Bercerita tentang seorang pekerja kantoran bernama Akagami Rio. Ia selalu pulang larut karena ingin menyelesaikan semua pekerjaannya hingga tuntas. Namun, takdir berkata lain. Ia meninggal dunia karena kelelahan, dan direinkarnasi ke dunia lain sebagai Assassin terkuat dalam sejarah.
Mari baca novelku, meskipun aku hanya menulis dengan imajinasi yang masih sederhana ~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KHAI SENPAI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi menyelamat gadis kecil dari bandit
Rio masih melanjutkan jalannya, menyusuri jalanan kota yang ramai sambil memperhatikan kehidupan di sekelilingnya. Toko-toko kecil, anak-anak bermain, dan pedagang makanan membuat suasana tampak damai, namun tidak lama.
Di tengah keramaian itu, seorang pria tua dengan wajah panik berdiri di tengah alun-alun kota. Pakaiannya lusuh, dan matanya tampak lembab karena menangis.
“Ada… sesiapa mau bantu aku? Tolong... anak gadis aku diculik bandit!” teriaknya dengan suara gemetar.
Warga sekitar hanya melirik, lalu mengalihkan pandangan.
“Upahnya kecil sekali… cuma ini yang aku ada...” lanjut pria tua itu sambil menunjukkan beberapa koin lusuh di tangannya.
Beberapa petualang berpengalaman yang lewat hanya mencibir dan berbisik:
“Hah, bayar segitu? Suruh anak kecil sajalah yang pergi.”
“Cuma anak seumuran cucuku yang bisa digaji recehan begitu…”
Tak ada satu pun yang mendekat.
Namun Rio yang melihat itu berhenti melangkah, menatap pria itu dalam diam. Ia berjalan perlahan mendekat, wajahnya tersembunyi di balik topengnya.
Rio membuka sedikit topengnya agar wajahnya terlihat jelas, dan berkata dengan tenang:
“Anu... aku bisa bantu, Pak.”
Orang-orang langsung terdiam. Beberapa yang tadi mencibir kini berbisik-bisik.
“Bocah itu? Apa dia serius?”
Pria tua itu menatap Rio dengan mata terbuka lebar. “Kamu... bisa bantu aku? Tapi... kau masih kecil...”
Rio mengangguk, mata tajamnya memancarkan tekad. “Aku tidak butuh upah. Aku hanya tidak tahan melihat orang yang kehilangan keluarganya.”
Wajah pria tua itu langsung berkaca-kaca. Ia menggenggam tangan Rio erat-erat.
“Terima kasih... terima kasih, Nak... tolong selamatkan anakku... namanya Elina, dia baru 12 tahun…”
Rio mengangguk lagi. Ia menatap ke arah hutan kecil di luar kota, tempat terakhir Elina terlihat. Angin berhembus pelan saat ia melangkah ke depan.
“Tenang saja… aku akan membawanya pulang.”
Dengan begitu, perjalanan penyelamatan pertama Rio di luar rumah pun dimulai...bukan sebagai bocah biasa, melainkan sebagai seorang assassin muda yang menyembunyikan kekuatannya.
Rio langsung bergerak cepat menyusuri hutan, tubuhnya melesat seperti bayangan, nyaris tak terdengar. Dengan skill assassin miliknya yang telah diasah sejak kecil, ia melintasi pepohonan dan semak-semak dengan kecepatan luar biasa. Topeng hitam masih menutupi wajahnya, menyembunyikan identitas dari dunia.
Setelah beberapa menit berlari, Rio berhenti tiba-tiba di antara dua pohon besar. Matanya menyipit.
“Ada sesuatu yang aneh…”
Ia langsung mengaktifkan Eyes of Light, matanya menyala samar dengan aura putih keemasan, membuat dunia di sekitarnya seperti melambat. Ia memfokuskan pandangan ke arah jauh di depan.
“Hmm... lima orang. Dan... satu gadis kecil diikat.”
Tanpa ragu, Rio menghilang dari tempatnya berdiri, teleport menembus bayangan hutan dan dalam sekejap, ia muncul di tepian jalan hutan tempat sebuah kereta kuda berdiri. Di sekitarnya, lima orang bandit berjaga-jaga sambil tertawa kasar.
Gadis kecil berambut coklat Elina, terikat di bagian belakang kereta. Mulutnya ditutup kain, matanya ketakutan. Ia berusaha menggeliat, tapi sia-sia.
Tiba-tiba, suara dingin memecah udara:
“...Berhenti.”
Bandit-bandit itu menoleh. Seorang anak lelaki berjaket hitam dan bertopeng berdiri di depan mereka. Angin menggoyang pelan rambut dan jubahnya.
“Huh!? Siapa bocah ini?” kata salah satu bandit.
Rio menatap mereka datar, kemudian berkata pelan namun penuh ancaman:
“Kalian tak perlu tahu namaku... kalian perlu tahu bahwa kalian... akan mati di tanganku aja.”
Salah satu bandit menggeram. “CIH! BOCAH SOK HEBAT!”
Tanpa aba-aba, mereka langsung menyerbu.
Namun sebelum senjata mereka menyentuh tanah tempat Rio berdiri, Rio sudah menghilang.
“Di mana dia!?”
“DIA ADA DI BELAKANGMU..."
Tsuuk!
Rio muncul di belakang salah satu bandit, mengayunkan tangan bercahaya dengan mana yang terkonsentrasi. Darah memercik dalam senyap.
Satu per satu, bandit-bandit itu tumbang. Gerakan Rio seperti bayangan Teleport. Mata terbuka dengan Eyes of Light. Tangan menyala dengan kekuatan assassin.
Hanya dalam beberapa detik, kelima bandit sudah tergeletak di tanah. Tak sempat pun mereka berteriak.
Rio melangkah perlahan mendekati gadis itu yang masih terikat di sisi kereta. Cahaya matahari menembus dedaunan hutan, menciptakan siluet tenang di sekitar mereka.
Namun, saat Rio menunduk untuk membuka ikatan tali di tangan gadis itu...topeng hitamnya terlepas dan jatuh ke tanah, terbawa angin kecil.
Wajah Rio yang selama ini tersembunyi akhirnya terlihat.
Wajahnya masih muda, tapi penuh ketegasan. Sorot matanya tajam tapi tenang. Dan saat dia menatap gadis itu, senyum lembut merekah di bibirnya.
“Tenang aja... aku datang untuk menyelamatkan kamu,” kata Rio, suaranya pelan dan menenangkan, seolah semua kekacauan dunia baru saja mereda.
Gadis itu menatap wajah Rio tanpa berkedip. Matanya membesar, dan pipinya memerah.
Deg.
Detik itu juga...seketika, tanpa ia sadari....hati gadis itu bergetar. Matanya masih berlinang air mata karena ketakutan, tapi senyum Rio menghapus semuanya dalam sekejap.
Ia tak bisa berkata-kata, hanya bisa mengangguk kecil... dan wajahnya langsung berpaling sambil menutupi pipinya yang memanas.
“I-Itu... kakak... siapa...?” gumamnya pelan, hampir tak terdengar.
Rio hanya tersenyum, kembali memakai topengnya dengan tenang.
“Nanti kita ngobrol setelah kamu pulang ke rumah.”
Maaf kalau ada komentar yang kurang sreg.
Misal kalau dia adalah orang yang dulunya OP dan ingin membangkitkan kembali kekuatannya untuk balas dendam. itu bisa dimengerti dibanding dia yang dulunya hanya kerja kantoran aja udah repot dan banyak mengeluh.
Dia pasti motivasinya bisa hidup lebih santai menikmati dibanding sebelumnya yang terlalu sibuk bekerja.