai melingkarkan lengannya di bahu Clarissa seakan tak peduli. Wanita itu tersenyum penuh kemenangan, menyuapi Alvaro potongan daging steak di depan semua orang tanpa rasa malu. Seakan Kirana, istri sah tidak ada disana bersama mereka.

“Sayang, coba ini. Dagingnya pas sekali tingkat kematangannya,” ujar Clarissa manja, suaranya menusuk telinga Kirana.

Alvaro menoleh sambil tersenyum tipis, lalu mencium pelipis Clarissa. “Kau memang selalu tahu seleraku.”

Kirana memejamkan mata sesaat menahan hatinya yang perih. Hatinya seakan ditikam berkali-kali.

Bram yang duduk di ujung meja mengepalkan tangan, urat di pelipisnya menegang. Pandangannya beralih dari Alvaro ke Kirana—dan saat itu ia melihat jelas tatapan hampa kakak iparnya itu.

Bram tidak bisa lagi berpura-pura. Selama ini ia kira pernikahan Kirana dengan Alvaro adalah sebuah keberuntungan. Tapi nyatanya, wanita itu menderita di rumah ini.

Ketika makan malam usai, Bram mendekati Kirana di lorong sunyi sebelum ia sempat kembali ke kamarnya. “Kirana…” suaranya serak, penuh gejolak.

Kirana menoleh cepat, seolah ketakutan jika Alvaro melihat mereka terlalu lama bicara. "Bram, kenapa kau kesini. Kalau Alvaro tahu—”

Bram meraih lengannya, lembut tapi tegas. “Aku tidak akan diam melihatmu seperti ini. Aku salah menilai selama ini. Mulai sekarang, aku janji… aku akan merebutmu dari Alvaro. Aku tidak peduli dia kakakku. Aku tidak akan biarkan kau terus disakiti. Sekarang aku tahu kau tidak bahagia bersama dia"

Mata Kirana melebar, tubuhnya gemetar dan sedikit takut dengan ucapan Bram.

"Bram aku tidak ingin membuat mu terlibat dalam masalah hidupku."

"Tidak Kirana. Aku tidak masalah jika harus menjadi ayah pengganti untuk anakmu. Aku akan bertanggung jawab dan membahagiakan kamu"

Mendengar itu, Mata Kirana berkaca-kaca. Namun dia merasa tidak pantas mendapatkan orang sebaik Bram.

"Tidak Bram" Tolak Kirana gamblang.

Bram melotot, "Aku mencintaimu Kirana. Tolong! percaya padaku! Aku akan membawamu pergi dan memberikan kamu kebahagiaan" ucap Bram menggenggam tangan Kirana.

Sementara dari ujung lorong, langkah kaki Alvaro terdengar mendekat—

.

.

.

Bersambung.

1
Ma Em
Kirana kamu jgn lemah Kirana hrs berani lawan mereka yg merendahkan kamu kalau Kirana lemah siapa yg mau melindungi Arya dari orang2 yg tdk menyukainya , Kirana hrs bangkit tegas dlm bertindak dan berani dlm mengambil keputusan 💪💪💪
Ma Em
Clarissa kamu cuma tunangan sedangkan Kirana adalah istri sah Alvaro siapa yg paling berhak tinggal bersama Alvaro , dasar ulat bulu yg tdk tau malu .
Ma Em
Syukurlah Kirana bertemu dgn Bram , semoga Bram bisa melindungi Kirana dari niat jahat Clarisa .
Ma Em
Kirana kamu jgn percaya dgn omongan beracun Clarisa dia hanya akan memecah belah hubungan mu dgn Alvaro, jgn terlalu polos dan bodoh karena bisa dihasut sama wanita ular seperti Clarisa .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!