CINTAKU MENTOK Di WANITA MALAM

Restu melangkah keluar dari restoran dengan wajah dingin. Namun ia sedikit merasa lega karena urusannya dengan Nadine sudah beres. Begitu masuk mobil, pintu segera ditutup oleh Rangga. Tanpa membuang waktu, kendaraan itu melaju menuju bandara.

"Ngga, jaga AR Games baik-baik selama aku pergi," pesan Restu dengan menatap ke luar jendela. "Oh, ya, Ngga. Cari tau apa yang terjadi semalam, antara aku dan wanita gila bernama Nadine!" ucapnya tegas.

"Baik, Bos," jawab Rangga sambil fokus mengemudi.

"Satu lagi, segera kabari jika ada kabar sedikitpun mengenai Azalea!"

Rangga mengangguk cepat. "Pasti, Bos!"

*

*

*

Sekitar pukul sepuluh pagi, Restu sudah menginjakkan kakinya di Bandara Soekarno-Hatta. Disana, sudah ada seseorang yang menjemputnya.

Saat langkahnya tiba di pintu kedatangan, seorang pria berpakaian formal melangkah maju dan mencegatnya.

"Selamat datang, Tuan Restu," sapanya sambil menunduk hormat. "Perkenalkan, saya Niko. Saya diutus Tuan Ardhan untuk mendampingi Anda selama di Jakarta, sekaligus memimpin Grand Vista Properti."

Restu mengangguk singkat, "Baik, saya mohon bantuannya, Niko. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik!"

"Tentu, Tuan. Kalau begitu, izinkan saya bawakan koper Anda," ujar Niko dengan sopan.

Restu menggeleng. "Tidak perlu, aku bisa membawanya sendiri."

"Baik, Tuan. Mari!" Niko mengarahkan jalan menuju Alphard hitam yang terparkir di depan bandara. Ia berjalan sedikit di belakang, hingga suara Restu memanggilnya.

"Jangan di belakang. Berjalanlah di sampingku, Niko."

Niko segera merapat, raut wajahnya sedikit kikuk. "Baik, Tuan. Maaf."

Kini mereka melangkah beriringan.

Dalam hati, Niko tertegun. "Ternyata, di balik wajah songong nya, Tuan Restu begitu rendah hati. Luar biasa..." ia langsung mengagumi sosok bosnya, di pertemuan pertama.

Niko mengantarkan Restu ke salah satu apartemen milik Tuan Ardhan. Padahal, Tuan Ardhan pun memiliki rumah yang tak kalah mewah di Jakarta. Namun, Restu lebih memilih tinggal di apartemen karena lokasinya yang lebih dekat dengan perusahaan.

Sesampainya di apartemen, Restu langsung menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Lelah perjalanan masih terasa, untuk itulah ia ingin mengistirahatkan badannya, agar besok ia bisa langsung bekerja.

Restu berharap bisa cepat menyelesaikan urusannya di sini, agar bisa segera kembali ke Surabaya.

...🕊️🕊️🕊️...

Hari itu, entah kenapa, Restu tidur sejak siang dan baru terbangun ketika malam sudah tiba. Biasanya ia tidak seperti ini. Mungkin karena tubuh dan pikirannya terlalu lelah, membuatnya terlelap lebih lama dari biasanya.

"Gwendeng! Berapa jam aja gue tidur, dasar kebo... kebo!" gerutunya sambil meraih ponsel di sampingnya. Layarnya menyala, menunjukkan pukul sebelas malam lewat.

Ia beringsut dari ranjang. Melepas pakaian serta sepatunya, lalu bergegas mandi. Air dingin membuat tubuhnya terasa lebih segar.

Setelah mandi, Restu berjalan ke dapur. Ia memeriksa kulkas, dan zonk, hanya ada beberapa botol air putih di sana.

Tangannya meraih satu botol, lalu meneguknya dalam-dalam. "Nggak ada apa-apa lagi, sial!" rutuknya.

"Cari rokok dulu lah, sekalian cari mi instan," katanya, berbicara pada diri sendiri.

Hampir pukul dua belas malam, Restu keluar dari apartemen. Niatnya hanya ingin mencari Indomaret terdekat, dan beruntungnya ia tak perlu berjalan jauh-jauh, karena gedung yang dicari berdiri persis di sebelah apartemennya.

Dengan kaos longgar berwarna hitam, celana pendek, dan sandal jepit, ia melangkah masuk ke dalam Indomaret. Rambutnya sedikit acak-acakan karena tidak sempat disisir, ia hanya merapikan dengan jari-jarinya. Tapi semua itu sama sekali tidak mengurangi wajah tampannya yang paripurna.

"Selamat datang di Indomaret!" sapa pria bagian kasir dengan ramah dari balik meja.

Restu hanya mengangguk kecil, lalu meraih keranjang belanja dan langsung menuju ke rak mi instan yang tersusun rapi dengan berbagai merek. Ia meraih beberapa bungkus, lalu beralih ke bagian perteluran 🤣🐣

Setelah itu, ia melangkah ke kasir, dan menyodorkan barang belanjaannya.

"Mungkin ada yang lain, Kak?" tanya pegawai tersebut.

"Surya Pro Mild, satu, Mas!" pinta Restu.

"Ada lagi? Mau sekalian isi pulsa atau token?"

Restu menggeleng, "Tidak!"

"Punya kartu member kah, Kak?"

"Sebentar," ucap Restu sambil merogoh dompetnya.

Saat ia mencari kartu member, pegawai pria itu tiba-tiba berteriak memanggil temannya.

"Min, tolong dong! Perut gue sakit lagi nih, udah nggak tahan!" serunya, lalu buru-buru lari meninggalkan meja kasir.

"Ck,, Lu sih, udah dibilangin jangan makan pedes, ngeyel aja!" gumam si pengganti, setengah memarahi, sembari mengambil alih posisinya.

"Ini..." tepat di saat Restu menyerahkan kartu tersebut, kepalanya mendongak, dan ia tertegun melihat sosok di hadapannya.

"Tunggu sebentar ya, Kak..." ia menempelkan kartu member itu di komputer.

Klik

"Jadi totalnya enam puluh tujuh ribu!" kata pegawai wanita yang baru menggantikan temannya.

Restu hanya diam menatapnya, hingga wanita itu harus melambaikan tangan di depan wajahnya.

"Kak..."

Restu sedikit terlonjak. "Ah, maaf... berapa tadi?" tanyanya.

"Enam puluh tujuh ribu, Kak," ulang wanita itu.

Restu buru-buru membayar dengan selembar uang merah.

"Ini kembaliannya, Kak. Terima kasih sudah belanja di Indomaret!" ucap wanita itu, dengan menangkupkan kedua tangannya.

Namun Restu masih tetap berdiri di sana, membuat wanita itu heran.

"Azalea..." gumamnya dalam hati.

"Kak, permisi! Gantian dong! Antriannya banyak di belakang!" teriak seseorang dari belakang.

Terpaksa, Restu pun meraih belanjanya dan keluar dari Indomaret, karena desakan orang yang ingin segera membayar.

...ΩΩΩΩΩΩΩ...

"Percaya tidak? Tuhan itu selalu mempertemukan kita dengan seseorang bukan tanpa alasan. Meski kita tak mengerti sekarang, selalu ada cara-Nya untuk membuat kita bertemu."