Satu hubungan rumah tangga yang di harapkan oleh istri, menjadi tempat nyaman dan tentran tapi ternyata yang dia rasakan sebaliknya. Akan kah sang istri mendapatkan kebagian dalam rumah tangganya, dari suaminya, atau bahkan di dapatkan dari orang lain.
Bab 11
“ Hallo “ ucap Bhima
“ Hallo bro, lo dimana “ Kai
“ Sorry , malem ini gue gak bisa gabung “ ucap Bhima dingin
Kai yang menyadari sambutan sahabatnya itu pun menjauhkan sedikit ponselnya lalu
memandang heran ponsel itu , dan
menempelkan kembali di telinganya.
“ Lo baik- baik aja kan, suara lo….Tut “
Belum selesai Kai melanjutkan ucapannya panggilan sudah terputus sepihak.
“ heee, dasar ßángke “ umpat kai
“ napa cuy “ tanya Rey
“ Gak tau gue, Bhima gak jadi ikut. Suara nya juga aneh banget “ ucap Kai
“ Jadi gimana ni, gak enak banget kurang
personil “ Zein
——-
Tanpa pikir panjang Bhima membawa Liora ke penthouse nya.
Bhima memarkirkan kendaraanya, lalu keluar dari balik kemudi dan berjalan memutar ke arah kuris penumpang, membuka pintu itu lalu membopong Liora keluar dari mobilnya.
Liora yang masih diem kosong hanya pasrah ketika Bhima membopong nya.
Ting…
Bunyi pintu lift yang langsung berhenti di unit pintu pethouse nya.
Ruangan bernuansa mewah menyambut kedatangan mereka, Liora masih di dalam
gendongan Bhima.
Tanpa pikir panjang Bhima membawa Liora masuk kedalam kamarnya.
Muka pucat pasi Liora membuat Bhima sangat khawatir. Bhima membaringkan Liora di sofa yabg ada di kamarnya.
“ Ra “
“ Ra “
“ Hei, Ra “
Bhima menepuk nepuk pelan pipi Liora agar tersadar dari lamunan nya
“ Ganti baju dulu yok, teeus nanti istirahat “
Liora mengangguk pelan tanpa suara, Bhima berdiri berjalan ke arah wadrobe. Mengambil salah satu kaosnya lalu berjalan ke arah Liora lagi.
Tapi langkahnya seketika berhenti, ketika
melihat Liora yang sudah terduduk dengan keadaan setengah ßùgíł dua buah squisy yang padat terpampang nyata di hadapannya. Hanya tersisah Cèłáńà dáłám nya saja.
Liora hanya diam, tatapan nya mengarah ke arah dua manik mata yang melihatnya dengan keterkejutan.
Bhima menelan air ludahnya dengan kasar.
“ ngleeek…. Ra “ gumamnya lirih
Liora hanya diam pandangan nya beralih menatap luar kaca besar yang ada di hasapan
nya.
Bhima berjalan mendekat, berjongkok di depan Liora.
“ Ra… “ panggilnya lirih
Liora menoleh lagi memandang ke Bhima
“ ganti baju dulu ya “ suara Bhima yang serak, menahan gejolak yang muncul karna terpampang dua buah squisy yang kenyal dan padat di depannya.
Liora menatap tajam ke arah mata Bhima,
tanpa aba - aba Liora memegang kiri kanan sisi wajah Bhima dengan kedua tangan nya, menariknya mendekat ke arah nya dan
“ Cup “ benda kenyal itu mendarat pelan hangat bercampur dingin bibir Bhima
Bhima melotot kaget, entah berapa kali hari ini jantungnya hampir lepas di buat oleh Liora.
Bhima masih diam satu tangan nya memegang pinggiran sofa yang ada di samping Liora, sedangkan satu tangannya meremas kuat kaos yang tadi di ambil untuk Liora.
Liora menggerakan bibirnya mèłùmát pelan bibír Bhima dengan berbekal instingnya saja, meski ini kali pertamanya bïbír nya
bersentuhan dengan lawan jenisnya. Liora mencoba menikmatinya, kedua matanya memejam.
Menarik Bhima lebih dekat kepadanya dengan kedua tangannya yang ada di wajah Bhima tadi.
Bhima yang semula berjongkok dengan satu tangannya, kini kedua lutut nya sudah
menempel ke lantai dan badannya berlutut setengah berdiri.
Saat Liora menggerakan bíbírnya, Bhima sudah tisak bisa menahan lagi.
Satu tangan nya yang meremas baju tadi sudah berpindah di tengkuk Liora, sedangkan satu tangan nya lagi sudah berada di sisi
pinggul Liora.
Saat sentuhan tangan Bhima menyentuh kulit
nya, Liora terkejut sebentar. Tapi tetap
melanjutkan cíùmán itu.
Bíbír yang saling mèłùmát dan lídáh yang
saling membelit menciotakan suara yang
beraduh.
Liora yang amatari, jelas terasa kakunya taoi tetap mencoba rileks. Membuat suasana
menjadi tambah intím.
Nafas yang berderu, beradu karna kehabisan nafas.
“ Ńgghhh….” Lengkuh Liora saat cîuman itu terlepas .
Kening Liora beradu dengan Bhima
“ Ra…” panggil Bhima dengan suara seraknya
satu tangan Bhima yang tadi di tengkuk Liora menghapus jejak- jejak yang tersisah di bíbír
Liora.
Liora mengambil tangan Bhima yang mengusap bíbírnya tadi lalu membawanya ke satu squisynya.
“ Please….” Ucap Liora lirih
Bhima menatap lagi kedua mata Liora, dan
Liora juga membalas tatapan itu.
“ Please…” ucapnya lagi
Saat ucapan permohonan terakhir itu terucap kembali, Bhima langsung mengangkat tubuh Liora. Membawanya dalam gendongan monyet
nya ke arah ranjang king sizenya sambil
menyatukan lagi cíümáń mereka.
Kaki Liora spontan melingkar di pínggang
Bhima, sedangkan kedua tangannya mengalung mesta di leher Bhima.
Liora membalas çíümáń hangat Bhima.
Saat Bhima sudah sampai di sisi ranjang nya, Bhima naik ke atas memposisikan Liora
dengan nyaman di sana, cíùmáń merekabyang terputus membuat suara dèśáháń Liora keluar.
Rasa yang belum pernah Liora rasakan selama ini, yang harusnya dia berikan kepada suaminya. Tapi kenyataan pahit yang tadi terjadi di depan matanya langsung, membuat bahkan saat ini dia tidak ingin lagi bertemu dengan laki laki ßájíńgàń itu lagi.
Saat cíùmáń itu terlepas, Bhima beralih mèñçümbùí sisi rahang Liora hingga kulit selangkangan lehernya.
“Ńgghhhh…ssstttt “ Liora sudah mulai
mengeluarkan suara mèńggodanya
Bhima mèńÿèśàp lembut kulit leher Liora, dan meninggalkan jejak nya disana.
Satu tangan kekar nya mèrèmáś pelan squisy Liora, menimbulkan sensasi yang luar biasa di tubuhnya.
Liora menggeliat merasakan seluruh badannya merinding, karna śéńtûh- śèńtüháń lembut dari Bhima.
Bîbîr Bhima terus mèñçûmbû, mèñjîłàt bahkan mèñÿèśáp kulit mulus Liora meninggalkan
beberapa jejak- jejak di setiap sèśàpáñ nya.
Liora mengigit bibir bawah nya, menyalurkan rasa nîkmát yang keluar dari tubuhnya.
“ Sssttt….Aaakhhh”
Suara- suara indah itu menggema merdu di
ruangan kedap suara itu, memantulkan suara yang membangkitkan gàîràh dalam diri orang yang mendengarnya.
Kini bibir Bhima sudah sampai di gundukan squisy padat Liora, bibirnya mengecup singkat pûcûk mèràh jambu yang ada di sana. Lalu mèñjîłàt nya sebelum di masukan ke dalam mûłût nya.
“ Akhhh….” Dèsàh Liora panjang tangan Lira yang dari tadi meremas sprei spontan meremas rambut lembut Bhima, menyalurkan ke sana.
Bhima mèñÿèśàp seperti bayi yang kehausan, dan kini berganti ke squisy satunya lagi. Sedangkan satu tangan nya yang tadi mèrèmàś kini sudah mulai menyusuri sekitara perut ramping Liora, mengelus lembut menunggalkan jejak- jejak, kupu- kupu yang bertebrangan di sana.
“ Nghhh….” Entah sudah berapa kali dèśáháń itu keluar dari mulutnya.
Bhima menarik turun tutup bersegi tiga Liora dengan sangat pelan, di bantu dengan kaki Liora yang juga ikut di gerakan oleh Liora sendiri.
Satu tangannya menekuk san membuka lebar satu paha Liora, memudahkan akses untuk Bhima mèñjàmàh nya dengan tangannya di area sana.
Bhima memainkan pelan di kisaran segitiga yang sudah tidak berbungkus itu di sana, membuat sedikit lingkaran serta menekan
lembut dan kadang setegah dalam.