Bermimpi menjadi pencuri terhebat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eksekusi
Mobil hitam yang ditumpangi Waru, Jati dan disetir oleh Pinus berhenti di perbatasan. Di tempat yang gelap.
Setiap kali memasuki wilayah ini. Mereka terlebih dahulu mengganti nomor plat mobil. Dengan nomor plat palsu yang tidak ada jika dicari dimana-mana.
Lewat tengah malam. Eksekusi rencana yang sudah matang dilaksanakan.
*
Cermai tidak hanya dari kemarin berada di tempat ini. Wanita dengan pesona janda satu anak itu punya peran yang lain dan menentukan.
Cermai adalah pengalihan yang sempurna. Karena dia adalah seorang wanita. Tidak ada perempuan yang tidak bersandiwara selama hidupnya.
Bank
Bank ini yang dipilih. Waru sudah menentukan dengan perhitungan yang sangat teliti dan penuh hati-hati.
Semua yang diketahui dan akan dikerjakan bukan sebuah kebetulan. Tapi sudah dipelajari dan direncanakan.
Lewat tengah malam. Di sebuah bank yang dikelilingi lingkungan yang sepi.
Seorang petugas keamanan yang sedang berjaga malam. Di saat orang ini yang bertugas juga merupakan sebuah pilihan. Cermai yang memilihnya.
Sebelum malam ini terjadi komplotan pencuri yang dipimpin oleh Waru sudah beberapa kali datang ke tempat yang sama dengan beragam pura-pura.
Suasana malam yang sunyi
Petugas keamanan sudah mulai mengantuk. Di ruang tempatnya bekerja ia tengah asyik bermain game.
Terdengar suara mobil yang berhenti. Petugas itu berpikir paling ada orang yang mau ke ATM.
Tapi ketika petugas itu melihatnya di layar monitor CCTV tidak ada yang tampak.
Terdengar suara wanita yang berteriak minta tolong.
"Tolong",
"Tolong",
Petugas keamanan bank itu pun pergi keluar.
Ditemuinya seorang perempuan yang diturunkan secara paksa dari mobil yang terdengar suaranya barusan. Titik kejadiannya tidak terjangkau kamera pengawas.
"Kenapa kak?",
"Itu laki-laki brengsek",
"Sudah dipakai kabur",
"Memangnya kenapa kak?",
"Bayarnya kurang",
"Tidak punya duit mau ngewek",
Keluh wanita itu.
"Terus sekarang bagaimana kak?",
"Ini aku lagi hubungi teman aku buat jemput",
Perempuan yang menjadi wanita tuna susila itu adalah Cermai. Mobil yang baru saja menurunkannya adalah Pinus.
Tapi yang turun tidak hanya Cermai dengan sandiwaranya. Waru dan Jati juga ikut turun.
Dengan baju hitam-hitamnya mereka berdua terlebih dahulu bersembunyi di kegelapan.
"Bisa numpang ke kamar mandi mas?",
"Bisa-bisa mari kak",
Petugas keamanan yang masih muda itu tergugah rasa kemanusiaannya.
Tidak hanya semata-mata ingin menolong. Tapi juga tergiur dengan dandanan perempuan yang baru saja diturunkan di pinggir jalan raya.
Khusus malam ini Cermai merubah total penampilannya. Baju yang super seksi yang setelah malam ini tidak akan pernah ia pakai lagi.
Cermai berias tebal. Bedak dan gincu yang akan menyamarkan muka aslinya.
Rambutnya dibuat poni ke depan supaya wajahnya ketutupan.
"Minum kak",
Petugas keamanan yang baik hati menawarkan wanita itu segelas air putih. Supaya perempuan itu lebih tenang.
"Terimakasih mas aku bawa sendiri",
Wanita itu menuntun pikiran petugas jaga malam menerawang.
Sambil menunggu jemputan wanita itu tidak hanya ngobrol biasa. Sambil berbicara wanita itu juga menggoda.
Tidak hanya itu. Bahkan menawarkan sebuah kesepakatan.
"Mau tidak mas?",
"Karena masnya baik sama aku..., aku kasih diskon mas",
"Memangnya berapa kak?",
"500 saja buat masnya",
"Aduh maaf kak saya lagi dinas",
Padahal petugas itu tidak membawa uang sama sekali.
"Sudah ya mas teman aku datang",
"Terimakasih",
Pinus dengan mobil yang sama datang menjemput Cermai. Sejauh ini semua berjalan lancar sesuai dengan rencana.
Wanita itu pergi meninggalkan bank. Meninggalkan minuman petugas keamanan yang telah dicampur dengan obat tidur. Obat tetes mata berlabel merah dengan dosis yang sangat banyak.
Setelah Cermai dengan perannya sebagai wanita tuna susila menghilang. Petugas malam itu meminum air putih yang sudah bercampur racun.
Tidak berselang lama petugas itu jatuh tertidur. Waru dan Jati yang mengawasinya dari kegelapan datang.
Dengan pistol air yang berisi lem cair yang pekat. Waru dan Jati membutakan semua kamera CCTV. Kecuali dua kamera pengawas yang berada di dalam mesin ATM dan yang mengarah ke jalan raya.
Kemudian mereka berdua mengamankan petugas jaga malam yang sudah terbius. Mengikatnya kuat-kuat dengan lakban di kaki dan tangan. Menutup mulut dan matanya dengan bahan yang sama. Memasukkan petugas keamanan itu ke dalam kamar mandi lalu menguncinya.
Sekarang saatnya beraksi. Waru dan Jati harus bekerja dengan cepat dan tanpa kesalahan.
Di dalam bank itu terdapat banyak pintu. Tapi masih bisa dibuka dengan kerusakan menggunakan beban yang lebih berat. Waru dan Jati memakai palu baja asli untuk memukul pintu-pintu yang terkunci.
Mereka sampai di depan ruang penyimpanan uang. Dimana pintu di brankas itu sangat tebal dan butuh angka kombinasi untuk membukanya. Palu baja asli tidak akan mempan biarpun dipukul-pukul kan sampai pagi.
Inilah gunanya Waru dan Jati memesan bom. Petasan maut dengan daya ledak yang tinggi.
"BOOM!",
Satu kali ledakan dahsyat pintu brangkas itu langsung bobrok. Diluar perkiraan pintu keamanan tempat penyimpanan uang di bank ini tidak sekeras yang diberitakan.
Waru dan Jati hanya bekerja. Mereka sama sekali tidak butuh bicara.
Chemistry mereka sangat lekat. Kompak dan mengalir. Seperti pertemanan mereka yang sudah terjalin sejak masa kecil.
Ada banyak uang di dalam ruang berangkas itu. Gepokan uang kertas yang disusun tinggi-tinggi.
Waru menepati janjinya. Uang yang sekarang berada di hadapan mereka berdua jumlahnya lebih banyak berkali-kali lipat jika dibandingkan dengan perhiasan emas kemarin.
Waru dan Jati memasukkan uang-uang itu ke dalam tas besar yang mereka bawa. Tanpa berbelas kasihan mereka menguras semuanya.
Melewati jalan-jalan gelap yang tidak lagi terpantau kamera pengawas. Waru dan Jati meninggalkan bank yang telah berhasil mereka pecundangi.
Pinus dan Cermai di dalam mobil hitam menunggu mereka berdua di pinggir jalan gelap yang tidak jauh.
Jati membuka pintu samping belakang. Tas besar itu mereka lempar masuk ke dalam. Sangat berat.
Waru dan Jati masuk. Pintu ditutup.
Tanpa ada yang bersuara. Tepukan tangan Waru di pundak Pinus.
Mobil hitam melaju ke wilayah yang lebih jauh.